Rumah Disita Bank, Orang ini Tinggal di Atas Pohon

Rumah Disita Bank, Orang ini Tinggal di Atas Pohon

Naviri.Org - Tinggal di atas pohon sampai bertahun-tahun, mungkin terdengar tidak lumrah. Tapi hal itu benar-benar dilakukan Dadang, seorang laki-laki lajang berusia 30 tahun, yang tinggal di Dusun Bayatrejo, Desa Wringin Pitu, Kecamatan Tegaldlimo. Setidaknya, selama empat tahun terakhir, dia tinggal dan hidup di atas pohon.

Hidup di atas pohon terpaksa dilakukan Dadang, setelah rumah tinggalan orangtuanya disita oleh bank. Di atas pohon dengan tinggi 6 meter tersebut, Dadang beraktivitas seperti orang normal umumnya, termasuk tidur dan memasak. Dia membangun rumah kayu berukuran 4x3 meter di atas pohon tersebut, dan di sanalah dia menjalani kehidupan sehari-hari. Pohon itu tepat berada di depan rumah peninggalan orangtuanya, yang kini disita oleh bank.

Sebelumnya, orangtua Dadang—bernama Parno dan Semi—tinggal di rumah yang telah mereka diami selama belasan tahun, bersama anak-anaknya, termasuk Dadang. Ketika dua orangtuanya meninggal, Dadang masih menempati rumah tersebut. Tetapi, kemudian, saudara kandung Dadang menggunakan sertifikat rumah itu untuk meminjam uang ke bank. Karena tidak bisa menyelesaikan hutang, rumah yang dijaminkan itu pun lalu disita dan dilelang oleh pihak bank.

Kepada media, Dadang menceritakan, “Yang membuat saya heran, nama saya dicoret dari KK (Kartu Keluarga), dan dianggap bukan ahli waris oleh keluarga sendiri. Karena bingung, saya dibantu tetangga membangun rumah di pohon sini, dan sebelumnya juga sudah izin sama perangkat desa.”

Jadi, di atas pohon itulah kemudian Dadang melanjutkan hidupnya, setelah rumah yang semula ia tinggali disita oleh bank. Untuk membangun rumah di atas pohon, Dadang menggunakan uang tabungannya sebesar Rp 4 juta, hasil dari bekerja selama ini sebagai buruh serabutan.

“Saya tinggal sendirian disini,” ujar Dadang. “Saudara kandung saya enggak tahu ke mana setelah rumah ini disita.”

Sebenarnya, perangkat desa tempat tinggal Dadang sempat meminta agar Dadang pindah ke rumah yang umum saja (di atas tanah, bukan di atas pohon), agar sama seperti orang-orang lainnya. Tapi Dadang menolak.

Untuk hal itu, Dadang mengatakan, “Kalau pun pindah, saya hanya mau pindah ke rumah peninggalan orang tua saya. Kalau enggak, saya akan tetap tinggal disini.”

Baca juga: Warga Sekampung Tawuran Gara-gara Sinetron

Related

World's Fact 9219346218047714346

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item