Sulitnya Mencari Novel-novel Stensilan Enny Arrow

Sulitnya Mencari Novel-novel Stensilan Enny Arrow

Naviri.Org - Pada era 1990-an, Indonesia pernah dilanda demam novel erotis, yang melejitkan beberapa nama novelis yang identik dengan cerita panas. Sebut saja Fredy S. Namun, sebelum kemunculan Fredy S, pembaca novel erotis lebih dulu mengenal nama Enny Arrow. Sebegitu terkenal nama itu, hingga orang akan langsung mengidentikkan nama Enny Arrow dengan novel erotis, setiap kali mendengar namanya disebut.

Sebagai bacaan mesum, cerita-cerita dalam novel Enny Arrow memang selalu menonjolkan adegan ranjang, meski judul pada setiap terbitannya berbeda. Dalam novel Enny Arrow, adegan seks dituliskan secara vulgar. Tujuannya memancing gairah seksual pembaca.

Dalam novel berjudul Selembut Sutra misalnya, terdapat adegan ranjang yang dideskripsikan secara detail. Begitu pula saat menggambarkan bentuk tubuh serta organ vital laki-laki dan perempuan. Bahkan, guna melengkapi imajinasi pembaca, muncul berbagai kata yang menggambarkan suara desahan perempuan. Misalnya auwww, hsssh, atau hmmmhhh.

Sebenarnya, novel-novel erotis telah mulai muncul di Indonesia sejak 1970-an. Namun, puncaknya memang terjadi pada 1990-an. Dalam hal itu, novel-novel karya Enny Arrow termasuk novel yang paling banyak dicari. Yang menjadi masalah, menemukan novel-novel Enny Arrow tidak semudah mencari novel biasa yang dapat ditemukan di toko-toko buku mana pun. Pasalnya, novel Enny Arrow tidak dijual secara terbuka di toko-toko buku.

Sejak kemunculannya pada 1970-an, transaksi jual-beli stensilan mesum itu kerap dilakukan secara sembunyi-sembunyi di lapak-lapak pedagang koran, majalah, atau buku di pinggir jalan. Cara ini terus berlangsung hingga Enny Arrow mencapai puncak ketenaran pada 1980-1990-an.

Di Jakarta, novel Enny Arrow bisa dibeli di sejumlah lokasi, antara lain Blok M dan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, serta Jatinegara, Jakarta Timur. Tapi pusat penjualannya ada di kawasan Pasar Senen dan Pasar Baru, Jakarta Pusat. Dua lokasi tersebut merupakan sentral untuk distribusi novel stensilan itu.

Pada awal kemunculannya, harga satu novel Enny Arrow berkisar Rp 300-1.000. Tapi, pada akhir 1990-an, harganya melonjak menjadi Rp 3.000. Kendati harganya naik, bentuk novel itu tetap tak berubah: dicetak handpress dengan mesin stensil layaknya hasil cetakan mesin fotokopi. Judul baru biasanya muncul dua-tiga bulan sekali.

Di kawasan Pasar Senen terdapat lapak-lapak pedagang koran, majalah, dan buku di sekitar terminal. Lapak-lapak itulah yang biasanya menyediakan novel-novel stensilan Enny Arrow. Salah satu orang yang berdagang di sana, sebut saja Tagor.

Tagor, yang sejak 1986 berdagang di tempat itu, mengatakan novel Enny Arrow memang dijual sembunyi-sembunyi oleh puluhan pedagang di sana, termasuk dirinya. Pembelinya kebanyakan para pemuda. "Biasanya pura-pura nyari yang lain dulu, baru deh nanya ada Enny Arrow atau enggak," ucanya.

Beberapa kali novel Enny Arrow juga dicari kaum Hawa. Bahkan suatu ketika Tagor pernah melayani seorang perempuan paruh baya. Usianya kira-kira 40 tahun. Tanpa basa-basi, perempuan itu menanyakan novel Enny Arrow dan ingin membelinya. "Kata dia buat dibaca suaminya yang libidonya mulai berkurang," kata Tagor.

Baca juga: Fredy S, Enny Arrow, dan Novel-novel Panas Indonesia

Related

Insight 2682818144727547690

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item