Rahasia Orang-orang Berumur di Atas 100 Tahun

Rahasia Orang-orang Berumur di Atas 100 Tahun

Naviri.Org - Hasrat untuk memiliki umur panjang tampaknya telah menjadi keinginan sejak zaman dahulu kala. Bahkan, dalam berbagai kisah dan legenda, ada sebagian orang yang bahkan memimpikan untuk bisa hidup abadi.

Sejak ribuan tahun yang lalu, kisah tentang pencarian rahasia hidup abadi sudah tercatat. Epic of Gilgamesh, puisi epik dari Mesopotamia yang diperkirakan diciptakan 2100 Sebelum Masehi, menceritakan tentang raja Gilgamesh yang berpetualang untuk mencari rahasia hidup abadi.

Sedangkan James Hilton, pengarang Inggris yang menulis Lost Horizon, mengisahkan tentang Shangri-La, sebuah tempat mistis di Himalaya yang penduduknya hidup nyaris abadi. Tempat ini dianggap terinspirasi oleh Shambala, kerajaan mistik dalam tradisi Buddha Tibet.

Tetapi, kenyataannya, sampai saat ini belum ada orang yang mampu hidup abadi. Bagaimana pun, kematian pasti datang untuk setiap orang hidup. Yang masih jadi persoalan hanya kapan kematian itu datang. Sebagian orang mati dalam usia yang relatif muda, sementara yang lain mati dalam usia yang sudah tua. Rata-rata orang saat ini hidup sampai 60 atau 70 tahun, sementara sebagian kecil ada yang mampu bertahan hingga 100 tahun lebih.

Orang-orang yang berusia sampai 100 tahun atau lebih disebut centenarian. Istilah ini dapat diartikan sebagai manusia berumur 100 tahun atau lebih. Ada juga istilah supercentenarian, merujuk pada mereka yang hidup melampaui usia 110 tahun. Karena angka harapan hidup manusia rata-rata di bawah 100 tahun, maka centenarian adalah kasus langka.

Pada 2012, Persatuan Bangsa-Bangsa pernah merilis survei tentang centenarian. Saat itu PBB memperkirakan ada 316.600 centenarian di seluruh dunia. Pada 2015, Amerika Serikat adalah negara dengan centenarian terbanyak di dunia, mencapai 72.000 orang. Diikuti Jepang dengan 61.000 orang.

Jepang kemudian menjadi negara yang kerap dijadikan contoh bagaimana manusia bisa berumur panjang. Sebab, meski Jepang kalah oleh Amerika dalam jumlah keseluruhan centenarian, mereka unggul dalam hal proporsi. Per 100.000 orang di Jepang, ada 48 centenarian. Ini proporsi tertinggi di dunia.

Kawasan Jepang yang dikenal paling banyak berisi orang panjang usia adalah Ogimi, sebuah desa di prefektur Okinawa. Desa ini dijuluki Desa Panjang Umur, saking banyaknya penduduk berumur panjang di sana. Pada 23 April 1993, penduduk desa berusia lanjut yang tergabung dalam Ogimi Federation of Senior Citizen Clubs membuat deklarasi, yang kalau diterjemahkan bebas seperti ini:

Di usia 80 tahun, aku masih anak-anak. Kalau aku menemuimu di usia 90, biarkan aku menemuimu lagi saat usia 100.

Mari tetap kuat seiring usia yang bertambah, dan tidak terlalu banyak tergantung pada anak-anak kita di usia tua.

Datanglah ke desa kami di usia lanjutmu, kami akan menyediakan berkah dari alam dan mengajarimu rahasia panjang umur. Kami warga usia lanjut di Ogimi bangga mendeklarasikan diri sebagai desa paling panjang umur di Jepang.

Apa rahasia sehingga orang Jepang, dalam hal ini Okinawa, bisa panjang umur?

Dr. Craig Willcox yang bertahun-tahun meneliti usia panjang warga Okinawa dan ikut menulis buku The Okinawa Program, menyebutkan bahwa salah satu kuncinya ada pada pola makan. Warga Okinawa punya kebiasaan makan yang sekarang dijuluki sebagai Okinawa Diet.

Polanya adalah makanan mengandung paling tidak 30 persen sayuran hijau dan kuning. Selain itu, jumlah nasi lebih sedikit ketimbang kebiasaan makan orang Jepang lain. Seringkali nasi diganti oleh ubi manis ungu Okinawa. Ubi manis ungu ini kaya flavonoids, carotenoids, vitamin E, dan lycopene. Makanan ala Okinawa juga hanya mengandung 30 persen gula. Selain itu mereka juga sering menyantap goya, alias ketimun pahit ala Okinawa, yang bisa merendahkan kadar gula.

"Para warga Okinawa punya risiko rendah terkena arteriosclerosis dan kanker perut, dan sangat rendah risiko terkena kanker payudara atau prostat," ujar Craig pada The Guardian.

Menurut Craig, warga Okinawa menyantap ikan tiga kali dalam seminggu. Lebih banyak tahu dan lebih banyak rumput laut konbu ketimbang semua orang di seluruh dunia. Selain itu Okinawa yang berbentuk kepulauan memudahkan warganya menyantap hidangan laut seperti cumi-cumi dan gurita yang kaya kandungan taurin, bisa merendahkan tingkat kolesterol dan tekanan darah.

Craig juga menyebutkan bahwa centenarian bisa ditentukan oleh banyak hal. Misalkan DNA, lalu kegiatan sehari-hari, juga pergaulan dengan orang lain. Dalam A Topical Approach to Life-Span Development (1983), John Santrock menyebutkan bahwa ada 5 faktor penentu usia panjang umur warga di Okinawa.

Pertama adalah soal makanan yang sempat dibahas oleh Craig, jarang makan daging dan produk ternak seperti telur atau susu. Kedua adalah gaya hidup rendah stres. Ketiga adalah adanya komunitas yang peduli, yang merawat warga berusia lanjut, dan tidak mengasingkan. Keempat adalah tingginya tingkat aktivitas: orang tua yang masih beraktivitas semisal berkebun atau jalan kaki rutin punya umur lebih panjang ketimbang yang tidak.

Terakhir adalah: spiritualitas. Santrock menyebut spiritualitas membuat seseorang merasa punya tujuan hidup, dan berdoa bisa meringankan beban pikiran. Hal senada juga pernah disebut oleh T.M Luhrman, profesor Antropologi di Stanford dan penulis buku When God Talks Back: Understanding the American Evangelical Relationship With God.

Yang juga dianggap sebagai faktor panjang usia adalah jenis kelamin. Ini perlu penelitian lebih lanjut. Namun menurut daftar yang dirilis oleh Gerontology Research Group tentang para supercentenarian, 10 manusia tertua di dunia adalah perempuan. Yang tertua adalah Violet Brown asal Jamaika, yang per 24 April 2017 berusia 117 tahun 53 hari. Dari 10 orang tertua itu, 5 berasal dari Jepang. Jika memakai kacamata yang lebih luas, saat ini ada 43 orang supercentenarian di seluruh dunia, 42-nya adalah perempuan.

Tentu saja menjalani hidup seperti orang Okinawa semakin susah. Sebab sekarang manusia makin mudah stres. Begitu pula soal pola makan. Dunia dikelilingi bahan pangan yang disemprot pestisida. Di kota besar, penghuninya harus berhadapan dengan stres, polusi udara.

Namun apa benar kita semua ingin hidup panjang hingga 100 tahun? Entahlah. Mungkin memiliki usia 100 tahun akan menyenangkan, kalau saja di usia itu kita masih sehat, bugar, dan dapat beraktivitas dengan baik. Namun, jika dalam usia itu kita hanya sakit-sakitan dan tak bisa melakukan apa pun selain hanya berbaring di tempat tidur, kondisi semacam bisa jadi menyusahkan keluarga atau anak-anak.

Baca juga: Resep Panjang Umur dari Wanita Tertua di Dunia

Related

Health 7351036028463083903

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item