Kisah Zat Berbahaya Sarin yang Pernah Menyerang Jepang

Naviri.Org - Jauh-jauh hari sebelum terjadi serangan di Suriah menggunakan zat kimia berbahaya bernama sarin, ada kisah serupa yang terjadi di Jepang. Pelakunya adalah seorang tokoh kontroversial, bernama Shoko Asahara.

Di Jepang, pada masa itu, Shoko Asahara menyatakan dirinya adalah “Kristus” dan memaklumatkan bahwa Jepang sudah dicerahkan, dan telah diidentifikasi sebagai “anak domba Allah”.

Lebih lanjut, Shoko Asahara menerangkan tentang ramalan kiamat—yang ia sebut sebagai Perang Dunia III, konflik akhir zaman akibat nuklir Armageddon—sebuah istilah yang ia ambil dari Kitab Wahyu 16:16, serta kemampuannya mentransfer kekuatan spiritual yang mampu menghapus dosa para pengikutnya.

Asahara dan pengikutnya tergabung dalam sebuah sekte kontroversial di Jepang, yang dikenal dengan nama Aum Shinrikyo. Sekte ini mulai menarik perhatian banyak pihak, setelah melakukan penyerangan brutal menggunakan zat berbahaya bernama sarin.

Ceritanya, waktu itu, sekte pimpinan Shoko Asahara melakukan perlawanan atas gugatan sengketa real estate yang mereka anggap melawan Kristus. Karena tidak terima dengan putusan hakim, mereka membawa gas sarin menggunakan truk-truk besar, dan melepaskan gas itu ke lingkungan di sana. Aksi gila itu menewaskan 12 orang, melukai 50 orang, dan setidaknya terdapat 5.000 orang lain mengalami masalah penglihatan.

Dua tahun setelah peristiwa itu, novelis Jepang, Haruki Murakami, menuliskannya dalam buku berjudul “Underground: The Tokyo Gas Attack and the Japanese Psyche”.

Dalam buku itu, Haruki Murakami mengkritisi pemerintah Jepang yang terlalu berfokus pada para penyerang, dan mengabaikan kehidupan sejumlah korban serangan gas sarin tersebut. Di buku itu juga terdapat wawancara terpisah yang dilakukan Murakami terhadap 60 korban serangan dan 8 anggota sekte Aum Shinrikyo.

Baca juga: Bagaimana Zat Sarin Dibuat, dan Dampaknya yang Berbahaya