Di Indonesia, Orang Jarang Membuka Internet Lewat Desktop

 Di Indonesia, Orang Jarang Membuka Internet Lewat Desktop

Naviri Magazine - Ketika internet awal dikenal di Indonesia, sarana untuk mengaksesnya bisa dibilang hanya lewat komputer dekstop. Dengan komputer yang terhubung internet lewat modem, orang bisa berselancar ke internet. Namun, perubahan zaman ikut mengubah cara orang dalam mengakses internet. Seiring makin canggihnya teknologi ponsel pintar, kini orang mulai meninggalkan komputer dekstop dan beralih ke ponsel pintar untuk mengakses internet.

Dominasi ponsel pintar di dunia teknologi terus berlari kencang, dan tidak menunjukkan tanda-tanda melambat. Akibatnya, pengguna internet melalui ponsel kian banyak dan mengalahkan aktivitas serupa di desktop.

Maklum, semakin banyak aktivitas daring yang dapat dilakukan pengguna melalui ponsel pintarnya. Mulai pembayaran tagihan hingga pemesanan transportasi, dapat dilakukan hanya dengan beberapa kali sentuhan jari.

Data StatCounter dua tahun silam menunjukkan ponsel pintar dan sabak (tablet) untuk pertama kalinya melewati komputer desktop. Data periode Oktober 2016 menunjukkan 51,3 persen warga dunia mengakses internet melalui ponsel pintar. Sedangkan pengguna internet melalui desktop sebesar 48,7 persen.

Namun, perlu dicermati bahwa data ini dikumpulkan berdasarkan informasi 2,5 juta situs dan 15 miliar page view per bulan.

Jadi, angka ini tidak melibatkan penggunaan internet dari aplikasi media sosial layaknya Facebook dan WhatsApp. Padahal dua aplikasi tersebut diyakini menyumbang porsi penggunaan internet yang signifikan.

Selain peralihan pangsa pasar, data ini juga mengungkap tren penggunaan internet melalui desktop menurun sejak 2009. Sebaliknya, aktivitas internet di gawai bergerak (mobile) meningkat.

Di Indonesia, modus pengguna internet justru lebih esktrem. Berdasarkan laporan tersebut, 65,5 persen pengguna internet mengggunakan ponsel pintar dan 2,29 persen pengguna menggunakan sabak (tablet).

Bahkan angka pengguna internet lewat desktop di Indonesia justru di bawah rerata global, hanya 32,22 persen. Situasi senada juga terjadi di India, negeri dengan populasi 1,2 miliar jiwa.

Kondisi berbeda terjadi di Amerika Serikat (AS) dan Inggris. Di dua negara tersebut, masyarakat masih akrab berselancar di internet dengan komputer desktop.

Di AS, pangsa pengguna komputer desktop masih 58 persen, berbanding 42 persen pengguna mobile. Adapun di Inggris, angka pengguna internet melalui desktop masih 56 persen, dan melalui ponsel pintar serta sabak mencapai 44,4 persen.

Aodhan Cullen, kepala eksekutif StatCounter, menjelaskan situasi di AS dan Inggris itu disebabkan situs internet sejumlah usaha kecil dan pengecer yang tidak ramah ponsel serta sabak.

"Laporan ini harus menjadi peringatan, terutama bagi kalangan usaha kecil, pedagang individu, dan profesional. Mereka harus memastikan situs mereka ramah mobile. Banyak situs berumur lebih tua tidak memiliki keramahan ini," ujarnya dalam rilis resmi.

Cullen lebih lanjut menegaskan bahwa keramahan situs pada gawai mobile adalah penting. Pertama, Google mulai mendukung situs mobile-friendly dalam hasil pencarian.

Kemudian, Google membangun indeks utama untuk hasil pencarian khusus mobile. Hal ini memungkinkan hasil berbeda, jika pengguna melakukan pencarian antara gawai mobile dan komputer desktop.

Meski begitu, mesin pencarian desktop akan dipertahankan. Namun indeks mobile akan mendapat prioritas dan diperbarui lebih sering.

Kedua, Google juga menyediakan bantuan dengan membuat laman "test my site" mulai Juni silam. Laman itu ditujukan kepada para pengembang situs untuk mengukur performa situs masing-masing jika diakses melalui mobile dan desktop.

Baca juga: Pertumbuhan Konsumsi Konten Digital di Indonesia

Related

Internet 8116671448703244775

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item