4 Fakta Yoshinori Ohsumi, Peraih Nobel Kedokteran dari Jepang

Yoshinori Ohsumi, Peraih Nobel Kedokteran dari Jepang

Naviri.Org - Jepang adalah negara yang terkenal di banyak bidang. Selain terkenal sebagai negara maju, Jepang juga terkenal sebagai negara yang memiliki utang sangat besar. Selain terkenal sebagai penghasil film dewasa, Jepang juga terkenal sebagai penghasil berbagai produk elektronik. Selain terkenal sebagai negara dengan jumlah artis film porno terbanyak, Jepang terkenal sebagai penghasil ilmuwan-ilmuwan hebat.

Salah satu ilmuwan hebat yang juga dilahirkan Jepang adalah Yoshinori Ohsumi, seorang pakar biologi sel, yang mendapat hadiah Nobel Kedokteran. Ia mendapatkan hadiah bergengsi dalam dunia penelitian itu berkat penemuannya pada mekanisme autophagy.

Autophagy, yang berarti "memakan diri sendiri" adalah mekanisme sel sebagai upaya untuk menjaga kesehatannya melalui program daur ulang internal, di mana mereka menghancurkan komponen dirinya, yang bertujuan untuk membuat sel baru, dan juga melawan serangan bakteri serta virus.

Selama hampir 30 tahun, Ohsumi (71) tekun melakukan penelitian tentang autophagy. Ia diganjar hadiah sekitar 8 juta kronor Swedia atau sekitar 12 miliar rupiah pada acara penyerahan hadiah Nobel. Berikut adalah fakta-fakta menarik peraih Nobel Kedokteran itu.

Ohsumi adalah ilmuwan Jepang keempat yang mendapat Nobel Kedokteran

Menurut The Japan Times, Ohsumi adalah orang Jepang ke-25 yang mendapatkan Hadiah Nobel, dan yang ke-4 untuk kategori Nobel Kedokteran.

Lahir pada tahun 1945 di Fukuoka, Jepang, ia sempat bekerja selama tiga tahun di Universitas Rockefeller, New York, kemudian melanjutkan studinya di Universitas Tokyo dan meraih gelar PhD. Ia kemudian mendirikan pusat penelitian. Saat ini, Ohsumi masih menjadi peneliti yang aktif bekerja di laboratorium.

Peneliti pertama yang menguak daur ulang sel

Sel membutuhkan daur ulang untuk bertahan hidup. "Ketika nutrisi tak mencukupi, sel punya sistem untuk memecah komponen yang sudah tua dan tidak diperlukan, lalu memanen bagian itu agar tetap terus hidup," kata Ivan Semeniuk, peneliti, seperti dikutip The Globel and Mail.

Sistem memakan diri sendiri ini disebut autophagy, dan ditemukan oleh Ohsumi dalam sel-sel ragi roti di tahun 1988. Sejak saat itu, Ohsumi menyebut dirinya sebagai "peneliti dasar ragi", meski sebenarnya penemuan ini dikenal secara luas karena sangat penting dalam kelangsungan hidup sel manusia.

Penelitiannya bermanfaat pada sejumlah penyakit

Beberapa kondisi seperti kanker dan penyakit saraf terjadi akibat mutasi gen autophagy. Penelitian mengenai autophagy bisa menjelaskan, bahkan membantu mencegah, terjadinya penyakit-penyakit.

Dapat menjelaskan bagaimana kita beradaptasi pada kelaparan

Autophagy sebenarnya mekanisme alami tubuh kita untuk bertahan hidup. Dengan mempelajari hal ini, para ilmuwan berusaha memahami bagaimana kita menghadapi situasi ekstrem.

"Penemuan Ohsumi membuka jalan untuk memahami pentingnya authophagy dalam berbagai proses fisiologis, misalnya adaptasi pada kelaparan atau respons infeksi," kata komite juri Nobel dalam siaran pers.

Pesan untuk ilmuwan muda

Ohsumi terkejut dengan terpilihnya dirinya sebagai pemenang Nobel, tetapi ia merasa sangat terhomat.

"Saya hanya bisa mengatakan merasa terhormat. Saya ingin menyampaikan kepada orang-orang muda bahwa tidak semua akan sukses dalam sains, tetapi penting untuk menerima tantangan," katanya seperti dikutip oleh NHK dan The New York Times.

Baca juga: Mengapa Stephen Hawking Tidak Mendapat Hadiah Nobel?

Related

Science 8405938081507781670

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item