Tragedi Tiananmen, Kisah Berdarah Sejarah Cina

Tragedi Tiananmen, Kisah Berdarah Sejarah Cina 

Naviri.Org - Dalam sejarah pemerintahan Cina, ada tragedi yang hingga saat ini masih dikenang sebagai tragedi paling berdarah di sana. Tragedi itu terjadi di Lapangan Tiananmen, sehingga disebut Tragedi Tiananmen.

Tragedi Tiananmen terjadi pada 1989, ketika para pengunjuk rasa, yang terdiri dari pelajar dan masyarakat sipil, menyerukan reformasi politik dan ekonomi. Melalui demonstrasi damai, para pengunjuk rasa juga meminta pemerintah memberantas korupsi. Pemerintah bereaksi dengan menurunkan tentara untuk menghentikan aksi demonstrasi.

Militer pun menyerbu masuk ke lapangan Tiananmen, lantas menyerang demonstran yang tak bersenjata. Jatuhnya korban tak bisa dihindari.

Tak berhenti sampai di situ, militer terus memburu mereka yang terlibat demonstrasi. Ribuan orang ditangkap, dipenjara, dan dieksekusi tanpa pengadilan. Pemerintah Cina tak pernah mengungkapkan angka resmi korban.

Insiden di Tiananmen hanya permulaan untuk pengawasan polisi yang semakin sistematis dan tersebar di mana-mana. Siapa pun yang dianggap mengganggu ketertiban, bisa ditangkap. Sejak hari-hari itu, Tiananmen menjadi hal tabu untuk dibahas.

Usai pembantaian itu, para aktivis diburu, ditangkap, lantas dieksekusi. Sejumlah pemimpin protes tak menyerah. Mereka berupaya bertahan hidup di tengah pencarian aparat.

Chai Ling, seorang mahasiswa pemimpin demonstrasi, meninggalkan Beijing dengan bersembunyi di dalam kotak kargo yang diangkut ke Hong Kong. Dalam demonstrasi di Tiananmen, Ling yang waktu itu berusia 23 tahun adalah pemuda yang dikenal vokal. Ia tak pernah menyangka jika militer bakal membantai para demonstran.

Selain Chai Ling, ada pula Wang Dan, yang menjadi sosok ikonik dari demonstrasi 1989. Selepas unjuk rasa, Wang Dan menjadi incaran nomor satu aparat militer. Dia ditangkap dan menjalani masa kurungan selama 6 tahun. Kemudian ada pula Wu’er Kaixi yang mengalami nasib sedikit mujur. Demi keamanan, Wu’er Kaixi pergi meninggalkan Cina, dan tinggal di Taiwan.

Dari sederet aktivis yang diburu pemerintah, terkait Tragedi Tiananmen, Fang Zheng paling tidak beruntung. Kedua kakinya harus diamputasi akibat kerusuhan di Tiananmen, dan selama 20 tahun diawasi pemerintah. Setelah pindah ke Hainan dan menyambung hidup dengan meracik tembakau, Zheng memutuskan untuk meninggalkan Cina dan tinggal di San Fransisco.


Related

Insight 4948283583526586381

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item