Bike-Sharing, Bisnis yang Sedang Meledak di Cina

Bike-Sharing, Bisnis yang Sedang Meledak di Cina

Naviri.Org - Bayangkan kita butuh melakukan perjalanan yang “nanggung”. Kalau mau jalan kaki, jaraknya cukup jauh. Kalau mau naik angkot atau bus, harus menunggu beberapa menit. Begitu pula kalau harus memesan ojek. Semuanya serba nanggung. Masalah itu kemudian dipecahkan oleh layanan bike-sharing, atau penyewaan sepeda. Layanan itu saat ini telah menjadi bisnis yang meledak di Cina.

Bike-sharing merupakan fenomena di Negeri Tirai Bambu. Dalam publikasi Tech Wire Asia, pasar bike-sharing melesat dari 0 menuju $1,6 miliar hanya dalam waktu delapan tahun di 2017, dengan 200 juta pengguna.

Publikasi Statista memperkuat ledakan dunia bike-sharing. Di tahun 2016, ada 2,3 juta sepeda yang tersedia untuk disewa publik di seluruh dunia, memanfaatkan platform bike-sharing. Jumlah tersebut meningkat hampir tiga kali lipat dibandingkan 2013. Saat itu hanya ada 700 ribu sepeda yang bisa disewa.

Yang menarik, dari 2,3 juta sepeda yang tersedia di tahun 2016 tersebut, 1,9 juta di antaranya berada di Cina. Cina terdepan di segmen ini. Dengan harga pembuatan satu unit sepeda ditaksir senilai $440, bike-sharing Cina telah menggelontorkan uang sebesar $836 juta untuk menghadirkan sepeda-sepeda untuk disewakan.

Meskipun besar, angka investasi tersebut terbilang kecil, terutama karena ada 430 startup bike-sharing yang lahir di Cina. Ke-430 startup tersebut memperebutkan ceruk senilai $1,5 miliar di 2017 lalu, dan proyeksi senilai $3,5 miliar di 2019.

Meskipun banyak, ada dua startup yang akhirnya jadi yang terdepan di Cina untuk urusan bike-sharing. Yaitu Ofo dan Mobike, yang masing-masing telah bernilai lebih dari $1 miliar, alias berstatus unicorn. Ini nampaknya tak terlalu mengejutkan. Masuknya Ofo dan Mobike jadi yang terbesar, tak terlepas dari pengaruh Alibaba dan Tencent yang mendukung pendanaan masing-masing startup ini.

Merujuk pemberitaan Forbes, secara tersirat ada dua alasan mengapa ride-sharing berkembang di Cina. Pertama, soal betapa macetnya lalu lintas di kota-kota besar di Cina, terutama bagi orang-orang yang hendak bepergian dalam jarak yang pendek.

“Saya menyewa sepeda untuk pergi ke supermarket karena jarak yang terlalu jauh jika jalan kaki, dan terlalu lama jika menunggu bus,” kata Jacky He, warga Cina pada Forbes. “Saya dapat menemukan sepeda di manapun saya inginkan, dan saya tidak perlu memikirkan parkir,” lanjutnya.

Dalam laporan yang dipaparkan Ofo, mereka mengklaim bahwa sepeda-sepeda yang mereka sewakan mampu menurunkan tingkat kemacetan Kota Beijing hingga 4,1 persen di kuartal II-2017. Salah satu alasan mengapa tingkat kemacetan bisa terjadi adalah efisiensi.

“Sepeda yang kami sewakan di kota bisa digunakan lebih dari 10 kali. Dengan hanya 400 unit saja, sulit membayangkan dampaknya,” kata Grace Lin, salah satu petinggi Ofo.

Kedua, mengapa bike-sharing meledak di Cina, adalah persoalan data. Perusahaan-perusahaan teknologi Cina rela menggelontorkan uang yang besar, karena iming-iming memperoleh data tingkah laku penggunanya. Tencent menggelontorkan uang senilai $100 juta pada Mobike pada 30 September 2016 lalu. Sementara Alibaba membenamkan uang senilai $700 juta dan $866 juta dalam dua kali pendanaan pada Ofo.

“Layanan bike-sharing merupakan strategi penting bagi Alibaba dan Tencent, inilah cara mereka memperoleh data tentang pelanggan mereka,” kata Zhou Wei, pendiri China Creation Ventures.

Namun, selain dua alasan tersebut, kuatnya Cina di segmen bike-sharing dipengaruhi oleh kebiasaan masyarakat Cina atas sistem pembayaran digital. Dari mulai memberi tip pada musisi jalanan hingga makan di warung pinggir jalan, mereka telah terbiasa melakukannya menggunakan sistem pembayaran berbasis aplikasi smartphone, seperti WeChat Pay dan Alipay.

Pada 2016 lalu, uang senilai $5 triliun berputar dalam transaksi digital di Cina, dengan dua pemain utama yang berkuasa, yakni WeChat Pay dan AliPay. WeChat Pay punya 963 juta pengguna aktif bulanan, disusul AliPay yang punya 520 juta pengguna aktif bulanan.

Kebiasaan menggunakan digital payment memudahkan warga Cina beradaptasi dengan keberadaan bike-sharing, yang mewajibkan para penyewanya membayar via aplikasi. Layanan digital payment di Cina telah mendukung penuh bike-sharing. WeChat misalnya. Menurut Tech in Asia, aplikasi WeChat Pay memiliki tombol khusus “bicycle”, yang memudahkan pengguna menyewa sepeda dari startup bike-sharing.

Baca juga: Mengenal Layanan Bike-Sharing di Indonesia dan Dunia

Related

Business 5044032591617791323

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item