Pelecehan Seksual dan Dampak yang Terjadi pada Korban

Pelecehan Seksual dan Dampak yang Terjadi pada Korban

Naviri.Org - Topik soal pelecehan seksual mengemuka baru-baru ini, setelah Via Vallen mengunggah screenshot percakapannya dengan seseorang yang ia anggap telah melecehkannya. Pihak yang dituduh Via Vallen adalah seorang pesepak bola. Meski ia tidak menyebutkan namanya, para netizen tampaknya memahami siapa yang dimaksud Via.

Terlepas dari hal itu, masalah pelecehan seksual sebenarnya bukan masalah kecil. Karena ia ada di mana-mana, menimpa banyak orang, siapa saja. Pelecehan seksual bisa terjadi di dunia maya, juga bisa terjadi di dunia nyata.

Data survei atas 4.248 orang dewasa di Amerika Serikat pada 2017 memperlihatkan bahwa 41 persen responden mengaku pernah mendapatkan pelecehan secara siber.

Survei yang sama juga memperlihatkan bahwa 21 persen perempuan berumur 18 sampai 29 tahun pernah mendapatkan pelecehan seksual. Angka itu dua kali lipat ketimbang lelaki dalam kelompok umur yang sana, yang mencapai 9 persen.

Pelecehan seksual, juga pelecehan lainnya, secara etika adalah tindakan yang merendahkan martabat manusia. Dampaknya, secara psikologis, juga sangat merugikan korbannya.

Sebuah survei yang dilakukan pada Juli 2017 memperlihatkan betapa buruknya dampak psikologis yang ditanggung para perempuan yang menjadi korban pelecehan secara online. Dampak psikologis yang paling banyak dirasakan oleh para korban adalah perasaan tak berdaya untuk merespons pelecehan secara online itu. Yaitu sebanyak 66 persen.

Sementara tidak bisa tidur dengan nyenyak dirasakan oleh 63 persen korban. Sedangkan kehilangan rasa percaya diri dialami oleh 61 persen korban. Dan masih banyak dampak psikologis lain yang membebani korban pelecehan.

Mempertimbangkan dampak buruk secara psikologis yang ditanggung oleh para korban dan kecenderungan peningkatan kasus pelecehan seksual secara siber, perlu upaya yang jelas menuju ke dua arah: penanganan korban dan pencegahan. Dukungan terhadap korban termasuk di dalamnya adalah mendorong agar tidak berdiam diri ketika mengalami pelecehan seksual itu.

Langkah untuk membuat jera para pelaku pelecehan juga perlu dilakukan secara terarah. Upaya shaming (mempermalukan), seperti yang dilakukan Via Vallen, adalah salah satu bentuk sanksi sosial kepada pelaku pelecehan, yang biasanya dilakukan bersamaan dengan naming (penyebutan pelaku).

Tentu saja sanksi sosial tidaklah cukup untuk memberikan efek jera kepada para pelaku atau mereka yang berniat melakukan pelecehan seksual. Kasus pelecehan seksual harus dilanjutkan dengan proses hukum.

Baca juga: 4 Artis Indonesia yang Pernah Mengalami Pelecehan Seksual

Related

Female 682002162348895628

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item