Budaya dan Bahaya di Balik Air Kencing Unta

Budaya dan Bahaya di Balik Air Kencing Unta

Naviri.Org - Khasiat air kencing unta ramai dibicarakan di Indonesia, setelah Bachtiar Nasir muncul dalam sebuah video dan tampak meminum serta mempromosikan air kencing unta serta susu unta. Video yang tampaknya berlatar padang pasir itu juga menampakkan sekelompok unta yang hilir mudik. Sejak itulah, khasiat air kecing unta viral di Indonesia, sebagian ada yang pro dan sebagian lain ada yang kontra.

Ternyata, meminum air kencing unta telah menjadi semacam budaya sejak lama, khususnya bagi sebagian kalangan. Dilansir dari Vice, suku Badui Arab misalnya, selama berabad-abad memakai air kencing unta untuk keramas dan pengobatan.

Orang-orang Yaman sejak abad ke tujuh telah mengikuti anjuran ini. Beberapa orang, dan kebanyakan di daerah pedesaan, meminum air kencing unta untuk segala penyakit sebagai resep dokter. Beberapa salon menggunakannya sebagai obat untuk rambut rontok. Salah satunya seperti ditemui di Kota Ta’izz, Yaman. Air kencing unta betina perawan dianggap punya nilai tinggi. Harganya bisa mencapai 20 dolar per liter.

Kepercayaan tentang khasiat mujarab dengan menenggak air kencing unta berdasar dorongan agama ini pada akhirnya memicu berbagai perusahaan setempat untuk menghasilkan produk-produk yang mengandung air kencing unta.

Tradisi serupa juga ditemui di benua Afrika. Di Uganda, tepatnya di wilayah Karamoja, penduduk setempat mengklaim bahwa mengkonsumsi air kencing unta membuat tubuh mereka tetap sehat dan dapat menyembuhkan penyakit seperti HIV-AIDS.

“Air kencing ini Anda minum tiga kali sehari. Di pagi, siang dan malam. Jika gejala terus berlanjut, Anda harus menggunakannya selama empat bulan tanpa henti dengan menggunakan resep yang sama. Anda pergilah ke dokter. Jika masih merasa sakit di bulan itu, jangan khawatir, nanti hilang sendiri,” kata Idriss Shaban, penjual air kencing unta, dikutip dari Africanews.

Pemerintah Uganda sendiri masih belum melakukan tindak lanjut mengenai penyelidikan manfaat kesehatan dari kencing unta.

Meminum air kencing unta juga dapat ditemui lagi di Nigeria. Tepatnya di negara bagian Borno. Selain memakan daging unta dalam jumlah banyak, orang-orang juga meminum air kencing unta yang mereka percayai sebagai obat mujarab untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit di tubuh manusia.

Pada Februari 2013 lalu, periset dari Universitas King Abdulaziz di Jeddah, Arab Saudi, mengklaim telah mengidentifikasi zat dalam air kencing unta yang dapat menyembuhkan kanker. Namun, penelitian tahap awal masih menunggu persetujuan dari Otoritas Makanan dan Obat-obatan Saudi, sebelum studi lebih lanjut dapat dilakukan.

Namun, seperti dilaporkan Vice, mereka tidak pernah diberi izin dari Otoritas Obat dan Makanan Saudi untuk melakukan studi lebih lanjut kepada para pengonsumsi kencing unta. Ada banyak ilmuwan dan dokter di wilayah tersebut yang secara terbuka mengecam praktik menghirup kencing unta.

Dosen dari Universitas Sana’a di ibukota Yaman telah mengingatkan orang-orang bahwa air kencing unta buruk bagi sistem pencernaan. Dr. Rida Al-Wakil, seorang profesor di sebuah sekolah kedokteran di Mesir, mengatakan kepada surat kabar Alrai di Kuwait bahwa iklan air kencing unta untuk penyakit hepatitis adalah menyesatkan dan berpotensi berbahaya.

Saat wabah Middle East Respiratory Syndrome (Mers) mencuat pada tahun 2012 lalu di Arab Saudi, hewan unta mendapat sorotan tajam sebagai penyebab utama penularan penyakit mematikan ini.

European Centre for Disease Prevention and Control menjelaskan, Mers yang berasal dari jenis virus korona didentifikasi pertama kali muncul di Arab Saudi pada bulan September 2012. Virus korona atau koronavirus adalah virus dari keluarga koronaviridae yang dapat menyebabkan penyakit tidak hanya pada mamalia dan burung, tetapi dapat menjangkiti tubuh manusia. Sakit flu biasa hingga Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) juga berasal dari keluarga besar virus korona.

Terdapat bukti bahwa unta dromedaris (unta Arab) adalah spesies yang mungkin memainkan peran penting dalam transmisi wabah Mers ke manusia, baik secara langsung maupun tak langsung. Seroprevalensi (tingkat populasi patogen) antibodi Mers sangat tinggi ditemukan pada unta dromaderis, baik yang ada di Jazirah Arab dan di Afrika Timur.

Dalam perkembangan studi mengenai penyakit Mers yang menyerang pernapasan dan dapat menggagalkan fungsi organ lalu berujung kematian ini, ada hubungan genetik yang erat antara virus korona pada Mers dengan yang ada pada kelelawar. Namun, kontak langsung antara manusia dengan kelelawar terbatas, sehingga spesies perantara sering mengambil alih peran dalam menularkannya kepada manusia.

Sebagaimana ditulis BBC, sejak 2012 sampai Februari 2015 tercatat setidaknya terjadi 1.026 infeksi dan 376 kematian. Laporan pasien yang terinfeksi Mers dan korban jiwa terus bertambah dan penyebarannya meluas ke berbagai negara. Tujuh orang di Korea Selatan pada Juni 2015 lalu dilaporkan meninggal dunia akibat Mers, dan ada 2.500 orang pasien harus berada dalam karantina.

Seruan menghindari susu dan kencing unta

Wabah ini menyebabkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan untuk tidak meminum air kencing unta sebagai upaya untuk membatasi tingkat penyebaran Mers. Termasuk menghindari minum susu unta mentah atau makan daging unta yang belum dimasak dengan benar.

Peringatan yang dikeluarkan oleh WHO pada pertengahan 2015 silam ini juga berkaitan dengan seorang pria di Oman berusia 75 tahun, yang positif terjangkit Mers pada 29 Mei 2015. Ia diketahui sering melakukan kontak dengan unta dan anak lembu miliknya.

Rilis WHO juga mengatakan bahwa mereka yang terjangkit diabetes, gagal ginjal dan penyakit paru-paru kronis dianggap punya risiko tinggi terjangkit Mers. Lebih lanjut, WHO juga menginstruksikan untuk menjaga kebersihan, seperti menghindari kontak jarak dekat dengan hewan, terutama unta, dan senantiasa mencuci tangan setelah berhubungan dengan hewan.

Sejak 2012, Mers dilaporkan terjadi di 27 negara seperti Aljazair, Austria, Bahrain, China, Mesir, Prancis, Jerman, Yunani, Iran, Italia, Yordania, Kuwait, Lebanon, Malaysia, Belanda, Oman, Filipina, Qatar, Korea, Arab Saudi, Thailand, Tunisia, Turki, Uni Emirat Arab, Inggris, Amerika Serikat, dan Yaman.

Di Indonesia sendiri, pada Oktober 2017 dilaporkan sebanyak tujuh warga Kudus mengalami gejala menyerupai Middle East Respiratory Syndrome (MERS) setelah pulang dari ibadah haji. Gejala yang dialami para warga adalah panas tinggi, batuk-batuk dan sesak napas.

Seperti dilansir dari Antara, selain warga Kudus, dilaporkan ada seorang pasien dari Kabupaten Blora, dengan keluhan kesehatan yang sama setelah pulang dari ibadah haji. Mereka kemudian dirujuk ke RSUD Loekmono Hadi Kudus dan RSUP dr Kariadi Semarang.

Pada Agustus 2017, Kepala Pusat Kesehatan Haji Indonesia Eka Jusuf Singka juga mengingatkan pada jamaah haji agar tidak berfoto ria atau berdekatan dengan unta, karena punya potensi sebagai medium penularan virus Mers.

Baca juga: Benarkah Air Kencing Unta Berkhasiat bagi Kesehatan

Related

Science 2324481406257136621

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item