Sejarah dan Asal Usul Air Minum Kemasan di Indonesia

Sejarah dan Asal Usul Air Minum Kemasan di Indonesia

Naviri.Org - Air minum dalam kemasan (AMDK) telah menjadi sesuatu yang familier bagi masyarakat Indonesia. Di mana pun, kita selalu bisa mendapatkannya. Di swalayan, di minimarket, bahkan di toko-toko pinggir jalan, air minum dalam kemasan bisa diperoleh, dengan harga terjangkau. Ada yang berbentuk kemasan botol, ada pula yang berbentuk kemasan gelas.

Karenanya, seperti yang dibilang tadi, air minum dalam kemasan telah menjadi sesuatu yang familier bagi masyarakat Indonesia. Namun, siapa sangka, kalau sekian puluh tahun lalu air minum dalam kemasan tergolong barang mewah? Jika sekarang siapa pun bisa menikmati air minum dalam kemasan, karena harganya memang terjangkau, di masa lalu air minum semacam itu adalah barang mewah yang hanya dikonsumsi kalangan terbatas.

Dulu, minuman ini, meski isinya hanya air putih, biasanya hanya diminum oleh orang-orang penting seperti tamu dari luar negeri atau wisatawan asing.

Pada awal tahun 1970-an, minuman AMDK belum ada di Indonesia. Kalau pun ada, dipastikan bukan produk lokal, melainkan produk impor. Saat itu para wisatawan atau tamu dalam negeri yang berkunjung di Indonesia hanya mau minum air dalam kemasan. Perut mereka tidak cocok dengan minum air rebusan.

Untuk mendapatkan minuman kemasan pun tidak sembarangan. Pada masa itu hanya tersedia di hotel-hotel berbintang. Tidak seperti sekarang yang ada di setiap warung kelontong.

Kemunculan AMDK pertama di Indonesia tidak lepas dari sejarah produk bermerek Aqua. Sebab Aqua menjadi produk AMDK pertama yang diproduksi di Indonesia.

Pencetus idenya adalah Tirto Utomo, warga asli Wonosobo yang pernah bekerja untuk Pertamina. Saat itu, dia kerap kesulitan untuk mencari air minum untuk para tamu dari luar negeri. Karena itu, dia pun berinisitif mendirikan perusahaan air minum kemasan.

Sebelum mendirikan perusahaan, dia belajar terlebih dahulu teknologi pengolahan air minum kemasan ke negara tetangga, Thailand. Dia pun meminta adiknya, Slamet Utomo, untuk magang di Polaris, salah satu perusahaan air minum kemasan di Thailand. Setelah itu, barulah mereka merintis perusahaan di Indonesia.

Secara resmi, Aqua diproduksi pertama kali pada tahun 1973 di bawah bendera PT Aqua Golden Mississippi. Pada awal diproduksi, produk air minum kemasan itu diberi nama “Puritas”. Namun karena penyebutannya yang sulit dan tidak familiar, brand “Puritas” pun diganti dengan “Aqua”. Brand Puritas hanya bertahan 2 tahun.

Muncul dengan nama dagang Aqua seolah membawa hoki. Aqua diproduksi dengan kemasan botol ukuran 950 ml dan dijual dengan harga Rp75. Harga itu dua kali lebih mahal dari harga bensin pada saat itu yang hanya Rp 46/liter.

Dengan harga yang mahal, tidak sembarang orang bisa membelinya. Hanya kalangan kelas atas saja yang mampu membelinya.

Menjadi bisnis besar

Berkembang pesatnya perkotaan di Indonesia, seperti pembangunan di ibukota Jakarta, memiliki konsekuensi lahan terbuka hijau menjadi berkurang. Akibat selanjutnya, air bersih layak konsumsi pun makin sulit diperoleh.

Permasalahan air di perkotaan membuka celah lebar bagi industri AMDK. Mulai tahun 2000-an, mulai banyak perusahaan AMDK yang bermunculan dan tumbuh subur di Indonesia.

Air minum kemasan dalam botol plastik pun menjamur bak cendawan di musim hujan. Hampir di setiap toko dan minimarket memajang AMDK dari berbagai merek dan harga yang bersaing. Membelinya pun tidak lagi semahal dulu. Sekarang, harganya hampir sepadan dengan setengah harga bensin.

Inovasi muktahir adalah membuat kemasan galon 19 liter yang bisa diisi ulang. Sejak saat itu, rumah tangga di perkotaan pun beralih menggunakan galon. Ditambah dengan layanan antar jemput yang semakin memanjakan konsumen.

Produksi AMDK pun kian tahun kian meningkat. Pada tahun 2015, produksi nasional mencapai 25 miliar liter. Sebuah capaian yang gemilang dalam dunia industri.

Meski kehadiran AMDK memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan air layak minum, namun produksi AMDK menyisakan banyak kekhawatiran. Mulai dari eksploitasi sumber mata air yang berlebihan, hingga maraknya sampah plastik yang berpotensi mencemari lingkungan.

Baca juga: Hygeia, Air Minum Kemasan Pertama di Indonesia

Related

Food 8418372601880961652

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item