Nilai Dolar Naik, Cicilan Utang Negara Makin Tinggi

Nilai Dolar Naik, Cicilan Utang Negara Makin Tinggi

Naviri.Org - Setiap tahun, Indonesia punya kewajiban membayar utang negara. Karena utang dibayar menggunakan kurs dolar, maka jumlah pembayaran utang pun akan sangat terpengaruh dengan nilai dolar. Saat nilai dolar meninggi seperti sekarang, cicilan utang Indonesia ikut meninggi. Hal itu juga disoroti oleh Rizal Ramli, mantan Menko Perekonomian Indonesia.

Loyonya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menaikkan jumlah utang pemerintah yang sebagiannya dalam bentuk mata uang asing, khususnya dolar AS. Rizal Ramli mengatakan, tambahan cicilan utang yang harus dibayarkan pemerintah akibat melemahnya rupiah mencapai Rp 5 triliun.

“Rupiah Rp 14.000/USD saja, utang di APBN cicilanya udah nambah Rp 5 triliun lebih. Nah ini kan belum dimasukkan efek (kenaikan harga) crude oil. Kalau ditambahin lagi, (tambahan cicilannya) bisa Rp 8 triliun,” katanya di sela diskusi yang digelar Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Hotel Gran Melia, Jakarta.

Mengutip data perdagangan Reuters, Jumat (11/5/2018), rupiah memang menguat di posisi Rp 13.945 dibandingkan saat pembukaan di posisi Rp 14.070/USD. Namun secara tahunan (year to date/ytd) dan bulanan (month to date/mtd), mata uang rupiah masih mencatatkan pelemahan. Sementara mengacu Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), kurs rupiah masih di Rp 14.048/USD.

Menurut Rizal Ramli, soal penyebab pelemahan rupiah terhadap dolar AS, pemerintah seharusnya tak melulu menyalahkan faktor eksternal. Dia mengakui, kebijakan bank sentral AS The Fed menaikkan bunga acuan mempengaruhi kurs. Demikian juga dengan membaiknya indikator ekonomi negara Paman Sam itu.

“The Fed betul ada pengaruhnya tapi hanya 30%, sisanya karena badan kita enggak kuat. Kalau Menteri Keuangan-nya jago, (harusnya) menteri keuangan hati-hati (memetakan) ini positif ini negatif,” tandas Rizal.

Rizal menambahkan, neraca pembayaran Indonesia yang terus mengalami defisit, menjadi celah para spekulan valuta asing untuk menyerang rupiah. Neraca perdagangan dan neraca jasa, juga defisit. Hal ini yang menurutnya membuat rupiah rentan diguncang faktor eksternal.

Mengutip data Bank Indonesia, defisit neraca pembayaran Indonesia pada kuartal I 2018 tercatat USD 5,5 miliar (2,1% PDB), lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya yang mencapai USD6,0 miliar (2,3% PDB).

Baca juga: Apa yang Dimaksud Kejahatan Pencucian Uang?

Related

News 295582831441098634

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item