Usai Viral, TKW Ponorogo Bergaji Rp60 Juta Diserbu Netizen

Usai Viral, TKW Ponorogo Bergaji Rp60 Juta Diserbu Netizen

Nama Misiyah Rani tengah jadi perbincangan publik lantaran pekerjaannya menjadi seorang asisten rumah tangga (ART) di Amerika digaji fantastis sekitar Rp60 juta per bulan.

Pasca beritanya viral di Indonesia, May sapaan akrabnya, mengaku diserbu oleh netizen yang ingin mengikuti jejaknya. Mereka beramai-ramai memfollow akun Facebook miliknya dan mengirimkan direct message (DM) bertanya tentang bagaimana caranya bisa bekerja dan memiliki gaji seperti dirinya.

May menceritakan perjuangannya hingga ke titik saat ini ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Ia harus berkali-kali mengalami hal pahit saat merantau ke negara orang untuk menjadi seorang tenaga kerja wanita (TKW).

Sebelum ke Amerika, ia lebih dulu bekerja di Arab Saudi selama tiga tahun kemudian lanjut di Oman juga tiga tahun. Saat itu usia May masih sangat belia karena baru saja lulus SMA. Namun karena ekonomi keluarganya yang terbatas pasca kematian ayahnya, ia nekad merantau demi menghidupi ibu kandung dan adik-adiknya yang masih kecil.

Setelah balik dari Oman, May mendaftar untuk bekerja di Taiwan, namun sayangnya tak kunjung ada kejelasan terkait keberangkatannya. Ia pun kembali mendaftar ke agen untuk bekerja ke Abu Dhabi. Saat visanya sudah siap, ia justru ditawari oleh pemilik agen untuk bekerja ke Amerika. 

Saat itu tawaran sangat terbatas hanya untuk tiga orang saja dengan syarat belum menikah. May, yang saat itu belum menikah pun tertarik. Di Amerika, ia mendapat majikan seorang janda dengan dua anak perempuan asal dari Qatar.

Rupanya sang majikan memperlakukannya tidak manusiawi. May pun hanya bertahan 8 bulan dari total kontrak 2 tahun.

"Kerja sama dia kontraknya 2 tahun tapi aku kerja sama dia cuma 8 bulan. Itu aja saya gajinya ngga sesuai. Aku mestinya gajinya $1.500 sebulan, itu aku cuma digaji $250. Itu akhirnya aku enggak kuat," kata May menceritakan kisah masa lalunya.

May pun memutuskan kabur dari rumah majikannya di daerah Virginia setelah seorang teman membantunya kabur dan menjemputnya. Namun rupanya majikannya melapor dan mengembalikan paspornya ke KBRI Washington DC. 

May juga dituduh mencuri uang milik majikannya sebesar $3.000 serta sekotak perhiasan. Merasa tak pernah melakukan yang dituduhkan majikannya, May pun tak ambil pusing jika ingin dilaporkan ke polisi. Namun karena tidak ada bukti kuat, majikannya pun urung melaporkan May ke polisi.

"Kamu mau enggak dipolisikan? Saya mau, orang saya jujur enggak masalah, aku bilang gitu kan. Akhirnya majikannya mundur, karena memang enggak ada bukti, saya enggak mencuri, saya malah enggak digaji 3 bulan, jadi kalau saya laporkan malah dia habis," tuturnya.

Pasca kabur dari majikannya, May tinggal di rumah temannya selama kurang lebih 2 bulan. Selama itu juga ia mencari-cari pekerjaan untuk biaya hidup di Amerika. Ia sempat kerja part time sebagai ART di rumah orang Irak yang menetap di Amerika, namun tidak lama.

Setelah itu, temannya yang bernama Nurhayati menawari pekerjaan sebagai ART di rumah dokter Gery yang hingga kini menjadi majikannya. Sejak bekerja di rumah dokter Gery, May tak pernah lagi pindah-pindah kerja. Hingga saat ini ia sudah bekerja selama 21 tahun di rumah dokter Gery.

"Waktu itu dokter Gery butuh banget ART. Dia punya anak yang namanya Michael masih umur 1,5 tahun. Terus aku dicoba. Aku kan pendiem banget, enggak bisa bahasa Inggris. Cuma aku ngerti apa yang dia maksud. Karena kan dari dulu aku momong anak kecil, dari situ dia percaya. Terus lama kelamaan bosku jatuh hati karena saya diam dan rajin kerja, momong anak bagus lama-lama dalam 1 sampai 2 tahun semakin ke sini makin ke sini sampai sekarang itu enggak ganti majikan," kata May.

Wanita asal Ponorogo, Jawa Timur ini mengatakan, awal bekerja di dokter Gery ia digaji sebesar $350 (Rp5.169.342) per minggu atau $1.400 (Rp20.667.370) per bulan. Hingga akhirnya gajinya terus naik dan saat ini $700 (Rp10.338.685) hingga $800 (Rp11.815.640) per minggu atau 5 hari kerja.

"Makannya aku betah di sini. Gimana mau pulang ke Indonesia," kata May sambil tertawa.

Meski sudah sukses di negeri orang, May tidak lupa dengan saudara-saudaranya di kampung halamannya. Ia rajin mengirim uang demi membantu kakak, adik-adik hingga ponakan-ponakannya di Ponorogo.

"Niatnya kerja di sini untuk bantu yang di Indonesia toh. Sampai ketemu jodoh di sini ya disyukuri Alhamdulillah masih ketemu jodoh, dan suamiku enggak pernah mempermasalahkan uangku, yang penting saya bisa handle di sini, dan di Indonesia ya sudah. Semuanya nyaman dan enggak membeda-bedakan membantu itu," tutupnya.

Related

News 4191209679855294205

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item