Kabar Kudeta dan Kisruh di Zimbabwe

Kabar Kudeta dan Kisruh di Zimbabwe

Naviri.Org - Zimbabwe terkenal di dunia, sejauh ini, setidaknya karena dua hal. Pertama, negara itu pernah mengalami hiperinflasi yang menjadikan mata uang mereka sama sekali tidak memiliki nilai. Sebegitu tinggi inflasi yang terjadi, sampai-sampai rakyat Zimbabwe membutuhkan uang seember hanya untuk membeli sepotong roti. Belakangan, masalah hiperinflasi itu diatasi dengan cara mengubah mata uang mereka menjadi mata uang dollar AS.

Hal kedua yang menjadikan Zimbabwe lagi-lagi terkenal di dunia internasional adalah munculnya kabar kudeta, terkait kisruh politik di negara tersebut.

Selasa (14/11/2017) penduduk ibukota Zimbabwe, Harare, dikejutkan suara tembakan artileri dan senjata berat dari sebelah utara kota tersebut. Sebelumnya, sejumlah kendaraan lapis baja beriringan memasuki wilayah kota. Beragam spekulasi kemudian bermunculan di media sosial setelah beberapa orang warga mengunggah gambar iring-iringan kendaraan ke akunnya. Tak lama kemudian kantor-kantor pemerintahan dijaga para tentara yang melarang warga sipil masuk.

Zimbabwe Broadcasting Coorporation (ZCS) tiba-tiba menghentikan siarannya. Tentara rupanya juga telah sukses menguasai kantor penyiaran televisi milik pemerintah tersebut. Seorang juru bicara militer, bernama Mayor Jenderal Sibusiso, mengklaim bahwa yang mereka lakukan bukan kudeta militer terhadap kekuasaan Presiden Robert Mugabe. Mereka menargetkan orang-orang dekat presiden yang telah menyebabkan "penderitaan sosial dan ekonomi" di Zimbabwe.

"Kami hanya menarget penjahat di sekitar [Mugabe] yang menyebabkan penderitaan sosial dan ekonomi di negara ini, dan kami akan menghukum mereka agar keadilan kembali tegak," jelas Sibusio. "Begitu misi kami selesai, kami berharap situasi kembali normal," demikian catat BBC News.

Aksi pembersihan tersebut direstui oleh Kepala Angkatan Darat Jenderal Gen Constantino Chiwenga yang mengatakan bahwa tentara siap bertindak menghentikan pembersihan di dalam Partai Zimbabwe African National Union-Patriotic Front (ZANU-PF). Partai ZANU-PF bikinan Mugabe bisa diibaratkan Golkar era Orde Baru yang menguasai hampir segala lini kehidupan dan disusupi oleh gerombolan pejabat korup yang menyengsarakan Zimbabwe.

Juru bicara tersebut mengatakan bahwa Mugabe dan keluarganya dalam kondisi "aman". Presiden Afrika Selatan, Jacob Zuma, mengatakan bahwa Mugabe telah ditahan di rumahnya namun merasa baik-baik saja. Zuma berbicara dengan Mugabe melalui telepon, sesaat usai mendengar kabar menegangkan di Zimbabwe.

Kudeta militer ini sebenarnya sudah diperingatkan oleh Jenderal Constantine Chiwenga, Panglima Pasukan Pertahanan Zimbabwe, pada hari Senin (12/11/2017) kemarin. Chiwenga meminta pembersihan oposisi di tubuh Partai ZANU-PF yang sedang dilakukan oleh Mugabe segera dihentikan. Mugabe menarget politisi yang dulu pernah berjuang bersama Mugabe mengusir kolonialisme Inggris dari tanah Zimbabwe. Jika tidak, lanjut Chiwenga, maka militer akan mengintervensi.

“Pembersihan saat ini, yang jelas-jelas menargetkan anggota partai dengan latar belakang pembebasan, harus segera berhenti. Kita harus mengingatkan orang-orang di balik kecurangan saat ini bahwa ketika menyangkut masalah melindungi revolusi kita, militer tidak akan ragu untuk masuk (mengintervensi),” demikian dalam laporan Guardian.

Korban terakhir program pembersihan Mugabe adalah Wakil Presiden Emmerson Mnangagwa yang pada Senin (6/11/2017) pekan lalu dipecat dari jabatannya dan dipaksa keluar dari Zimbabwe. Mnangagwa mendampingi Mugabe sejak 2014. Saat dipecat, mantan kepala badan intelijen Zimbabwe itu disebut Mugabe sebagai sosok tak setia, tidak menunjukkan rasa hormat, dan penuh tipu daya.

Namun, analis politik menganggap alasan Mugabe dilebih-lebihkan. Pemecatan Mnangagwa lebih disebabkan oleh tensi yang memanas antara Mnangagwa dengan istri Mugabe, Grace Mugabe. Mnangagwa adalah sosok yang paling mungkin menggantikan kepemimpinan Mugabe. Namun Mugabe ingin memberikan estafetnya justru pada sang istri, sampai-sampai melakukan manuver mengejutkan yakni menyingkirkan Mnangagwa. Sayang, langkah tersebut justru menjadikan tentara akhirnya benar-benar turun tangan.

Dalam laporan Guardian, Mnangagwa menyatakan persaingannya dengan Grace sudah tak sehat karena Grace dituduh berupaya meracuni minumannya saat sedang berkampanye bulan Agustus lalu. Akibatnya Mnangagwa mesti dilarikan ke rumah sakit di Afrika Selatan. Sebulan setelahnya, Grace, yang memimpin sayap perempuan di Partai ZANU-PF, menyangkal tuduhan Mnangagwa di sebuah acara televisi nasional.

Baru-baru ini Grave membalas tekanannya untuk Mnangagwa dengan mengatakan bahwa manuver Mnangagwa membuat internal Partai ZANU-PF terbelah menjadi beberapa faksi. Ia pun menuduh Mnangagwa telah memprovokasi pendukungnya untuk bersorak mencemooh setiap kali Grace dan suaminya berpidato. Menurut Grace, sikap tersebut adalah upaya untuk menghalangi dirinya jika benar-benar maju sebagai kandidat presiden pada pemilu 2018 mendatang.

“Bagaimana jika aku juga menjadi seorang wakil presiden? Apakah itu salah? Apa aku bukan lagi anggota partai? Jika orang-orang tahu aku bekerja keras dan mereka juga mau bekerja bersamaku, di mana salahnya?” ungkap Grace dengan nada emosional dalam sebuah kesempatan pidato.

Sayangnya, rekam jejak Grace juga tak melulu simpatik. Saat menjadi sekretaris suaminya, Financial Times mencatat bahwa sosoknya tidak disukai oleh warga Zimbabwe, khususnya di kalangan militer. Ia dianggap politisi oportunis. Pernikahannya dengan Mugabe niscaya bermotif politis belaka. Kalangan militer tak menyukai Grace karena tak menjadi bagian dalam perjuangan melawan penjajahan Inggris di masa lampau.

“First lady” Zimbabwe itu makin menderita secara popularitas karena terjerat kasus penyerangan kepada seorang model di perusahaan anaknya, di sebuah apartemen mewah di Johannesburgh, Afrika Selatan. Akibat kekebalan diplomatik, usai kejadian tersebut Grace diizinkan meninggalkan Afrika Selatan, meski ada penyelidikan dari polisi.

Grace, tentu saja, menolak tuduhan tersebut. Dan meski negaranya jatuh ke krisis ekonomi yang dalam, Grace selama ini dikenal punya gaya hidup glamor, termasuk boros belanja properti di Afsel sampai membeli mobil Rolls-Royce keluaran terbaru.

Di pihak seberang, Mnangagwa, di luar dugaan keterlibatannya dalam aksi kekejaman pemerintah pada tahun 1980-an, adalah alternatif pilihan yang dianggap dunia internasional lebih baik ketimbang Mugabe atau Grace.

Mugabe atau Grace sama-sama sosok lawas yang akan membuat Zimbabwe tetap korup dan jauh dari kata sejahtera. Sementara Mnangagwa dinilai yang paling mampu menerapkan transisi Zimbabwe ke arah yang lebih stabil sembari menerapkan reformasi ekonomi yang sedang diperlukan warga negara tersebut.

'Game of Thrones' ala Zimbabwe

Sejak akhir 1990an, politik Zimbabwe dibentuk oleh perang suksesi politik yang berkecamuk di dalam tubuh partai ZANU-PF. Pertarungan internal ini bertujuan untuk memperebutkan posisi presiden setelah Mugabe turun tahta kelak. Dua faksi besar yang beradu adalah faksi yang dikendalikan oleh pensiunan Jenderal Solomon Mujuru dan istrinya, Joice Mujuru, melawan faksi lain yang dipimpin oleh Emmerson Mnangagwa.

Pada 15 Agustus 2011, Solomon Mujuru meninggal karena musibah kebakaran. Namun, merujuk laporan CS Monitor, pengamat politik menaruh kecurigaan tinggi bahwa Mujuru dibunuh oleh agen keamanan negara karena keterbukaan dan kesediaannya untuk menantang Mugabe. Solomon dikatakan oleh para analis sebagai satu-satunya orang yang cukup senior di Partai ZANU-PF untuk menghadapi Mugabe dan Mnangagwa.

Persaingan ini mencapai titik didihnya pada tahun 2014, saat Mugabe memecat Joice Mujuru dari posisi wakil presiden. Joice sudah mendampingi Mugabe sejak 2004. Saat dipecat, ia menerima alasan yang sama saat Muguabe menyingkirkan Mnangagwa: melawan Mugabe. Tuduhan yang kemudian dikomentari Joice “konyol”. Manuver Mugabe kemudian jelas terbaca sebagai usaha untuk pembersihan oposisi di internal partai dengan memecat Joice dari ZANU-PF beberapa bulan setelahnya.

Mnangagwa dulunya memimpin sebuah faksi di Partai ZANU-PF dengan nama Lacoste, diambil dari nama perusahaan pakaian olahraga asal Perancis, Lacoste, yang berlogo buaya, karena Mnangagwa juga punya julukan “buaya”. Lawannya adalah kelompok Generation-40 (G-40) yang dipimpin oleh Grace. Lacoste didukung kelompok militeris, sementara G-40 didukung kelompok sipil.

Saat Mnangagwa disingkirkan tiga tahun kemudian, suksesor terkuat selanjutnya tak lain adalah Grace, istri sang diktator. Showers Mawowa, ahli politik Zimbabwe di Southern African Liaison Office, Afrika Selatan, berpendapat kepada kanal Zimbabwe Independent, bahwa "Zanu-PF memiliki sejarah keterlibatan militer dalam politik sejak tahun 1970an, dan tidak pernah hilang."

Dengan kata lain, ia menyepakati analisis bahwa meruncingnya persaingan politik antara Grace dan Mnangagwa didasarkan pada persaingan siapa yang paling militeris maka dia yang pantas memimpin Zimbabwe setelah Mugabe turun kuasa. Dalam situasi ini, Grace ciut, sebab bukan berasal dari kalangan veteran perang. Sayangnya, Mnangagwa lebih populer dibanding Grace, sehingga mau tak mau Mugabe harus menyingkirkannya secara struktural: memecat, dan mengasingkannya ke luar Zimbabwe.

Yang Mugabe lupa, menyingkirkan Mnangagwe sama dengan menjauhkan faksinya dari kelompok militer. Lebih parah lagi, anggota militer dan abdi negara lain menderita telat gaji dalam beberapa tahun terakhir hingga berujung pada sejumlah protes menuntut perbaikan nasib. Maka saat sosok politisi paling militeristiknya disingkirkan, militer Zimbabwe bisa dikatakan berada dalam puncak kekesalannya, sehingga berani memutuskan untuk melancarkan 'kudeta' terhadap Mugabe.

Baca juga: Perjalanan Hidup Mugabe, Sang Diktator Zimbabwe

Related

World's Fact 3334904754784317480

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item