Kisah Terindah di Dunia (21)

 Kisah Terindah di Dunia

Naviri.Org - Nazar menatap seraut wajah yang kini tersenyum ramah kepadanya. Namun mata Nazar masih mencuri-curi pandang ke dalam air, dan matanya masih menyaksikan tubuh seekor ikan besar dengan ekor yang bergerak-gerak.

“Hei, kau pasti baru datang,” ucap si Putri Duyung kepada Nazar dengan keramahan seorang gadis perawan.

“Eh, iy-iya...” Nazar menjawab dengan kikuk. Bagaimanapun juga, dia tengah berhadapan dengan sesosok wajah yang amat cantik—tak peduli tubuhnya adalah seekor ikan.

“Selamat datang di sini,” kata si Putri Duyung, masih dengan keramahannya, “selamat datang di negeri bawah air.”

Jadi dia pun menyebut tempat ini sebagai negeri bawah air, batin Nazar.

Laras kembali menarik tangannya, dan Nazar seperti baru teringat kalau tujuannya semula dibawa ke tempat ini adalah untuk menemui Sang Ratu. Nazar merasakan jantungnya berdebar begitu keras. Seperti apakah sosok yang selama ini dikenal di dunianya sebagai Ibu Ratu Dewi Lanjar itu...?

Mereka melangkah memasuki pendapa, melewati cukup banyak petugas penjaga, dan Nazar kini semakin merasa yakin kalau ia memang tengah berjalan menuju istana. Bangunan pendapa yang dimasukinya ini terlihat begitu megah, dengan lantai marmer bening seperti tembus pandang, dan sebelum Nazar sempat memperhatikan semuanya, Laras telah membawanya masuk ke ruangan yang lain. Panjang sekali yang harus dilaluinya, pikir Nazar sambil terus melangkah mengikuti Laras.

Sekali lagi mereka melewati banyak penjaga yang tengah bertugas, dan kemudian nampak pintu berukuran besar di hadapan mereka yang kini tengah membuka dengan empat orang penjaga di sisi kanan kirinya. Melihat kemegahan dan kesan keagungannya, Nazar yakin bahwa itu pastilah pintu istana. Dan Nazar merasakan jantungnya semakin keras berdebar. Sesaat lagi ia akan bertemu dengan sesosok yang selama ini hanya didengarnya dari dongeng orang-orang tua di kampungnya...

Laras membawa Nazar memasuki pintu besar itu, dan Nazar melihat sebuah singgasana yang demikian agung sekaligus mewah di hadapannya. Laras meminta Nazar untuk duduk, dan kini mereka pun duduk di atas permadani tebal—permadani paling indah yang pernah disaksikan oleh Nazar. Ada beberapa orang yang juga telah duduk di situ—dan Nazar berpikir bahwa mungkin mereka juga seperti dirinya yang baru pertama kali akan dipertemukan dengan Ibu Ratu.

“Duduklah yang sopan,” bisik Laras ke telinga Nazar.

Nazar baru menyadari sikap duduknya. Ia menekuk kedua lulutnya dan memeluknya dengan tangannya seperti biasa kalau ia menonton layar tancap—ia biasa menikmati sikap duduk seperti itu—dan sekarang ia seperti baru menyadari kalau sekarang ia dibawa ke sini bukanlah untuk menonton layar tancap, melainkan untuk bertemu dengan seorang Ratu. Maka Nazar pun mengubah sikap duduknya agar terlihat lebih sopan.

Nazar baru melihat kalau ternyata ada pintu lain di bagian ujung ruangan istana itu, dengan dua penjaga berwajah lembut di sisi kanan-kirinya. Dan saat melihat dua penjaga itu membungkukkan tubuhnya dengan sikap penuh hormat, tahulah Nazar bahwa sosok sang Ratu akan segera muncul di hadapannya.

Ibu Ratu muncul dari balik pintu itu dengan langkah-langkah yang halus, dengan beberapa pengiring di belakangnya. Dengan sikap yang amat anggun dia terus melangkah menuju singgasananya, sementara semua yang duduk di atas permadani menunduk menghormat. Nazar seperti tak berani mengangkat kepalanya sebelum Laras memberi tanda.

Dan ketika Ibu Ratu telah duduk di singgasananya, Laras pun memberi tanda pada Nazar untuk menyelesaikan sikap hormatnya—dan Nazar pun memberanikan diri mengangkat kepalanya, meski ia merasa tak berani untuk menatap sang Ratu.

Bersambung ke: Kisah Terindah di Dunia (22)

Related

Romance 2357721008780417433

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item