Sejarah dan Asal Usul Ikan Kaleng di Dunia

Sejarah dan Asal Usul Ikan Kaleng di Dunia

Naviri.Org - Ada kemungkinan Anda pernah membeli atau bahkan biasa mengonsumsi ikan kaleng, yaitu ikan yang dikemas dalam kaleng. Produk itu mudah ditemukan, karena tersedia di mana-mana, dari supermarket sampai swalayan-swalayan besar. Orang-orang tertarik mengonsumsi ikan kalengan, karena dianggap lebih mudah mengolahnya. Tentu juga karena ikan kalengan terjamin kebersihan serta kesehatannya.

Jika merujuk sejarah, asal usul ikan kaleng membutuhkan perjalanan waktu yang sangat panjang. Kisahnya dimulai saat pecahnya perang revolusi di Prancis.

Saat perang revolusi Prancis meletus, Napoleon Bonaparte menawarkan hadiah 12.000 franc bagi orang yang bisa memecahkan masalah utama para tentara: mengawetkan makanan. Tentu ada banyak metode klasik untuk mengawetkan makanan. Dari dikeringkan, diacar, hingga diasap.

Tapi lidah orang Prancis tetap sombong, sekalipun dalam perang. Metode-metode klasik itu dianggap mengubah rasa, mereka ogah. Lagipula para tentara ini belum yakin akan keamanan makanan yang diawetkan dengan metode klasik. Plus, aneka ria metode itu dianggap merepotkan, hasilnya pun akan boros tempat.

Hingga kemudian Nicolas Appert, mendaftarkan idenya. Appert, seorang pembuat permen, menghabiskan waktu 14 tahun untuk eksperimen mengawetkan makanan dalam kaleng.

Awalnya, Appert memasukkan makanan di buli-buli kaca, lalu memanaskannya hingga bakteri menghilang. Setelah proses membunuh bakteria usai, ia menutupnya dengan lelehan lilin sehingga bakteri dan organisme kecil lain tak bisa masuk. Kemudian, agar lebih praktis, Appert memakai kaleng.

Ketika ditanya kenapa metode ini berhasil mengawetkan makanan, Appert tak bisa menjawabnya. Ia hanya berkelakar: kalau metode ini bisa dipakai untuk wine, berarti bisa pula untuk makanan.

Saat itu Appert menganggap udara adalah yang membuat makanan cepat busuk. Belakangan, setelah mendaftarkan penemuannya pada Napoleon, ia sadar bahwa panas adalah yang membuat makanan membusuk. Ia tentu tak bisa menjawab mikroba, karena Louis Pasteur baru menemukan hubungan mikroba dan pembusukan makanan sekitar 50 tahun kemudian.

Setelah dinobatkan sebagai pemenang pada 1810, Appert menerbitkan buku The Art of Preserving Animal and Vegetable Substance. Ini dianggap sebagai buku masak pertama yang menjelaskan tentang pengawetan makanan modern.

Kenapa makanan kaleng populer

Pada 1810, pria Inggris bernama Peter Durand mematenkan ikan dalam kemasan kaleng timah. Dua tahun kemudian, Brian Donkin membawanya ke tingkat industri setelah membeli paten dari Durand. Ia membangun pabrik pengalengan pertamanya, dan kemudian diadaptasi oleh Gail Borden di Amerika Serikat. Borden menggunakan teknologi ini untuk susu kental manis. Tapi saat itu, teknologi belum semaju sekarang. Sterilisasi masih membutuhkan enam jam, dan membuka kaleng masih amat sukar.

Pada Perang Dunia I, teknologi itu amat laris dipakai. Alasannya jelas, makanan kaleng amat praktis, tidak boros tempat, bisa tahan medan seberat apapun, dan tak akan tumpah. Teknologi pengalengan juga bisa mengubah nasib suatu daerah dan penghuninya. Tiago Cabral Ferrerira masih ingat bagaimana kakeknya memutuskan untuk beralih fokus ke bisnis pengalengan ikan. Saat itu, Perang Dunia II baru meletus.

Kakek Ferreira punya bisnis Conserveira de Lisboa di Lisbon, Portugal, yang awalnya bergerak di penjualan hasil laut. Namun ketika perang meletus, sang kakek paham bahwa bisnisnya bisa hancur kapan saja. Ikan segar begitu cepat busuk, apalagi jika tak ada pembeli. Maka ia fokus ke ikan kaleng. Ia mendaftarkan merek Conserveira de Lisboa dan hanya menjual ikan kalengan.

"Perjudian yang mereka buat 86 tahun lalu benar-benar terbayar, toko ini masih ada," kata Ferreira pada The New York Times, dua tahun lalu.

Tindakan Conserveira diikuti oleh banyak rekan sejawatnya. Di Lisbon, ada lima toko ikan yang juga berfokus pada ikan kalengan, dengan spesialisasi berbeda, tetapi tinggal empat yang masih ada. Ada Tricana, resmi dikenal pada 1942, yang menawarkan ikan berukuran besar yang sudah difilet. Ada pula Minor (1955) yang menawarkan petis dan ikan-ikan kecil. Sedangkan Prata do Mar (1942) menjual ikan kaleng yang hanya berasal dari perairan Portugal.

Sekarang, ikan kaleng menjadi oleh-oleh khas Lisbon. Orang-orang lokal menganggap ikan kaleng ala Lisbon adalah warisan budaya kakek nenek moyang mereka.

Di Lisbon, ikan kaleng bisa ditemukan di mana-mana. Dari warung kecil hingga restoran fine dining. Orang lokal memakannya dengan pasta, roti, hingga salad. Ikan kalengan tidak hanya direndam minyak. Ada pula yang sudah dimasak dengan saus tomat. Atau saus acar. Atau dicampur dengan basil dan tomat.

Aneka toko menjual ikan kalengan yang dikemas dengan apik. Tricana, misalkan. Mereka menjual ikan kaleng yang dibungkus kertas berwarna-warni, dengan wajah seorang perempuan. Kemasan ini menguarkan kesan klasik yang anggun.

Ada pula produk dari Conserva yang dikemas sebagai kotak hadiah, dengan wine dan aneka bumbu. Merek Porthos menghadirkan kemasan kaleng kotak dengan logo seorang pria berkumis baplang.

Baca juga: Keunggulan Ikan Kaleng Hingga Skandal Cacing Parasit

Related

Food 8068208234534487547

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item