Memahami Perbedaan Kesepian dan Kesendirian

Memahami Perbedaan Kesepian dan Kesendirian

Naviri.Org - Kesepian dan kesendirian tampaknya mirip atau bahkan sama. Biasanya, dua istilah itu merujuk pada seseorang yang sendirian. Tetapi, sebenarnya, kesepian dan kesendirian adalah dua hal yang berbeda.

Kesepian adalah perasaan kompleks dan kerap menyiksa, sebagai akibat isolasi seseorang dari kontak dan komunikasi dengan dunia luar—terutama manusia lain. Kesepian merujuk pada ketidakmampuan untuk melakukan kontak dan komunikasi dengan orang lain sehingga muncul perasaan tidak enak. Kesepian cenderung dirasakan sebagai kondisi yang mesti dihindari.

Karenanya, kesepian kerap kali menjadi kondisi yang sebenarnya tidak diinginkan, namun orang kadang mengalaminya.

Sementara itu, menyendiri kerap disengaja seseorang yang sedang tak ingin melakukan kontak maupun komunikasi dengan orang lain. Ia menikmatinya sebagai bagian dari, misalnya, relaksasi diri. Berbeda dengan kesepian, orang yang sengaja menginginkan dirinya sendirian justru menikmati kesendiriannya. Dengan kata lain, dia tidak merasa tersiksa meski sendirian.

Kemudian, kesepian adalah pengalaman subjektif yang tak tergantung pada keramaian di sekitar. Orang jelas kesepian saat sendiri, tapi juga bisa saat berada di tengah keramaian, yakni ketika tak mampu menjalin komunikasi yang berkualitas dengan orang di sekitarnya.

Orang tersebut, menurut para sosiolog, mengalami alienasi atau keterasingan dalam bentuk isolasi sosial. Alienasi merujuk pada kondisi di dalam sebuah hubungan sosial yang tercermin dari rendahnya tingkat integrasi dan kesamaan nilai, sementara ada jarak atau isolasi antar-individu, atau antara individu dan sekelompok orang di sebuah lingkungan hidup.

Para ahli menyatakan bahwa menyendiri bisa berdampak positif, contohnya membangun suasana hati dan melatih konsentrasi. Apalagi bagi masyarakat modern yang menghamba pada individualisme, menyendiri kerap dipandang sebagai bagian dari privasi. Namun, di sisi lain, menyendiri juga jadi bibit kesepian yang teramat mendalam.

Penelitian Massachussett Institute of Technology mengungkapkan bahwa bagian otak yang membangkitkan rasa sepi, “dorsal raphe nucleus”, juga bertanggung jawab untuk rasa depresi. Sementara riset lain mengungkapkan individu dengan koneksi sosial lemah rawan kena gangguan pola tidur, perubahan sistem kekebalan tubuh, peradangan, dan peningkatan kadar hormon stres.

Para peneliti University of York pada tiga tahun lalu meneliti tema yang sama, dan menemukan bahwa isolasi sosial meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 29 persen dan stroke 32 persen. Sementara riset Brigham and Women's Hospital and Harvard Medical School pada 2015 menyimpulkan bahwa kesepian mempercepat penurunan kognitif pada orang dewasa.

Risiko paling parah adalah meninggal dunia. Mengutip penelitian Brigham Young University, disebutkan bahwa individu yang terisolasi secara sosial kemungkinan dua kali lipat lebih cepat meninggal secara prematur dibanding yang punya interaksi sosial lebih kuat. Anak-anak yang terisolasi secara sosial juga tercatat memiliki kesehatan yang jauh lebih buruk di usia 20-an tahun.

Baca juga: Di Inggris, Ada Menteri Khusus Urusan Kesepian

Related

Psychology 874864227048544852

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item