Pertarungan Sengit Antara Rupiah dan Dolar

Naviri.Org - Mata uang Indonesia, yaitu rupiah, selalu terpengaruh dengan nilai dolar AS. Jika nilai dolar AS naik, nilai rupiah akan tur...

Pertarungan Sengit Antara Rupiah dan Dolar

Naviri.Org - Mata uang Indonesia, yaitu rupiah, selalu terpengaruh dengan nilai dolar AS. Jika nilai dolar AS naik, nilai rupiah akan turun. Begitu pula sebaliknya.

Di hari-hari terakhir ini, nilai dolar AS sempat naik, bahkan sampai menyentuh angka Rp 14.000 per dolar. Hal itu pun secara otomatis menjadikan nilai rupiah turun, dan sempat membuat banyak orang berpolemik serta berkomentar. Mereka tentu khawatir kalau rupiah akan terus tergerus dengan naiknya nilai dolar.

Namun, nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) akhirnya lengser dari kisaran Rp 14.000. Mata uang Paman Sam tersebut sempat menyentuh level terendah di Rp 13.980.

Seperti dikutip dari data perdagangan Reuters, Jumat (11/5/2018), membuka perdagangan pagi tadi dolar AS dibuka di kisaran Rp 14.070. Setelah itu, dolar AS melemah tajam ke Rp 14.020.

Dolar AS hanya mampu menguat sampai Rp 14.055 saja, sebelum akhirnya melemah kembali. Setelah itu, dolar AS langsung jatuh ke titik terendahnya hari ini di Rp 13.980. Namun tak lama, dolar AS naik tipis, dan saat ini masih bertahan di bawah Rp 14.000, tepatnya di Rp 13.984.

Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji Gusta Utama, mengungkapkan menguatnya rupiah disebabkan karena Bank Indonesia (BI) yang diprediksi akan menaikkan suku bunga acuan 7-Day Repo Rate. Cara ini dilakukan sebagai reaksi atas keinginan The Fed yang akan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Juni 2018. Sebagai catatan, BI sudah menahan suku bunga acuan sebesar 4,25% sejak September 2017 lalu.

"Dengan statement dari BI tersebut, alhamdulillah stabilitas rupiah dapat terjaga," ungkap Muhammad Nafan Aji Gusta Utama kepada media, Jumat (11/5). 

Sementara itu, Gubernur BI, Agus Martowardojo, mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah dalam beberapa pekan terakhir sudah tidak lagi sejalan dengan kondisi fundamental ekonomi Indonesia saat ini.

Terkait hal itu, serta melihat masih besarnya potensi tantangan dari kondisi global yang dapat berpotensi menganggu kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah panjang, BI akan secara tegas dan konsisten mengarahkan dan memprioritaskan kebijakan moneter pada terciptanya stabilitas.

"Dengan mempertimbangkan hal tersebut, Bank Indonesia memiliki ruang yang cukup besar untuk menyesuaikan suku bunga kebijakan (7 Days Reverse Repo). Respon kebijakan tersebut akan dijalankan secara konsisten dan pre-emptive untuk memastikan keberlangsungan stabilitas," ujar Agus dalam keterangan resminya.

Baca juga: Nilai Dolar Naik, Cicilan Utang Negara Makin Tinggi

Related

News 3316012149403907360

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item