Berdasarkan Studi, Penduduk Bumi Benar-benar Tidak Bahagia

Berdasarkan Studi, Penduduk Bumi Benar-benar Tidak Bahagia

Naviri Magazine - Apakah kehidupan orang zaman sekarang lebih baik dibanding kehidupan orang zaman dulu? Kemungkinan besar jawabannya adalah iya. Namun, apakah kehidupan orang zaman sekarang lebih bahagia dibandingkan kehidupan orang zaman dulu? Kemungkinan jawabannya adalah tidak.

Kenyataan itu setidaknya terungkap dalam penelitian terbaru yang dilakukan oleh Gallup, perusahaan konsultasi manajemen global yang berbasis di Amerika Serikat. Mereka meneliti emosi 154 ribu orang di lebih dari 145 negara. Dalam laporan terbaru itu terungkap bahwa penduduk dunia kini benar-benar tidak bahagia. Aura negatif menyelimuti Bumi.

Laporan berjudul Negative Experiences Index—berisi data rata-rata orang melaporkan rasa sakit fisik, kesedihan, kemarahan, kekhawatiran, serta stres—mengungkap bahwa tahun 2017 adalah tahun dengan hasil laporan tertinggi sejak dibuat pertama kali tahun 2006.

"Lebih dari satu di antara tiga orang mengatakan mereka mengalami banyak kecemasan (38 persen) atau stres (37 persen), dan tiga dari 10 mengalami banyak rasa sakit fisik (31 persen)," sebut laporan itu. Satu dari lima penduduk dunia juga mengalami kesedihan (23 persen) atau rasa marah (20 persen).

Tingkat kecemasan dan stres secara keseluruhan meningkat dua persen dari tahun sebelumnya, sementara kesedihan dan rasa sakit fisik masing-masing naik satu persen. Hasil tersebut dihitung hingga muncul skor indeks 30 dari total 100, naik dari angka 28 pada tahun 2016.

“Setidaknya satu dari lima mengalami kesedihan (23 persen) atau marah (20 persen). Secara keseluruhan, tingkat kecemasan dan stres meningkat dua poin persentase dari tahun sebelumnya, sementara kesedihan dan rasa sakit fisik masing-masing naik satu poin. Pengalaman kemarahan tetap tidak berubah. "

Apa yang menjadi alasan di balik hasil tersebut tidak dijabarkan secara rinci dalam studi. Tetapi laporan menunjukkan bahwa gejolak di seluruh dunia dapat menjelaskannya.

Di Amerika Serikat, contohnya, meski telah mencapai status negara yang maju dan makmur, stres adalah hal yang muncul dalam pikiran banyak penduduk di sana. Survei domestik menunjukkan tingkat stres, kecemasan, dan depresi tinggi di negara ini—dan hanya 33 persen orang Amerika mengatakan bahagia dalam jajak pendapat 2017.

Jajak pendapat American Psychiatric Association baru-baru ini mengungkap kecemasan ekonomi dan politik sebagai akar masalah. Orang Amerika mengatakan lebih cemas sekarang ini daripada di waktu yang sama tahun lalu.

Alasannya, kekhawatiran menjaga diri mereka dan keluarga tetap aman, tagihan, dan dampak politik pada hidup mereka.

Republik Afrika Tengah (CAR) menggantikan Irak sebagai negara paling negatif di dunia. Survei menemukan bahwa tiga perempat penduduk mengatakan mereka mengalami sakit fisik dan khawatir pada hari sebelumnya.

Ada lebih dari 600 ribu orang telantar di negara ini, akibat kekerasan antara perselisihan kelompok Kristen dan Muslim dalam beberapa tahun terakhir, menurut Badan Pengungsi PBB (UNHCR).

Gallup bahkan mengatakan pihaknya tidak dapat mewawancarai orang-orang dari beberapa bagian negara tersebut karena faktor keamanan. Meski demikian, indeks untuk CAR mencapai angka 61, adalah tertinggi yang pernah tercatat untuk negara manapun.

CAR dan Irak diikuti oleh Sudan Selatan, Chad, Sierra Leone, dan Mesir, sebagai negara paling negatif di dunia. Negativitas juga meningkat secara umum di seluruh wilayah sub-Sahara Afrika.

"Secara kolektif, dunia lebih tertekan, khawatir, sedih, dan kesakitan hari ini daripada yang pernah kami lihat," kata Gallup Managing Editor, Mohamed S. Younis.

Tidak hanya membahas dari sisi negatif, Gallup juga memiliki laporan terpisah mengenai kebahagiaan berjudul Positive Experience Index.

Untuk menentukan penempatan dalam daftar ini, survei yang dilakukan menanyakan kepada penduduk tentang seberapa sering mereka merasa senang, tersenyum, beristirahat dengan baik, dan diperlakukan dengan hormat.

Sekitar 70 persen orang dewasa dari 147 negara mengatakan mereka mengalami "banyak kesenangan, tersenyum atau tertawa banyak, merasa cukup istirahat dan merasa diperlakukan dengan hormat" pada hari sebelum survei. Sementara hanya sekitar 46 persen yang mengatakan mereka belajar atau melakukan sesuatu yang menarik sebelumnya.

Hasil ini memberi dunia skor indeks sebesar 69 dari total 100, yang setara dengan dekade sebelumnya, tetapi sedikit turun dari peringkat tahun 2016 dengan angka 70.

Indonesia menjadi satu-satunya negara dari Asia yang masuk dalam peringkat 10 besar, dan salah satu dari tiga negara dalam daftar yang didominasi Amerika Latin.

Paraguay terus menduduki daftar teratas dalam bagian ini, dalam tiga tahun terakhir. Paraguay mendapat skor 85, diikuti oleh Kolombia, El Salvador, dan Guatemala.

Meskipun banyak dari negara-negara ini juga mengalami kerusuhan dan kemiskinan, lembaga survei menulis rahasia mengapa negara-negara Amerika Latin banyak masuk dalam daftar, karena penduduknya cenderung fokus pada hal-hal positif dalam hidup.

Younis menjelaskan penelitian ini penting, karena kepala negara tidak bisa secara efektif memimpin rakyatnya, mencari peluang yang lebih baik, dan memastikan bahwa generasi mendatang menjalani kehidupan lebih baik daripada sebelumnya, tanpa mengevaluasi dan memahami kehidupan rakyat soal realitas yang mereka hadapi.


Related

World's Fact 3098636317398986322

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item