Bride Buying, Fakta di Balik Jual Beli Pengantin Wanita di India

Bride Buying, Fakta di Balik Jual Beli Pengantin Wanita di India

Naviri Magazine - Menjadi pengantin bisa jadi kenyataan indah bagi kebanyakan orang, karena akan bersatu dengan orang yang dicintai. Namun tidak begitu dengan sebagian perempuan di India. Menjadi pengantin, bagi mereka, bisa menjadi mimpi buruk, jika ternyata mereka menjadi “objek perdagangan” dalam Bride Buying.

Bride Buying atau Bride Purchasing adalah praktik jual beli pengantin perempuan yang umum terjadi di beberapa daerah di India. Misalnya di daerah Haryana, Jarkhand, dan Punjab.

Para pengantin umumnya masih di bawah umur. Kebanyakan dari mereka "dijual" orang tuanya dengan tujuan agar kehidupan sang anak menjadi lebih baik. Kenyataannya, oleh para suami, para pengantin itu diperkosa, dipaksa menjadi pelacur, bahkan diperdagangkan kembali.

Biasanya, para pengantin didatangkan dari daerah Bihar, Assam, dan Bengal Barat. Setiap pengantin dihargai $88-$660 atau sekitar Rp1,2 juta-8,6 juta. Sedangkan orang tua pengantin dibayar $11-$22 atau sekitar Rp150 ribu-300ribu.

Namun sebenarnya, alasan utama yang menjadi pemicu maraknya perdagangan pengantin ini karena keluarga di India lebih memilih untuk mempunyai anak laki-laki daripada anak perempuan. Mempunyai anak perempuan dianggap sebagai beban hidup keluarga.

Pada saat umurnya baru 16 tahun, Bimla (bukan nama sebenarnya), dipaksa menikah dengan seorang laki-laki bernama Naresh (bukan nama sebenarnya), yang saat itu sudah berumur 37 tahun.

Bimla dibeli dengan harga $1.100 atau sekitar Rp14,3 juta. Dan sekarang Bimla sudah mempunyai satu anak perempuan dan dua anak laki-laki.

Bimla seperti tawanan, dia tidak diizinkan untuk keluar rumah. Setiap kali dia pergi, anggota keluarga dari pihak suaminya harus mengawal dan ikut pergi bersamanya. Dan ketika dia mengunjungi orang tuanya, ketiga anaknya tidak diizinkan untuk dibawa. Karena mertua Bimla berpikir, jika ketiga anaknya ikut dibawa, Bimla tidak akan pernah kembali.

Menurut mertua Bimla, mereka membelinya untuk mengangkat nama baik keluarga dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Naresh mengatakan bahwa dia tidak mempercayai istrinya, Bimla. Dia takut Bimla akan kabur kapan saja. Makanya, pengawasan ketat sangat diperlukan.

Naresh juga mempunyai seorang adik laki-laki yang juga berencana membeli seorang pengantin. Menurut dia, dengan uang, mereka bisa membeli banyak istri dengan harga yang sangat murah.

Kisah lain

Orang tua Aditya Desai menginginkan dia untuk menikahi seseorang yang mapan, padahal saat itu dia baru berumur 12 tahun. Dia dijanjikan kehidupan yang layak di New Delhi, oleh karena itu dia rela dibawa orang asing yang sama sekali belum dikenalnya.

Aditya dijual kurang dari $20 atau sekitar Rp260 ribu pada suami pertamanya, di sebelah selatan New Delhi. Sebulan kemudian, dia dijual lagi pada seorang laki-laki yang umurnya tiga kali lipat umurnya. Dan setelah 20 tahun, mereka masih menikah sampai sekarang.

Tapi ternyata tidak semua kisah Bride Buying membuat miris.

Joginder Singh sudah berumur 36 tahun. Dan dia hanyalah seorang penjahit yang membuka lapaknya di daerah Kurukshetra. Dia mengaku membeli istrinya yang bernama Shandya, seharga $440 atau sekitar Rp5,8 juta.

Walaupun dia tahu bahwa dia mendapatkan istrinya dengan cara yang ilegal, tapi dia merasa senang. Hal yang sama juga dikatakan oleh Shandya. Dia berasal dari Bengal Barat, dan di sana keluarganya hanya bekerja sebagai buruh. Sekarang, Joginder dan Shandya sudah mempunyai dua anak perempuan.

Baca juga: Sejarah dan Asal Usul Istilah Honeymoon

Related

World's Fact 6162656922566465827

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item