Sejarah dan Asal Usul Roti di Dunia

 Sejarah dan Perkembangan Roti di Dunia

Naviri.Org - Roti adalah makanan yang sangat populer di dunia, dan dikonsumsi oleh nyaris semua orang di planet bumi. Bentuknya yang menawan, rasanya yang enak, dan kandungan gizinya yang baik, menjadikan roti disukai banyak orang. Roti juga makanan yang praktis, karena bisa langsung dikonsumsi tanpa perlu dimasak atau diolah. Karenanya, roti pun kerap menjadi bekal perjalanan, sebagai jaga-jaga kalau perut kelaparan.

Sebegitu populer roti, sampai di mana-mana ada toko yang secara khusus menjual roti. Dan sebagai makanan populer, roti memiliki aneka bentuk, ragam rasa, yang bisa dipilih sesuai selera. Hal itu menjadikan roti terus disukai dan dikonsumsi manusia dari tahun ke tahun, bahkan dari abad ke abad. Kenyataannya, roti adalah salah satu makanan berusia tua di dunia.

Dalam artikel "The History of Bread", penulis Stephen Holloway menyebut orang-orang Mesir sudah membuat roti sejak ribuan tahun lalu. Peradaban Romawi juga mengenal usaha penjualan roti sejak ribuan tahun lalu.

Dalam buku The Petite Bourgeoisie: Comparative Studies of the Uneasy Stratum (1981), disebutkan bahwa usaha roti rumahan sudah ada di Perancis sejak setidaknya abad 10. Namun, seiring dengan revolusi industri, juga munculnya mesin-mesin pembuat roti, roti buatan tangan perlahan digantikan oleh roti buatan mesin.

Pada 1928, sebuah toko roti di Chillicothe, Missouri, memakai mesin pengiris roti buatan Otto Frederick Rohwedder. Roti yang sudah diiris oleh mesin itu diiklankan sebagai, "Langkah maju paling dahsyat dalam industri roti." Era itu yang bisa dibilang sebagai salah satu tanda masuknya mesin dalam industri roti.

Tapi sebagaimana produk buatan mesin lainnya, roti jadi tak punya pembeda. Satu produk dari perusahaan yang sama akan memiliki kesamaan identik. Bentuknya. Ukurannya. Juga rasanya. Tak ada sentuhan manusia di sana. Miskin imajinasi dan membosankan. Selain itu, ditambahkannya bahan-bahan seperti pengawet atau pengempuk, kerap membuat roti ini dilabeli kurang sehat.

Maka kembalilah tren roti artisanal. Salah satu penanda yang dicatat Marne Stetton dalam "A History of Bread In America" adalah dibukanya gerai Acme Bread Company di California dan Bread Alone di New York pada 1983. Tentu saja, di Eropa, roti artisanal bukan sekadar tren yang bisa tidur dan bangkit lagi. Ia lebih seperti denyut nadi, dekat dengan kehidupan sehari-hari, terutama di kota-kota kecil.

Sebenarnya hingga sekarang, belum ada definisi pasti apa itu artisan, atau produk artisanal. Artisan, merujuk pada kamus Webster, diartikan sebagai seorang pekerja dengan kemampuan khusus (skill). Sedangkan artisanal merujuk pada produk yang dibuat dengan tangan, mulai dari kerajinan tangan hingga makanan. Karena itu, roti artisanal kerap disebut sebagai roti buatan tangan. Tapi definisinya tidak sesederhana itu.

Definisi pastinya, roti artisanal dibuat dari ragi alami. Jadi pembuat rotinya juga membuat ragi. Bukan ragi yang sudah dijual di toko. Karena itu, pembuatannya tidak instan. Selain itu, juga tidak ada tambahan seperti pengawet.

Roti artisanal menjadi anomali di antara kencangnya produksi roti pabrikan yang memenuhi supermarket dan minimarket. Dalam riset British Baking Industries Association, sekitar 80 persen produk roti di Britania Raya memakai proses Chorleywood Bread Process (CBP). Proses yang dikembangkan pada 1961 ini memakai banyak bahan tambahan, seperti lemak, ragi, emulsi, juga enzim, untuk mempercepat proses pematangan.

Sementara itu, pembuatan roti artisanal membutuhkan waktu lama, dari 24 jam hingga 72 jam. Hasilnya adalah roti yang unik, baik rasa maupun bentuk. Setiap ragi bikinan sendiri memiliki karakteristik unik yang tak akan bisa disamai dengan ragi lain.

Begitu pula bentuk, yang tak akan persis 100 persen karena semua dibuat dengan tangan. Roti artisanal yang dibuat tanpa bahan tambahan seperti pengawet atau pengempuk membuat jenis roti ini makin populer, terutama bagi mereka yang memulai gaya hidup sehat.

Di berbagai belahan dunia, tren roti artisanal makin meningkat. Terutama sejak kesadaran makan sehat mulai menguat. Bisnis roti artisanal ini juga menggiurkan. Di Kanada, misalkan, nilai pasar roti artisan mencapai 1,2 miliar dolar Kanada.

Tren penjualan roti artisanal di Indonesia dimulai pada 2010. Saat itu mulai ada beberapa gerai yang menjual roti artisanal, maupun menjual via media sosial. Sekarang, ada lumayan banyak gerai roti artisanal di Indonesia. Di Jakarta, selain Mamiko Breadlab, ada juga Francis Artisan Bakery dan Beau. Di Yogyakarta ada Kebun Roti. Di Surabaya ada The Artisan Bakehouse. Sementara di Bali ada Monsieur Spoon.

Baca juga: Sejarah dan Asal Usul Perusahaan Bakrie Group

Related

History 4135935822910952608

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item