Mengapa Orang-orang Suka Nonton Mukbang?

Mengapa Orang-orang Suka Nonton Mukbang?

Naviri.Org - Mukbang adalah “pertunjukan” makan yang dilakukan oleh satu orang, namun dengan porsi makan yang sangat banyak. Mukbang terkenal di internet, dan banyak orang suka menontonnya. Padahal, kalau dipikir-pikir, mukbang bisa dibilang tontonan biasa, seperti kita sedang melihat orang lain makan. Kenapa banyak orang yang menyukai nonton mukbang?

Para ilmuwan sosial telah berlomba-lomba memberikan penjelasan mengapa mukbang jadi fenomena populer di kalangan milenial pecandu dunia maya. Jeff Yang, seorang kritikus kebudayaan dan wakil presiden senior di firma riset global Kantar Futures, memberikan pandangan uniknya pada Quartz, bahwa para pelaku dan penggemar mukbang sesungguhnya adalah orang-orang yang kesepian.

“Penyebabnya adalah kesepian orang-orang yang belum menikah, di samping aspek sosial yang melekat pada budaya makan di Korea,” katanya.

Budaya makan di Korea yang dimaksud oleh Yang adalah tradisi makan bersama dalam lingkup keluarga. Budaya ini lekat dengan masyarakat di Asia, termasuk Indonesia. Profesor Sung-hee Park, dari Divisi Studi Media di Universitas Ewha, berkata bahwa kata “keluarga” dalam bahasa Korea artinya “mereka yang makan bersama”, sehingga tayangan mukbang punya arti khusus di hati penggemarnya.

Champ Yang, seorang pemerhati tren mukbang, berkata pada Dateline SBS tentang krisis ekonomi dan naiknya angka pengangguran, yang membuat banyak pemuda Korea Selatan hidup sendiri. “Di rumah sendirian [menyebabkan] mereka harus memasak sendiri, sehingga mau tak mau perasaan kesepian pun melanda,” jelasnya.

“Saat mereka melihat tayangan mukbang maupun cookbang [memasak makanan untuk mukbang], mereka merasa nyaman. Bagi mereka, makanan adalah sesuatu yang bisa dipakai untuk melarikan diri sejenak dari kenyataan. Makanan adalah sesuatu yang menyembuhkan kesepian itu sendiri,” imbuhnya.

Sementara itu, koordinator humas AfreecaTV, Serim An, mengatakan kesuksesan acara mukbang dilatarbelakangi tiga faktor. Pertama, meningkatnya jumlah orang yang tinggal sendirian di Korea. Faktor yang kedua adalah akibat dari faktor pertama, yakni meningkatnya rasa kesepian. Ketiga: tradisi diet (pola makan) yang berlebihan pada masyarakat Korea kekinian.

Virus individualisme telah lama menyebar di kalangan generasi muda Korea. Berbekal koneksi internet tercepat di dunia, mereka pun mencari-cari teman makan online, lalu "bertemulah" mereka dengan para BJ (Broadcast Jockeys), sebutan untuk pelaku mukbang.

Adalah penting bagi para BJ untuk senantiasa berusaha sedekat mungkin dengan para penggemar selama berjalannya acara. Kebanyakan dari mereka memiliki kesamaan sikap saat menyantap makanannya. Pertama, mengambil sesendok/sesumpit/setangkup makanan dan disodorkan ke arah kamera, seakan sedang menyuapi penonton.

Kedua, kebiasaan makan dengan bunyi kunyahan yang lumayan kencang. Kimchi, ayam goreng keju, iga babi, salmon saus tiram, mie Samyang goreng, kepiting rebus super-besar, atau daging sapi asap, semuanya dimamah sampai mengeluarkan bunyi yang "tak sopan."

Untungnya, kebiasaan tersebut diperbolehkan, bahkan dianjurkan, oleh masyarakat Asia Timur karena dianggap sebagai tanda seseorang menikmati makanannya. Di Jepang atau Cina misalnya, restoran yang menjual mie dipenuhi suara orang-orang yang berusaha menyeruput mie seakan tak mau putus sebelum bisa penuh di mulut.

Baca juga: Hikayat dan Asal Usul Sate di Nusantara

Related

Lifestyle 5102046770096158196

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item