Anak Muda dan Orang Tua, Mana Lebih Bahagia?

Anak Muda dan Orang Tua, Mana Lebih Bahagia?

Naviri.Org - Kehidupan anak-anak muda dan orang-orang tua tentu saja berbeda, bahkan mereka masing-masing memiliki gaya hidup serta tantangan yang juga berbeda. Anak-anak muda, apalagi yang masih lajang, biasanya masih sangat aktif di lingkungan pergaulan, baik pergaulan rekan kerja maupun pergaulan di luar pekerjaan. Dalam hal itu, ada banyak tantangan yang bisa jadi dihadapi anak-anak muda, seperti perselisihan sampai persaingan.

Sementara kehidupan orang-orang tua relatif lebih tenang, karena mereka bisa dibilang sudah mapan menjalani hidup. Mereka umumnya telah memiliki rumah sebagai tempat tinggal, anak-anak pun sudah besar atau bahkan telah bekerja, dan orang-orang tua umumnya juga tidak memiliki banyak harapan atau ambisi sebagaimana umumnya anak-anak muda.

Pertanyaannya, di antara anak muda dan orang tua, manakah yang lebih bahagia?

Jika merujuk pada data Badan Pusat Statistik (BPS), anak-anak muda di Indonesia lebih bahagia dibanding orang-orang tua. Berdasarkan survei BPS, kelompok warga berusia tua memiliki indeks kebahagiaan terendah. Sedangkan warga berusia sebelum 24 tahun menjadi kelompok paling bahagia.

“Kebahagiaan menurun ketika semakin tua. Sebelum usia 24, itu paling happy (angka indeks 71,29),” kata Kepala BPS, Suhariyanto.

Sebabnya, menurut dia, karena kebanyakan orang Indonesia kurang memikirkan persiapan masa pensiun. Kondisi ini berbeda dengan penduduk di negara maju, yang memiliki perhatian besar di urusan persiapan masa pensiun.

Indeks Kebahagiaan Indonesia Tahun 2017 yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menyimpulkan warga perkotaan lebih bahagia ketimbang mereka yang tinggal di desa.

Kesimpulan itu berdasarkan hasil survei BPS yang melibatkan 72.317 rumah tangga di 487 kota/kabupaten. Hasil survei itu mencatat indeks kebahagiaan warga di perkotaan sebesar 71,64. Sementara indeks kebahagiaan masyarakat pedesaan hanya 69,57.

“Dengan catatan agak berbeda. Kalau untuk orang kota, bahagia lebih kepada kepuasan hidup personal. Pendidikan lebih bagus, pendapatan lebih bagus, pekerjaan juga demikian. Dari segi fasilitas juga menunjang,” kata Suhariyanto.

Meskipun begitu, menurut Suhariyanto, masyarakat pedesaan di Indonesia memiliki angka kepuasan hidup sosial yang lebih tinggi, ketimbang mereka yang bermukim di kota. “Di desa, hubungan sosial dengan tetangga lebih nyaman, keadaan lingkungan dan keamanan pun demikian,” kata dia.

Survei BPS juga mencatat kelompok masyarakat Indonesia yang belum menikah (lajang), memiliki angka indeks kebahagiaan tertinggi dibanding mereka yang sudah berkeluarga.

Sebaliknya, mereka yang sudah bercerai dari pasangannya memiliki indeks kebahagiaan terendah dibanding kelompok lain.

“Yang paling tidak bahagia adalah yang cerai hidup (angka indeks 67,83). Kalau single paling happy, yang menikah turun sedikit (di angka 71,09). Lalu untuk yang cerai mati ada di angka 68,37,” kata Suhariyanto.

Baca juga: Maluku Utara, Provinsi Paling Bahagia di Indonesia

Related

Psychology 1471088565245528914

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item