Mengapa Banyak Orang Kehabisan Duit di Awal Tahun?

Mengapa Banyak Orang Kehabisan Duit di Awal Tahun?

Naviri.Org - Jika di awal tahun Anda memiliki cukup uang, sehingga dapat memenuhi semua kebutuhan tanpa khawatir, Anda patut bersyukur. Pasalnya, banyak orang yang mengalami kehabisan duit ketika awal tahun, hingga terpaksa menjalani hidup prihatin sampai mendapat gaji berikutnya di bulan depan. Mengapa banyak orang kehabisan duit di awal tahun?

Persoalan ini sebenarnya bisa dibilang klasik, karena telah sering terjadi. Pada akhir tahun, yaitu bulan Desember, biasanya gaji diberikan lebih cepat dari waktu biasanya, karena pada bulan tersebut ada Hari Natal. Pemberian gaji yang dipercepat itu kadang menjadikan sebagian orang terlena, dan menggunakan uang gajinya tanpa pikir panjang, sehingga cepat habis, padahal waktu gajian berikutnya masih lama.

Kemudian, menjelang akhir tahun atau pada saat pergantian tahun juga sering kali ada aneka kebutuhan yang menjadikan orang mengeluarkan pengeluaran ekstra. Di daerah perkotaan, misalnya, banyak orang yang menikmati akhir tahun dengan berlibur, baik ke luar kota atau bahkan sampai ke luar negeri.

Kemudian, di saat yang sama, banyak tawaran diskon belanja di pusat-pusat belanja atau toko online di penghujung tahun membuat seseorang bisa membeli barang yang sejak awal tak direncanakan. Bagi yang tak bisa mengendalikan hasrat belanja, bisa bikin kondisi keuangan jadi runyam.

Berdasarkan penelitan yang dilakukan Wu dan Huan (2010) yang berjudul "The effect of purchasing situation and conformity behavior on young students’ impulse buying" terhadap 240 responden mahasiswa yang pernah melakukan kelompok wisata ke luar negeri, dari Perancis dan Republik Ceko, mengenai pembelian yang tidak terencana, didapati salah satu faktor yang membuat konsumen melakukan pembelian tidak terencana atau impulsif, di antaranya terkait dengan waktu atau situasi.

Semakin banyak kesempatan waktu untuk berbelanja yang dimiliki oleh konsumen, maka semakin tinggi pula peluang terjadinya perilaku pembelian impulsif oleh konsumen. Faktor situasional yang dihadapi konsumen atau dalam konteks libur panjang di akhir tahun, membuat seseorang bisa mengambil tindakan spontan dalam hal pengeluaran.

Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan Boy Winawan dan Ni Nyoman Kerti Yasa dari Universitas Udayana, Bali, berjudul "Pengaruh Penataan Produk, Jenis Kelamin, dan Daftar Belanja Terhadap Keputusan Pembelian Tidak Terencana" (2014) dalam konteks berbelanja di toko retail, menyebutkan pembelian tidak terencana juga didorong dari ketepatan dalam penataan produk oleh pelaku usaha.

Selain itu, keputusan konsumen yang menyiapkan daftar belanja atau merencanakan dengan baik bisa menghindari kondisi membeli barang/jasa di luar rencana. “Hasil penelitian ini juga membuktikan bahwa daftar belanja mampu mengurangi kemungkinan para konsumen untuk melakukan keputusan impulse buying (pembelian tidak terencana)."

Kesadaran perencanaan keuangan yang rendah

Perencanaan memang menjadi kunci dalam mengelola keuangan seseorang, terutama dalam menghadapi hari libur panjang seperti pergantian tahun. Apabila tidak, uang pengeluaran rutin bisa habis terpakai, dan tidak menutup kemungkinan dapat menguras tabungan hingga bokek di awal tahun. Kalau sudah demikian maka seseorang bisa terjebak pada utang.

Contoh persoalan kemampuan mengelola keuangan saat liburan akhir tahun jadi potongan kecil dalam melihat spektrum yang lebih luas lagi, yaitu soal perencanaan keuangan seseorang untuk jangka panjang. Berdasarkan riset yang dilakukan HSBC, berjudul HSBC Power of Protection 2017, hanya 35 persen dari jumlah warga Indonesia yang disurvei telah melakukan perencanaan keuangan secara baik.

Kondisi ini tentunya memprihatinkan. Apabila perencanaan keuangan tidak disiapkan dengan baik, akan mengorbankan kebutuhan penting lainnya, misalnya untuk kebutuhan pendidikan dan kebutuhan mendasar lainnya.

Dari studi HSBC disebutkan, dalam menghadapi kebutuhan pendidikan anak, sebanyak 78 persen orang tua bersedia mengorbankan dana pensiun mereka. Selain itu, 70 persen orang Indonesia juga bersedia mengorbankan dana pensiun mereka, apabila orang tua mereka sakit parah, sehingga harus mendapatkan perawatan.

Alhasil, tidak jarang kondisi itu membuat banyak orang menjadi pesimistis dalam melihat masa depan. Bahkan, sekitar 55 persen orang Indonesia percaya bahwa mereka masih harus bekerja saat pensiun.

Namun demikian, harus diakui untuk merencanakan keuangan dengan baik tidak semudah membalikkan telapak tangan. Salah satu faktor utama yang menjadi penghambat di antaranya adalah terkait gengsi atau gaya hidup seseorang.

Berdasarkan pengalamannya, sebagian besar masyarakat, umumnya di perkotaan, memang tidak berani mengatakan tidak secara tegas, terhadap barang atau jasa maupun kegiatan liburan, yang sebenarnya tidak terjangkau oleh mereka.

Kondisi itu juga semakin sulit, apabila sudah bicara taste atau standar masing-masing orang. Ketika sudah terbiasa menggunakan barang/jasa, terutama yang branded, sangat sulit untuk menurunkan standar.

Melakukan penyesuaian gaya hidup sesuai dengan kemampuan atau penghasilan masing-masing orang memang tidak mudah. Pada akhirnya, keputusan finansial yang diambil salah.

Bagi Anda yang merasa bokek di awal tahun, solusi darurat adalah melakukan penghematan agar pengeluaran tetap aman sampai akhir bulan. Setelah mendapatkan gaji, segera lakukan evaluasi dan menyiapkan perencanaan keuangan dengan disiplin dan komitmen. Bila tidak, jebakan bokek tak hanya terjadi di awal tahun tapi bisa terjadi di masa pensiun Anda.

Baca juga: 10 Orang Terkaya di Indonesia Saat Ini

Related

Money 3477368127326294348

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item