Fakta Tersembunyi di Balik Lahirnya Kamera Digital

Fakta Tersembunyi di Balik Lahirnya Kamera Digital

Naviri.Org - Kamera digital telah menjadi perangkat umum saat ini, yang dimiliki dan digunakan oleh banyak orang. Seperti kita tahu, banyak orang yang senang menenteng kamera digital ke mana-mana, memotret banyak hal yang mereka jumpai, lalu mengunggahnya ke media sosial semisal Instagram. Karenanya, kamera digital telah menjadi bagian hidup banyak orang.

Kelahiran kamera digital menjadi penanda matinya kamera analog. Berbeda dengan kamera digital yang praktis, kamera analog tergolong ribet, karena harus menggunakan film atau klise untuk menyimpan gambar, yang lalu harus dibawa ke studio foto untuk dicetak (diafdruk). Saat ini, kamera analog bahkan sudah tak digunakan lagi.

Terkait kamera digital, ada fakta mengenaskan sekaligus tersembunyi, yang mungkin jarang diketahui publik. Yaitu cikal bakal kelahirannya, serta orang yang paling awal menemukannya. Orang itu bernama Steven Sasson.

Steven Sasson baru berusia 24 tahun ketika menciptakan sebuah temuan penting yang akan menjadi tonggak dalam dunia fotografi modern di abad ke-20. Pada 1975, ia mencoba membuat mesin Rube Goldberg, alat yang menjalankan tugas sederhana tetapi dengan teknik fotografi yang rumit.

Mesin Rube Goldberg ciptaan Sasson berbentuk kamera. Saat ini, barangkali mesin itu sebesar microwave dengan bobot 4 kg. Karyanya membuahkan nomor paten US4131919A “Electronic Still Camera" pada 1977. Kamera tersebut merupakan bagian dari tugasnya saat menjadi karyawan Kodak, di bagian Applied Electronics Research Centre.

Berbekal kamera itu, Sasson kemudian masuk ke ruang pertemuan yang telah terisi petinggi-petinggi Kodak, untuk memulai mendemonstrasikan hasil kerjanya.

“Perangkat ini membutuhkan waktu 50 milidetik untuk menangkap gambar, tapi perlu 23 detik untuk menyimpannya pada kaset,” kata Sasson dengan percaya diri, dikutip dari The New York Times.

“Saya akan mengeluarkan kaset itu, menyerahkannya ke asisten, lalu memasukkannya ke perangkat pemutar. Sekitar 30 detik kemudian, muncul gambar hitam putih ukuran 100 kali 100 piksel,” tambahnya.

Sayangnya, para petinggi Kodak tak terkesan dengan ciptaan Sasson kala itu. Kodak saat itu memang berdiri tegak sebagai perusahaan yang cukup dominan di dunia fotografi global. Produk konvensional seperti kamera, lampu flash, dan film, mampu mereka produksi.

“Teknologi cetak telah hidup bersama kami selama lebih dari 100 tahun, tak ada siapapun yang mengeluh tentang cetak. Selain itu, cetak juga murah. Mengapa orang-orang menginginkan melihat gambar mereka melalui televisi?” kata petinggi Kodak saat itu.

Meski ditolak petinggi Kodak, karya Sasson di kemudian hari menjadi konsep awal sesuatu yang disebut sebagai fotografi digital.

Sebelum temuan penting Sasson

Michael Shamiyeh, dalam buku berjudul “Driving Desired Futures: Turning Design Thinking into Real Innovation (2014)”, menyebut Sasson sebagai sosok yang serba ingin menciptakan sesuatu. Sasson kecil yang tinggal di Bay Ridge, Brooklyn, New York, AS, sering melakukan percobaan ilmiah.

Bermain-main dengan bubuk mesiu atau menjadi operator radio amatir jadi pengalaman berharganya. Salah satu titik yang membuat ia tertarik dengan dunia mekanik adalah saat antena radio miliknya menginterferensi sinyal TV milik tetangganya.

Untuk memuaskan hasrat bermain-main dengan perangkat elektronik, Sasson muda sering mengumpulkan bagian-bagian elektronik dari TV tua yang dibuang pemiliknya. Dengan cara itu, ia mengenal transistor, integrated circuit, dan komponen elektronik lainnya.

Di masa-masa libur sekolah, Sasson diketahui pernah bekerja di beberapa tempat. Ia sempat bekerja sebagai runner, istilah untuk merujuk pada pekerja yang ditugaskan mengantarkan dan menyerahkan dokumen atau sertifikat antar broker di Wall Street.

Sasson juga menggali ilmu elektrik, mekanikal, dan melakukan percobaan-percobaan ilmiah di Brooklyn Technical High School, sebagai tempat menimba ilmu yang terkenal melahirkan siswa-siswa yang tembus di universitas-universitas teknik terbaik di AS. Sasson akhirnya masuk Rensselaer Polytechnic Institute. Di sana ia memperoleh gelar sarjana dan master di bidang teknik elektrik.

Pada 1973, di tengah euforia anak-anak muda AS yang ingin mengabdi pada NASA, Sasson memilih bekerja di Kodak. Berkat supervisi Gareth A. Lloyd, ia kemudian diberi tugas untuk menciptakan kamera yang tak memerlukan film atau bahkan kertas untuk menciptakan gambar.

“Hampir tidak ada yang tahu bahwa saya sedang mengerjakan ini, karena itu proyek kecil. Itu bukan (proyek) rahasia. Saya rasa, Itu hanya sebuah proyek yang (mungkin diciptakan) untuk saya, agar tidak membuat onar di bagian lain,” tutur Sasson.

Konsep awal kamera digital

Sebagai karyawan Kodak, Sasson bekerja di bidang yang tak berhubungan dengan bisnis inti bisnis perusahaan yang didirikan George Eastman itu. Tugas pertamanya cenderung sukar diselesaikan. Tugas itu tak lain mencari tahu bagaimana menciptakan kamera digital dengan memanfaatkan charge-couple device (CCD).

CCD merupakan integrated circuit (IC) yang sensitif terhadap cahaya. Ini ditemukan oleh peneliti dari AT&T Bell Labs, bernama Willard Boyle dan George E. Smith, pada 1969. CCD, dalam laporan yang ditulis The New York Times, memiliki kelemahan terkait mudah hilangnya gelombang elektronik yang tertangkap komponen. Hal tersebut membuat CCD sukar diimplementasikan menjadi perangkat kamera.

Namun, Sasson bukan sosok yang mudah menyerah. Ia kemudian memiliki cara mengakali kelemahan dengan mengubah gelombang elektronik menjadi angka. Angka tersebut disimpan dalam memori RAM, untuk kemudian disimpan di media penyimpanan berupa kaset.

Tiga tahun sebagai karyawan Kodak, konsep kamera digital akhirnya lahir. Sebuah unit kamera yang tersusun dari beragam komponen: lensa dari kamera Super-8, perekam kaset digital portabel, konverter analog ke digital, dan 16 baterai kadmium nikel.

Dalam perkiraan Sasson, ciptaannya itu akan menyaingi kamera film antara 15-20 tahun semenjak diciptakan. Itu terutama untuk mengejar 2 juta piksel untuk menyaingi film negatif 110.

Sayangnya, ciptaan Sasson tak disambut baik, para petinggi Kodak menilai film dan cetak saat itu masih begitu populer. Dampaknya, temuan Sasson tertutup rapat lebih dari 20 tahun, dan tidak diketahui publik. Paten “Electronic Still Camera,” dalam laporan Wired, baru dibuka ke masyarakat pada 2001.

Tindakan para petinggi Kodak saat Sasson memperkenalkan ciptaannya bakal disesali setengah mati oleh Kodak. Pada 2012, perusahaan itu kemudian mengajukan dokumen Chapter 11 dalam rangka perlindungan dari kebangkrutan. Dunia fotografi film yang dibanggakan Kodak akhirnya mati, digantikan fotografi digital yang kemudian dikuasai Nikon dan Canon dari Jepang.

Pada kenyataannya, industri kamera digital juga tak berarti nyaman bertahan. Perkembangan smartphone yang sudah semakin beragam dan canggih disematkan kamera mumpuni berdampak pada kamera digital konvensional, yang juga berhadapan dengan kameran mirrorless digital.

Kisah Sasson jadi pelajaran bahwa perusahaan yang tak menghargai ide dan karya inovasi dari karyawannya bisa tertinggal jauh dari pesaing. Sekalipun Kodak tak mencampakkan karya Sasson, tak menjadi jaminan mereka tetap bertahan, karena kenyataannya dunia fotografi berlari lebih kencang dari orang-orang yang semula menganggap gulungan film adalah segalanya.

Baca juga: Kisah Lahirnya Kamera, dan Tragedi Penemunya

Related

Technology 5280255895813738864

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item