Kini, Foto Melahirkan pun Diunggah ke Media Sosial

Kini, Foto Melahirkan pun Diunggah ke Media Sosial

Naviri.Org - Sejak media sosial menjadi bagian gaya hidup banyak orang, hasrat untuk mengunggah apa pun sepertinya tak terbendung lagi. Saat makan, orang-orang memotret makanan mereka, dan mengunggahnya ke media sosial. Saat bepergian, orang-orang memotret aktivitas traveling mereka, dan mengunggahnya ke media sosial. Saat iseng dan ingin selfie, mereka pun mengunggah foto-foto selfie ke media sosial.

Kini, bahkan foto melahirkan pun diunggah ke media sosial. Mungkin pertimbangannya karena proses melahirkan adalah sesuatu yang sangat penting bagi seorang wanita. Sebegitu penting, hingga mereka merasa perlu mendokumentasikannya dalam foto, dan memamerkannya ke media sosial.

Dengan perkembangan teknologi saat ini, foto ataupun video persalinan dapat dibuat dengan mudah menggunakan ponsel atau alat perekam lainnya. Bahkan, bagi yang ingin dokumentasi persalinannya tampak lebih artistik, jasa fotografer profesional menjadi pilihan.

Tahun 2012 silam, CBC menulis bahwa tren foto persalinan mulai mencuat di kalangan warga Kanada. Tingginya minat foto persalinan membuat beberapa fotografer yang mengkhususkan diri untuk memotret kelahiran bayi.

Tren ini sebenarnya dimulai sejak berdirinya International Association of Professional Birth Photographers (IAPBP) yang berpusat di Texas, Amerika Serikat. Organisasi yang digagas oleh Lyndsay Stradtner pada tahun 2010 ini telah memiliki 1.200 anggota di 42 negara.

Di samping organisasi fotografer, ada pula situs yang memfasilitasi fotografer senior dan baru, yang tertarik pada foto persalinan: Birth Becomes Her. Situs yang diprakarsai oleh Monet Nicole Moutrie dan Jennifer Rainey Mason itu juga membuat kontes foto pada 2018.

Kategori foto dalam kontes ini mencakup momen kehamilan, persalinan, menyusui, dan postpartum. Dari 966 foto yang diikutsertakan dalam kontes tersebut, foto waterbirth Marijke Thoen dari Belgia yang berjudul “Stunning Siblings First Encounter” dinyatakan oleh juri dan khalayak sebagai foto terbaik.

Publikasi foto persalinan tidak hanya dibuat untuk kepentingan kontes, tetapi juga untuk berbagi cerita kepada para pengguna media sosial. Di Instagram, foto dan video seperti ini bisa ditemukan dengan tagar seperti #birthphotography, #birthstory, atau #birthbecomesher. Namun ternyata, tidak semua gambar persalinan bisa dimuat di Instagram.

Dilansir The Guardian, pada akhir 2017, Katie Vigos, seorang perawat dari Los Angeles yang menggagas Empowered Birth Project, membuat petisi yang ditujukan untuk Direktur Kebijakan Publik di Instagram. Hal ini bermula dari penghapusan sejumlah foto persalinan yang dia repost di media sosial tersebut. 

Vigos menangkap bahwa penghapusan ini terjadi karena penampilan alat kelamin dalam foto persalinan merupakan bentuk pornografi. Lewat petisi yang dibuatnya di Change.org, ia mendesak untuk diizinkannya foto-foto persalinan tak disensor di Instagram.

Salah satu yang mendukung Vigos adalah Lauren Archer, pemilik foto yang karyanya diunggah ulang oleh Vigos sebelum akhirnya dihapus oleh Instagram. "Sebagai perempuan, ketika ada yang menyensor Anda, akan muncul rasa malu dan penyesalan seolah aku telah melakukan sesuatu yang tak pantas. Padahal aku sebenarnya tak perlu malu akan apapun."

Meski ada yang merasa perlu mengunggah foto persalinan ke media sosial, namun ada pula yang menganggap proses melahirkan adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan personal, sehingga tidak layak untuk diumbar di media sosial.

Baca juga: Friendster, Media Sosial yang Penuh Kenangan

Related

Lifestyle 8259386504918331042

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item