Mengapa Banyak Tokoh Politik Menggunakan Twitter?

 Mengapa Banyak Tokoh Politik Menggunakan Twitter?

Naviri.Org - Jika kita perhatikan, orang-orang yang menggunakan Twitter bukan hanya kalangan masyarakat biasa, juga bukan hanya sebatas artis dan selebritas, tapi juga para tokoh politik atau bahkan pemimpin negara. Bisa jadi, Anda termasuk pengguna Twitter yang menjadi follower atau pengikut beberapa politisi di Twitter.

Banyak tokoh politik yang menggunakan Twitter, dan hal itu juga terjadi pada tokoh-tokoh politik di Indonesia. Mengapa banyak politisi atau tokoh politik yang aktif menggunakan Twitter?

Dalam artikel di jurnal Journalism Practice (Vol. 6, 2012) berjudul “Twitter Links Between Politicans and Journalists” Peter Vermeij menyebut ada dua perspektif media sosial. Pertama sebagai penyebar informasi, dan kedua sebagai pembentuk hubungan. Facebook ialah media sosial dengan perspektif kedua, sementara Twitter merupakan media sosial dengan perspektif pertama.

Salah satu alasan mengapa Twitter dianggap sebagai penyebar informasi ialah kenyataan bahwa setengah dari trending topics Twitter menjadi headline CNN. Karena Twitter punya kekuatan menjadi corong berita media konvensional, banyak pihak lalu memanfaatkannya, terutama dunia politik.

Alex Fame, dalam paper di jurnal Public Relations Review (Vol. 41, Juni 2015) berjudul “Le Tweet Stratégique: Use of Twitter as a PR tool by French Politicians”, menyatakan bahwa 60 persen anggota parlemen negeri Napoleon Bonaparte punya akun Twitter. Persentase itu terjadi dalam tiga bulan terakhir tahun 2013, alias jelang pemilihan anggota parlemen yang diadakan pada 2014.

Sementara John Parmelee, penulis Politics and the Twitter Revolution (2011), mengatakan pada The Guardian bahwa Twitter dapat mengatur agenda tentang apa yang hendak dunia jurnalistik kerjakan.

“Pikirkan saja cara Trump nge-tweet selama enam bulan terakhir, tentukan agendanya,” kata Parmelee.

“Twitter secara fundamental digunakan politisi untuk mempengaruhi orang berpengaruh lain. Twitter merupakan medium kecil bagi orang, tapi orang-orang itulah yang mampu menentukan agenda berita. Ini seperti mempraktekkan lobi,” tambahnya.

Dalam papernya, Fame bahkan dengan tegas menandaskan bahwa dalam konteks politik kini, “kita adalah apa yang kita kicaukan.” Jika ingin memenangkan pertarungan politik, Twitter ialah cara yang efektif menunjukkan jatidiri kita pada konstituen.

Adam Sharp, Kepala Bagian Berita, Pemerintahan, dan Pemilu Twitter Inc. 2010-2016, mengungkapkan pada The Atlantic bahwa kini banyak kalangan dari dunia politik yang menggunakan Twitter. Ini terjadi karena Twitter dianggap sebagai platform komunikasi dan pengorganisasian yang efektif, tanpa memerlukan biaya tinggi, yang sebelumnya harus ditanggung para politisi.

Selain sebagai corong politisi menyebarluaskan agenda mereka, Twitter merupakan tempat ideal untuk memonitor sentimen publik. Fame, mengutip Jackson (2011) dalam papernya, mengatakan bahwa Twitter dapat berubah bentuk menjadi “layanan konstituen.” Politisi dapat dengan mudah terhubung dengan konstituen, dan langsung membaca apa yang mereka suarakan.

Dalam artikel berjudul "What’s in Your Tweet? I Know Who You Supported in the UK 2010 General Election", Antoine Boutet mengawasi riuhnya dukungan netizen di media sosial berlogo burung biru tersebut. Secara sederhana, Boutet mengidentifikasi tweet dan retweet yang mengacu pada partai politik peserta pemilu, dalam hal ini Partai Buruh, Partai Konservatif, dan Partai Liberal Demokrat di Inggris, berikut tokoh-tokoh yang memiliki preferensi politik tertentu.

Sebagai gambaran, tweet dan retweet yang berhubungan dengan akun resmi partai politik akan dimasukkan ke dalam basis data analisis. Juga tweet dan retweet yang menyebut akun-akun tokoh yang telah diketahui preferensi mereka.

Penelitian Boutet tersebut mengidentifikasi lebih dari 10.000 tweet yang diklasifikasikan dalam 419 topik. Hasilnya, grafik tweet yang berafiliasi dengan Partai Konservatif dan Partai Liberal cukup tinggi meninggalkan Partai Liberal Demokrat. Sebagaimana diberitakan BBC, Partai Konservatif memenangkan pemilihan umum di tahun 2010 tersebut.

Twitter memang media sosial sederhana, tapi justru itulah kekuatannya. Batasan yang hanya 140—kemudian 280—karakter, mampu menggerakkan opini publik dan preferensi politik.

Baca juga: Rahasia di Balik Kesuksesan Facebook dan Twitter

Related

Internet 2229715555243711369

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item