Asal Usul Layanan Aplikasi Pencari Jodoh

Asal Usul Layanan Aplikasi Pencari Jodoh

Naviri Magazine - Bagaimana kita bisa memastikan Si A akan cocok dengan kita, andaikan kita ingin menjadikan Si A sebagai pasangan? Pertanyaan semacam itu, di masa lalu, mungkin akan sulit dicari jawabannya, kecuali kalau kita memang mengenal Si A dengan sangat dekat, sehingga bisa mengetahui sifat-sifatnya, hingga kepribadiannya yang paling dalam.

Namun, di masa sekarang, pertanyaan seputar kecocokan semacam itu bisa terbantu dengan algoritma melalui penggunaan teknologi. Kenyataannya, saat ini ada beberapa aplikasi layanan jodoh yang mengklaim mampu mempertemukan orang-orang yang akan cocok jika berpasangan.

Dalam laporan yang dipublikasikan Statista, berjudul “eServices: Dating Services”, ada tiga jenis aplikasi atau layanan jodoh. Layanan itu adalah mencari hubungan (matchmaking), flirt (kencan online), dan pasangan seks (kencan kasual). Dari tiga jenis itu, matchmaking ialah yang paling populer.

“Tentu saja ada sisi buruk pada berbagai hal. Tapi, menurutku, pada bagian terbesar, online dating merupakan salah satu hal yang benar-benar memecahkan salah satu masalah besar masyarakat,” kata Gery Kremen, salah satu pendiri Match.com.

Layanan matchmaking berawal pada seorang mahasiswa Harvard University bernama Jeff Tarr yang mendirikan layanan perjodohan bernama Operation Match. Saat itu, di musim panas 1965, sebagaimana dikisahkan The Guardian, Tarr merasa jengah dengan lingkaran sosial kampusnya.

Berbekal kemampuan matematika, dan bantuan rekan matematikawan, Tarr lalu membikin kuis berjudul “kencan idaman” yang dibagikan pada teman-temannya. Tarr memasukkan pertanyaan-pertanyaan pribadi, seperti “percayakah pada Tuhan?” atau, “siapkah untuk menikah dan memiliki anak?” yang dikombinasikan formula matematika, yang pada akhirnya menghasilkan kesimpulan siapa cocok dengan siapa.

Guna memudahkan analisis, Tarr menyewa komputer IBM 1401 untuk melakukan proses komputasi seharga $100 per jam. Jawaban kuis yang dikembalikan lalu dianalisis ke komputer, yang menghasilkan sekitar enam kencan potensial. Lengkap dengan identitas siapa sosok yang bisa diajak kencan tersebut, seperti nama, alamat, hingga nomor telepon untuk dihubungi.

Tak disangka, kuis yang dibikin Tarr laku. Banyak mahasiswa yang mengembalikan untuk dianalisis oleh Tarr. Pada tahun 1966, Operation Match mengklaim memperoleh 90 ribu orang yang mengajukan untuk dianalisis.

Layanan matchmaking populer. Data yang dipublikasikan Statista menyebut bahwa layanan tersebut menghasilkan pendapatan senilai $734 juta di tahun 2016. Pada tahun 2021 angkanya diprediksi akan meningkat menjadi $890 juta.

Kepopuleran aplikasi ini pun diungkap oleh The America National Academy of Sciences. Dalam rentang 2005 hingga 2012, sepertiga orang AS yang menikah bertemu pasangan mereka secara online.

Baca juga: Urusan Jodoh, dari Zaman Socrates Sampai Tinder

Related

Romance 7071252792144453792

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item