Jamal Khashoggi, Wartawan Saudi yang Hilang Misterius

Jamal Khashoggi, Wartawan Saudi yang Hilang Misterius

Naviri Magazine - Nama Jamal Khashoggi banyak disebut-sebut akhir-akhir ini, lantaran dia dinyatakan hilang secara misterius. Pada 2 Oktober 2018, Jamal Khashoggi terlihat memasuki konsulat Saudi di Istanbul, dengan maksud mengurus surat-surat untuk dokumen yang ia perlukan. Sejak itu, ia tidak tampak keluar lagi, hingga media-media di dunia memberitakan peristiwa tersebut.

Sejumlah media Amerika Serikat melaporkan, pemerintah Turki memiliki rekaman suara dan video yang menurut mereka membuktikan bahwa Khashoggi dibunuh di dalam konsulat Saudi saat ia hilang.

Pejabat AS dan Turki dilaporkan mengatakan rekaman itu menunjukkan tim keamanan Saudi menahan Khashoggi saat ia mengambil dokumen untuk kelengkapan pernikahannya. Ia kemudian dibunuh dan tubuhnya dipotong-potong.

Arab Saudi menyanggah terlibat dalam hilangnya Khashoggi.

Jamal Khashoggi meniti karier sebagai seorang reporter ketika dia sudah berteman dengan Osama bin Laden, sampai kemudian menjadi pembangkang terkemuka Arab Saudi yang harus meninggalkan negaranya.

Sebelum hilang di konsulat Saudi di Istanbul, Turki, keputusan Khashoggi untuk mengasingkan diri membuatnya harus membagi waktunya antara Amerika Serikat, Inggris dan Turki.

Dia meninggalkan Arab Saudi pada bulan September 2017, setelah berbeda pendapat dengan penguasa kerajaan Arab Saudi.

Dari luar negeri, dia menyebarkan pandangan kritis terhadap pemerintah Saudi lewat kolomnya di koran Amerika Serikat, Washington Post, dan akun Twitternya yang sangat populer dengan lebih 1,6 juta pengikut.

Perjalanan ke Afghanistan

Pria berumur 59 tahun ini memulai kariernya sebagai wartawan di Arab Saudi setelah lulus dari sebuah universitas Amerika di tahun 1985. Selama bekerja di koran al-Madina di tahun 1990-an, dia banyak menulis tentang milisi berhaluan Islam yang pergi ke Afghanistan untuk melawan invasi Soviet.

Dia beberapa kali mewawancarai pria Arab Saudi, Osama bin Laden, yang dia katakan telah dikenalnya sejak masih muda. Saat itu bin Laden belum menjadi tokoh yang dikenal di Barat sebagai pemimpin al-Qaida.

Khashoggi mengunjungi bin Laden di gua-gua pegunungan Tora Bora, selain mewawancarainya di Sudan pada tahun 1995. Beberapa tahun kemudian, Khashoggi sendiri diwawancarai media Jerman, Der Spiegel, pada tahun 2011, terkait dengan hubungannya dengan Osama bin Laden.

Khashoggi mengakui telah menyebarkan pandangan bin Laden di masa lalu dengan menggunakan cara tidak demokratis, seperti menyusupi sistem politik atau menggunakan kekerasan untuk membebaskan dunia Arab dari rezim korup.

Membela reformasi

Sejak saat itu, wartawan ini menjadi salah satu pemikir progresif yang paling banyak menyatakan pandangan tentang negaranya. Khashoggi sering dikutip media Barat sebagai seorang ahli radikalisme Islam.

Dia juga dipandang sebagai salah satu orang yang berada di dalam lingkaran dalam sistem Saudi, karena banyak mengenal orang penting. Ia juga bergaul dengan keluarga kerajaan.

Khashoggi bekerja di sejumlah media Arab dan saluran TV, memulai karier sebagai wartawan asing, sampai menjadi pemimpin redaksi.

Tetapi dia harus dua kali meninggalkan pekerjaannya di koran al-Watan, di tahun 2003 dan 2010, karena tulisannya yang kritis terhadap kelompok Islam yang mendominasi Arab Saudi, pendukung Salafisme yang dikenal akan pemahaman agama yang ketat.

Di antara tahun-tahun itu, Khashoggi meninggalkan Saudi untuk menjadi penasihat media Pangeran Saudi, Turki al-Faisal, mantan pemimpin intelijen yang menjadi duta besar Saudi untuk Inggris dan kemudian untuk AS.

Tahun 2010, miliarder Saudi, Alwaleed bin Talal, menugaskan Jamal Khashoggi untuk memimpin stasiun TV barunya yang bermarkas di Bahrain.

Pergolakan Arab

Al-Arab dipandang sebagai saingan Al-Jazeera yang didanai Qatar. Tetapi tidak lama setelah diluncurkan, stasiun TV baru di bawah pimpinan Khashoggi ini ditutup karena menyiarkan wawancara dengan tokoh oposisi Bahrain.

Sementara itu, Khashoggi juga memberikan sejumlah wawancara dengan media asing, mengecam monarki absolut Arab Saudi dengan mengatakan sistem demokratis diperlukan bagi kestabilan negara di masa depan.

Ketika pergolakan Arab pecah, Khashoggi berpihak pada kelompok oposisi yang mendesak perubahan di Mesir dan Tunisia.

Pandangannya sangat bertolak belakang dengan kebijakan resmi Kerajaan Saudi, yang memandang pemberontakan Arab sebagai ancaman.

Beda pendapat terkait Trump

Pada bulan Desember 2016, ketika Putra Mahkota Saudi membina hubungan dengan presiden AS yang baru terpilih, Donald Trump, Khashoggi dilaporkan mempertanyakannya. Sejumlah laporan media Arab mengisyaratkan tulisannya tentang masalah ini telah disensor.

Khashoggi juga kritis terhadap keputusan pemerintah Saudi yang memutus hubungan dengan Qatar. Dia mendesak kerajaan itu berteman dengan Turki, terkait dengan sejumlah masalah kawasan. Negara itu dipandang dekat dengan Qatar.

Wartawan veteran ini lalu pergi ke AS pada bulan September 2017. Khashogi menuduh pemimpin de-facto Arab Saudi, Putra Mahkota Mohammed bin Salman, telah menindas para pemrotes.

'Bertingkah laku mirip Putin'

"Saya meninggalkan rumah, keluarga, dan pekerjaan, dan saya menyuarakan pandangan saya dengan tegas," katanya, "jika tidak melakukannya, sama saja dengan mengkhianati orang-orang yang dipenjara. Saya bisa bersuara, sementara banyak orang lain tidak bisa."

"Saya bisa mengatakan Mohammed bin Salman bertingkah laku seperti Putin. Dia menerapkan hukum dengan sangat berpihak," tulisnya lewat kolom di Washington Post.

Khashoggi melanjutkan kritikannya terhadap pemimpin Saudi, sampai dia memasuki gedung konsulat di Istanbul. Itulah terakhir kalinya dia terdeteksi.


Related

News 7876499827667163107

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item