Kematian Dzyuba, Skandal Balenciaga, dan Fakta Gelap Dunia Model

Kematian Dzyuba, Skandal Balenciaga, dan Fakta Gelap Dunia Model

Naviri.Org - Dunia model tersentak atas kematian Vlada Dzyuba yang mengejutkan. Gadis asal Rusia berusia 14 tahun itu meninggal dunia saat jauh dari keluarga. Disinyalir, Vlada Dzyuba tewas karena kelelahan bekerja. Dia mengembuskan napas terakhir di Shanghai, China, 13 jam penerbangan dari kota asalnya di Perm, yang terletak di kaki Pegunungan Ural, Rusia. Ia berada di Shanghai setelah menandatangani kontrak tiga bulan untuk gelaran Shanghai Fashion Week 2017.

Dzyuba kepayahan setelah 13 jam bekerja nonstop. Ia diduga terperangkap kontrak kerja dengan jadwal super padat—meski hal ini kemudian dibantah oleh ESEE Model Management, yang menaungi Dzyuba selama dua tahun terakhir.

“Kami berduka karena kehilangan seorang malaikat. Tapi Shanghai Fashion Week berakhir pada 18 Oktober dan Dzyuba jatuh sakit enam hari kemudian, saat ia berada pada tugas lainnya. Dzyuba memiliki 16 pekerjaan berbeda selama tinggal dua bulan di China, dan memiliki waktu istirahat reguler saat jam kerja. Sebagian besar pekerjaannya rampung dalam waktu 8 jam, dan beban kerjanya moderat dibanding model-model lain,” kata Kepala Ekselutif ESEE, Zheng Yi, kepada Global Times, seperti dikutip The Guardian.

Shanghai Fashion Week sendiri berlangsung selama 8 hari, 11-18 Oktober 2017, dan kini telah berakhir.

Menurut perwakilan Shanghai Fashion Week, kematian Dzyuba masih diselidiki. Ia diduga meninggal karena kombinasi beberapa faktor, termasuk septikemia (keracunan akibat bakteri tertentu masuk ke dalam alirah darah) dan meningitis (radang selaput otak).

“Seluruh agen kami sedih. Vlada adalah gadis manis dan kami bekerja bersamanya selama dua tahun. Tidak ada klausa koersif (bersifat memaksa) dalam kontrak kerja,” tegas Zeng.

Ia menambahkan, kontrak tiga bulan tersebut tidak menyebutkan soal jam kerja—dan diduga tanpa asuransi kesehatan memadai.

Tentu saja, Vlada Dzyuba bukan korban pertama dalam dunia modeling—meski ia menjadi salah satu yang berakhir tragis. Delapan bulan lalu, awal Maret 2017, dunia fesyen digemparkan oleh skandal Balenciaga di Paris.

Direktur casting James Scully menuding caster Maida Gregori Boina dan Rami Fernandes membiarkan para model berdiri di tangga gelap tanpa pencahayaan selama berjam-jam, juga tanpa dibekali makanan atau minuman, saat mereka mengikuti casting Balenciaga—rumah mode Prancis yang dikenal dengan karakternya yang memadukan corak feminin dan ultramodern.

Sebanyak 150 perempuan ditelantarkan begitu saja di Rue De Sevres, sementara Boina dan Fernandes keluar gedung untuk makan siang. Ini membuat para model tersebut dihinggapi trauma, dan sebagian dari mereka belakangan berani berbicara setelah Scully lebih dulu membongkar skandal tersebut.

Boina dan Fernandes juga melakukan casting model untuk rumah mode Jil Sander, Christian Dior, Raf Simons, The Row, Elie Saab, dan Calvin Klein.

“Saya sangat terganggu mendengar kabar dari sejumlah orang, bahwa Maida dan Ramy menggelar casting yang membuat 150 gadis menunggu di tangga selama tiga jam, tanpa boleh pergi ke mana-mana. Mereka (Maida-Ramy) menutup pintu, pergi makan siang, dan mematikan lampu. Meninggalkan gadis-gadis itu dengan senter dari ponsel sebagai satu-satunya sumber cahaya mereka,” kata Scully seperti dilansir Daily Mail.

Scully berujar, cara-cara kejam para agen dalam memperlakukan model semacam itu, amat berbahaya dan mengacaukan psikis. Akibatnya, sejumlah model memutuskan untuk berhenti bekerja dengan rumah mode karena menolak diperlakukan seperti binatang.

Balenciaga segera merespons amukan Scully, menyebut akan membuat perubahan radikal pada proses casting, dan menghentikan kerja sama dengan agen casting yang bermasalah.

The Independent melaporkan, Balenciaga mengirim permintaan maaf secara tertulis kepada agen-agen model yang menjadi korban, mengecam insiden “mengurung para model di tangga gelap”, dan menjamin akan memberikan kondisi kerja layak bagi model-model mereka.

CEO Balenciaga, Cedric Charbit, secara terpisah juga mengingatkan seluruh pegawai Balenciaga bahwa kasus tersebut tak boleh terulang. “Mulai sekarang, kami akan terus melakukan casting di showroom seperti yang dulu kami lakukan.”

Supermodel Edie Campbell mengatakan tak kaget mendengar skandal Balenciaga. “Itu bukan kasus paling mengejutkan yang saya dengar,” ujarnya.

“Batas-batas di dunia fesyen amat berbeda. Orang-orang yang bergerak di bidang ini berperilaku dengan cara yang tak akan pernah diterima di lingkungan pekerjaan lainnya. Fesyen juga memiliki sistem tertutup.”

“Jika anda berani bicara, artinya anda menghadapi ancaman tidak akan pernah bekerja lagi di industri ini. Itu sebabnya apa yang dilakukan James sangat luar biasa berani dan harus diberi aplaus,” kata Campbell.

Sementara Maida Gregori Boina membantah melakukan kekejaman terhadap para model dalam casting Balenciaga.

“Hentikan penyebaran rumor. Para model tidak menunggu tiga jam dalam kegelapan. Bahkan tidak satu jam pun. Kami makan siang di fasilitas casting, dan sama sekali tidak mengunci para model di tangga dan mematikan lampu. Kami memberi akomodasi paling nyaman yang bisa disediakan.”

Boina menjelaskan, 150 model yang mengikuti casting Balenciaga itu direncanakan mengisi 57 slot untuk 10 jam peragaan busana secara bergantian. “Kami meng-casting 8 model sekaligus untuk mempercepat proses seleksi.”

Listrik gedung, ujar Boina, bukannya sengaja dimatikan, melainkan habis “untuk jangka waktu tertentu” pada Minggu malam. Dan selama periode itu, area lobi Balenciaga tak bisa ditempati sehingga model terpaksa menunggu di tangga.

Apapun, James Scully berkukuh pada ucapannya: bahwa semua itu dilakukan dengan sengaja, tanpa mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan. Cerita Scully setidaknya dikonfirmasi oleh model bernama Judith Schiltz. Ia membenarkan menunggu di tangga Balenciaga selama tiga jam.

Kepada The Business of Fashion, Scully menegaskan apa yang dilakukan Maida Gregori Boina dan Rami Fernandes bukan rahasia lagi.

“Mereka telah melakukan (kekejaman itu) untuk waktu lama. Mereka adalah Raja dan Ratu Penganiaya. Saya mendengar cerita dari gadis-gadis yang dibiarkan menunggu amat lama dalam proses casting tanpa makan dan minum. Lalu Maida keluar meneriaki mereka dan memanggil mereka ‘babi’,” ujar Scully.

Scully juga mempersoalkan usia para model yang sebagian masih di bawah umur. Sebagian rumah mode, serupa pada Shanghai Fashion Week, meng-casting model berusia 15 tahun, meski beberapa lainnya setuju untuk menetapkan 16 tahun sebagai batas umur.

Tak manusiawi. Itulah yang ada di benak Scully melihat bagaimana para model-model itu diperlakukan. Amat jauh dari bayangan awam tentang kehidupan glamor mereka.

“Tak terbayangkan bagi saya, orang-orang tega tidak memperhatikan kesopanan sebagai manusia, dan tidak mempedulikan perasaan gadis-gadis itu, terutama ketika banyak di antara mereka masih berusia di bawah 18 tahun dan tak memiliki perlengkapan memadai untuk berada di industri ini,” kata Scully.

Satu hal yang harus dilakukan industri mode dunia—pun industri-industri lainnya: memanusiakan para pekerja mereka.

Baca juga: Fakta-fakta Gelap di Balik Gemerlap Dunia Model

Related

Insight 8692677781806377561

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item