Asal Usul dan Sejarah Popularitas Sinetron

  Asal Usul dan Sejarah Popularitas Sinetron

Naviri.Org - Sinetron adalah istilah yang sangat lekat dalam kehidupan kita, khususnya para penggemar acara televisi Indonesia. Sinetron berupa serial yang ditayangkan di televisi, dan bersambung setiap hari. Dari mana sebenarnya asal usul istilah ini, dan bagaimana kisahnya hingga sampai populer seperti sekarang?

Terkait istilah “sinetron”, setidaknya ada dua versi. Menurut P. Kitley dalam Television, Nation And Culture In Indonesia (2000), pencetus istilah “sinetron” adalah Ishadi SK, Direktur TVRI (1967-1992). Namun, ada pula yang menyebut bahwa Soemardjono, salah satu pendiri dan pengajar di Institut Kesenian Jakarta, sebagai orang yang pertama kali mencetuskan frasa tersebut.

Terlepas dari asal usulnya, saat ini “sinetron” biasa diartikan sebagai “sinema elektronik”, yaitu film yang tayang di televisi, dan biasanya berupa serial yang terus bersambung setiap hari.

Mengenai tayangan sinetron yang bersambung setiap hari, hal itu tidak bisa dilepaskan dari nama Raam Punjabi.

Di masa lalu, sinetron adalah serial yang muncul di televisi seminggu sekali. Hingga 1989, stasiun televisi di Indonesia hanyalah TVRI. Pada 1988, Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI) mengudara pada 1988, dan diresmikan setahun kemudian. Ia diikuti SCTV (1990), TPI (1991), ANTV (1993), dan Indosiar (1993). Pelbagai televisi swasta itu kemudian menayangkan film serial mingguan. Di Indonesia, film serial itu disebut sinetron.

Pada masa itu, beberapa judul sinetron yang menjadi legendaris di antaranya Si Doel Anak Sekolahan, yang tayang di RCTI pada 1994. Sinetron itu dibintangi oleh Rano Karno sebagai Doel, dan Benyamin S. sebagai Sabeni, ayah Doel. Film itu menjadi standar tinggi bagi sinetron Indonesia. Pada 2000, serial Si Doel tamat. Namun, sejak 2007, Si Doel rutin ditayangkan ulang, bahkan hingga hari ini.

Jadi, selama waktu-waktu itu, sinetron hanya tayang seminggu sekali. Sampai kemudian, muncullah Raam Punjabi yang mengenalkan sistem stripping, yaitu sinetron yang tayang setiap hari. Jika sebelumnya penonton televisi baru bisa melihat lanjutan kisah sinetron setelah menunggu satu minggu, sekarang bisa melihat lanjutan kisah sinetron setiap hari.

Dalam Regime and Representation: Islam and Indonesian Television (2013) dan Mainstream Islam: Television Industry Practice and Trends in Indonesian Sinetron (2014), Raam Punjabi disebut sebagai orang pertama yang memulai sistem stripping. Dengan sistem ini, sinetron jadi tayang setiap hari, dan kali pertama dihadirkan pada bulan Ramadan 1998.

Jika sebelumnya sinetron bertema Islam muncul seminggu sekali, Raam Punjabi mencoba menyiarkan sinetron setiap hari selama bulan Ramadan.

Larisnya sinetron harian membuat rumah produksi (PH) bertumbuhan. Menurut Klarijn Loven dalam Watching Si Doel: Television, Language and Identity in Contemporary Indonesia (2014), hingga pertengahan dekade 1990-an, sinetron Indonesia hanya diproduksi oleh satu perusahaan, yakni PT Tripar Multivision Plus, yang didirikan Raam Punjabi pada 1988. Perusahaan itu sekarang dikenal MVP Indonesia.

Jumlah PH mulai meningkat sejak 1996. Ada beberapa ratus PH yang didaftarkan di Kementerian Penerangan, meski yang aktif memproduksi sinetron hanya selusin. Saat ini, menurut data yang dikumpulkan situs Casting Indo, ada setidaknya 50 PH skala menengah dan besar di Jakarta. Ada pula yang menyebut angka sekitar 60. Nama-nama besar di jagat PH adalah Sinemart, MD Entertainment, MVP Indonesia, Starvision, MNC Entertainment, Rapi Films, hingga Genta Buana.

Sejak Raam Punjabi mengenalkan sistem stripping, industri sinetron Indonesia pun berubah, hingga tingkat pertumbuhannya luar biasa seperti sekarang.

Baca: Apa yang Disebut Prime Time atau Jam Tayang Utama?

Related

Insight 7483805862410534551

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item