Memahami Pelecehan Seksual yang Dialami Kaum Pria

Memahami Pelecehan Seksual yang Dialami Kaum Pria

Naviri.Org - Setiap kali mendengar istilah pelecehan seksual, yang umumnya langsung terbayang dalam benak kita adalah perlakuan buruk yang dilakukan pria kepada wanita. Hal itu dapat dimaklumi, karena selama ini kaum wanitalah yang sering diberitakan sebagai korban pelecehan seksual, khususnya yang dilakukan oleh lawan jenisnya.

Namun, sebenarnya, pelecehan seksual tidak hanya dialami wanita. Kaum pria juga dapat mengalami pelecehan seksual. Dalam hal ini, pelaku pelecehan terhadap pria bisa sesama pria, juga bisa wanita. Yang jelas, kaum pria bukan terbebas dari kemungkinan mengalami pelecehan. Sama seperti wanita, kaum pria juga bisa mengalami.

Di antara keluhan dan pengakuan perempuan-perempuan yang sempat mengalami pelecehan seksual, keberadaan pelecehan yang dialami pria sering kali lebih jauh terpendam. Selain karena kepedulian lebih diarahkan kepada perempuan yang dari waktu ke waktu telah mengalami perlakuan seksis dan merendahkan, alasan lain wacana tentang pelecehan laki-laki tak begitu mengemuka adalah karena tidak banyak dari mereka yang mau angkat suara terkait hal ini.

Pelecehan seksual terhadap laki-laki bukan hanya ditemukan dalam konteks ruang pergaulan. Di tempat kerja, sejumlah data pun menunjukkan bahwa mereka mengalami kejadian tidak diharapkan ini. US Equal Employment Opportunity Commision (EEOC) mencatat, pada 2011 terdapat 16,1 persen kasus pelecehan seksual yang dilaporkan oleh laki-laki. Dua tahun kemudian, persentase ini bertambah hingga 17,6 persen.

EEOC juga memberitakan, dua laki-laki yang bekerja sebagai asisten manajer di sebuah toko di New Jersey sempat mengalami pelecehan seksual di kantor. Yang pertama mengatakan pernah mendapat komentar seksual yang tak diharapkan dari rekan kerja perempuannya.

Perempuan tersebut lantas berkesempatan naik jabatan menjadi manajer toko, dan saat ia menjadi atasan karyawan laki-laki ini, pelecehan seksual terus dilakukannya, bahkan sampai melibatkan kontak fisik. Si karyawan pertama ini pun memilih mengundurkan diri akibat diperlakukan tidak menyenangkan oleh si manajer toko.

Karyawan kedua mengambil pilihan berbeda saat mendapat pelecehan dari si manajer toko. Mengetahui karyawan pertama memilih mengundurkan diri akibat dilecehkan manajer toko, ia pun mengadukan aksi atasannya ke manajer distrik. Alih-alih mendapat perlindungan, karyawan kedua ini malah dipecat dengan alasan perilaku tidak profesional.

Association of Women for Action and Research (AWARE) juga merilis data terkait pelecehan yang dialami laki-laki. Mereka membuat studi terhadap 500 responden dan 92 perusahaan di Singapura. Salah satu temuannya, 21 persen laki-laki pernah mengalami pelecehan seksual di tempat kerja.

Mengapa laki-laki dapat mengalami pelecehan serupa dengan perempuan? Pakar psikologi dari York University, Toronto, Ontario, Romeo Vitelli Ph.D., mengemukakan argumennya dalam Psychology Today bahwa di ranah profesional, baik sesama pekerja maupun atasan, sering mengharapkan laki-laki untuk bertingkah semaskulin mungkin. Segala tindakan yang melenceng dari konsep maskulinitas yang dominan akan berpotensi mengundang pelecehan terhadap mereka.

Regulasi yang diterapkan di kantor sehubungan dengan pelecehan seksual pun berpengaruh terhadap maraknya perlakuan ini. Di kantor-kantor yang cenderung lebih permisif, berisikan karyawan-karyawan yang menormalisasi perbuatan tidak menyenangkan secara verbal atau sentuhan fisik, akan lebih banyak ditemukan pelecehan seksual.

Studi yang dimuat Journal Psychology of Men and Masculinity menguatkan argumen Vitelli seputar pelecehan yang dialami laki-laki. Para pekerja laki-laki yang disurvei mengatakan mengalami setidaknya satu bentuk pelecehan seksual seperti sentuhan yang membikin tidak nyaman atau iming-iming promosi lebih cepat bila mau terlibat dalam hubungan seksual.

Dalam temuan mereka juga dikatakan bahwa laki-laki yang jauh dari maskulin, berasal dari golongan minoritas orientasi seksual, atau feminis, lebih sering menjadi sasaran pelecehan seksual.

Kenyataannya, tidak hanya laki-laki yang tampak tidak maskulin saja yang mengalami pelecehan seksual. Laki-laki, melek isu feminisme maupun tidak, berisiko mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan ini. Hal utama yang implisit dari kasus pelecehan seksual adalah persoalan dominasi.

Pelecehan seksual lebih mungkin terjadi ketika ada relasi kuasa, baik terhadap perempuan maupun laki-laki. Di sisi korban, ada faktor ketidakpahaman mengenai apa saja yang termasuk pelecehan seksual, ke mana harus mencari advokasi, serta pemakluman terhadap tindakan ini dari berbagai level.

Pelecehan seksual, terhadap kelompok jenis kelamin dan gender mana pun, masih jadi PR besar yang harus dituntaskan.

Baca juga: Pelecehan Seksual di Tempat Kerja, dan Dampaknya

Related

Psychology 5886749892589545261

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item