Tonggak Awal Buku-buku Matematika di Dunia

Tonggak Awal Buku-buku Matematika di Dunia

Naviri.Org - Di catatan sebelumnya (Leonardo Fibonacci, dan Kisah Lahirnya Angka di Dunia), kita telah melihat bahwa buku Liber Abaci yang ditulis oleh Leonardo Fibonacci bisa dibilang sebagai buku pertama yang mengulas angka-angka dan matematika. Setelah terbitnya buku tersebut, muncul buku-buku lain yang meneruskan jejak Liber Abaci dalam mengakrabkan peradaban dunia dengan angka dan matematika.

Sejumlah teks matematika yang disusun oleh orang Eropa menggunakan sistem angka India-Arab banyak bermunculan setelah terbitnya Liber Abaci. Pada 10 Desember 1478 sebuah buku berjudul Aritmetica di Treviso terbit di Treviso, sebuah kota dekat Venesia. Buku yang tidak mencantumkan nama pengarangnya ini memiliki tebal 52 halaman berisi penjelasan perhitungan aritmetika perdagangan.

Kemudian Piero Borghi menerbitkan edisi yang lebih lengkap dari buku tersebut. Buku Borghi pun menjadi yang paling laku. Buku tersebut naik dicetak sampai 15 edisi, dua di antaranya terbit pada 1400-an dan yang edisi terakhir terbit pada 1564.

Fillipo Calandri menulis buku “Pitagora aritemetice introductory”. Buku itu dicetak di Florence pada 1491. Sebuah manuskrip juga ditulis oleh guru Leonardo da Vinci, Benedetto da Firenze, pada 1463. Buku tersebut berjudul Tratto d'abacho. Buku-buku di atas diikuti oleh terbitan lainnya.

Meskipun Liber Abaci secara umum merupakan terbitan pertama, tetapi hanya satu buku yang merujuk kepada Leonardo Fibonacci, yakni Summa de arithmetica geometria proportioni et proportionalità (Semua yang diketahui tentang Aritmetika, Geometri, Proporsi, dan Proporsionalitas) yang disusun oleh Luca Pacioli. Buku tersebut dicetak di Venesia pada 1494.

"Dan karena kita mengikuti sebagian besar Leonardo da Pisa, saya bermaksud untuk mengklarifikasi sekarang bahwa setiap ucapan yang disebutkan tanpa nama pengarangnya dikaitkan dengan Leonardo,” sebut Pacioli.

Baru pada abad ke-18, peran vital Leonardo da Pisa alias Fibonacci diungkap oleh matematikawan cum sejarawan sains Italia, Pietro Cossali.

Saat itu Cossali rajin mempelajari Summa dalam rangka menyusun bukunya, Origine, transporto in Italia, primi progressi in essa dell-algebra (terbit dalam dua edisi, 1797 dan 1799). Karena penasaran dengan rujukan singkat Pacioli terhadap "Leonardo da Pisa," Cossali mulai mencari manuskrip yang ditulis Fibonacci.

Dalam buku yang dinilai sebagai buku sejarah matematika profesional pertama yang ditulis di Italia tersebut, Cossali menyimpulkan bahwa Liber Abaci adalah saluran utama "transmisi ke Italia" dari aritmetika dan aljabar modern. Metode baru itu menyebar lebih dulu dari kampung halaman Leonardo di Pisa melalui Tuscany (khususnya Florence) lalu ke seluruh Italia (terutama Venesia) dan akhirnya sampai ke seluruh Eropa.

Bergantung pada angka

Dalam buku ini juga Fibonacci menyebutkan konsep yang kelak disebut oleh Leonardo da Vinci sebagai ‘deret Fibonacci’ atau ‘Golden Ratio’. Konsep tersebut diilhami dari pertanyaan Fibonacci soal anak kelinci.

“Seorang pria tertentu menaruh sepasang kelinci (jantan dan betina) di sebuah tempat yang dikelilingi oleh dinding. Berapa banyak pasang kelinci yang bisa lahir dari pasangan itu dalam setahun, jika diasumsikan mulai dari bulan kedua pada setiap bulannya masing-masing pasangan menghasilkan sepasang kelinci baru?”

Selain Liber Abaci, pada 1220 Fibonacci menerbitkan buku Practica geometriae. Dalam buku ini dia mengembangkan delapan bab teorema yang didasarkan pada karya matematikawan Yunani Kuno, Euclid, berjudul Elements dan On Divisions of Figures.

Sedangkan pada 1225, terbit Liber quadratorum. Buku ini, bersama buku Flos, a Letter to Magister Theodor, dinilai sebagai mahakarya Fibonacci. Buku ini diilhami dari permasalahan yang diberikan Raja Romawi Suci, Friedrich II, mengenai masalah matematika yang ditinggalkan matematikawan Yunani abad ke-3, Diophantus. Buku ini juga menjabarkan teorema-teorema kongruensi bilangan.

Jika Leonardo da Pisa tidak menulis Liber Abaci, sulit membayangkan kehidupan manusia modern saat ini sesak dengan angka. Kala terjaga dari tidur, tangan biasanya menyambar ponsel guna melihat pesan yang masuk atau untuk sekadar melihat jam. Saat pergi ke tempat kerja menyetir kendaraan bermotor, tatapan mata pun sulit berpaling dari angka yang ditunjuk jarum speedometer. Saat mau tidur, jam alarm pun disetel.

Kehidupan tanpa angka berarti pula hidup tanpa laporan pasar saham, skor pertandingan sepakbola termutakhir, dan takaran beras yang mesti dimasak setiap hari. Lebih jauh, matematikawan Keith Devlin menunjukkan pengaruh angka dalam kehidupan kita pada level sistemik.

“Derajat kebergantungan masyarakat modern terhadap angka secara jelas terbukti dengan adanya kelesuan finansial global pada 2008 ketika kepercayaan berlebihan terhadap prediksi yang disediakan matematika tingkat lanjut dan pasar kredit mengantar pada runtuhnya sistem keuangan global,” ujar Devlin.

Baca juga: Matematika, Pelajaran Paling Tidak Populer di Indonesia

Related

Insight 8103853391066639356

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item