Kelahiran Yakuza di Jepang Telah Dimulai Ribuan Tahun Lalu

Kelahiran Yakuza di Jepang Telah Dimulai Ribuan Tahun Lalu

Naviri Magazine - Dalam film, kita kerap menemukan kisah yang terkait dengan yakuza, yaitu organisasi para penjahat, semacam mafia. Layaknya organisasi, yakuza memiliki pemimpin, tokoh-tokoh kunci yang menempati posisi-posisi tertentu, hingga markas untuk melakukan rapat dan pertemuan.

Namun, pernahkah kita membayangkan bagaimana asal usul mereka sebenarnya? Mengapa yakuza bisa muncul di Jepang?

Sebagaimana mafia (Italia), kartel (Amerika Latin), yakuza pada dasarnya merupakan istilah yang merujuk kepada sindikat kriminal dengan bisnis kotor yang meliputi perjudian, keamanan, prostitusi, hingga perdagangan manusia.

Untuk memahami asal muasal mereka, dapat dimulai sejak Shogun Tokugawa berkuasa pada tahun 1612. Akibat situasi waktu itu, sekitar 500.000 orang samurai, yang sebelumnya disebut hatomoyakko (pelayan shogun), kehilangan tuan. Mereka kemudian dikenal sebagai kaum ronin.

Dengan kondisi hidup yang tidak menentu, mayoritas ronin tersebut memilih menjadi penjahat, dan dikenal sebagai kabuki-mono: istilah yang kurang lebih mendeskripsikan seorang samurai dengan gaya urakan, dan selalu membawa pedang ke mana-mana. Selayaknya penjahat, mereka berbicara satu sama lain dengan menggunakan berbagai kode rahasia dan bahasa slang.

Seiring berjalannya waktu, keberadaan para kabuki-mono mulai meresahkan masyarakat. Demi menjaga keamanan, banyak kota kecil di Jepang membentuk machi-yokko, semacam satgas desa yang terdiri dari berbagai lintas profesi.

Ironisnya, ketika machi-yokko mulai berhasil meredam keganasan para kabuki-mono, kebanyakan dari anggota mereka justru beralih menjadi pedagang curang (tekiya) atau penjudi (bakuto). Makin gawat karena pada abad 17 mereka juga dipelihara oleh Shogun.

Silang sengkarut kejahatan inilah yang kelak menjadi identitas kultural yakuza. Nama yakuza berasal dari permainan tradisional Oicho-Kabu, semacam permainan kartu blackjack khas Jepang. Secara harfiah, ya-ku-za (8-9-3) memiliki arti kehilangan tangan. Sebab itulah, tiap anggota yakuza yang bersalah akan diberi hukuman memotong jarinya sendiri, atau disebut dengan istilah yubitsume.

Para yakuza percaya bahwa sejatinya mereka memegang teguh filosofi yang menjunjung tinggi kemanusiaan dan keadilan. Mereka menganggap dirinya sebagai “orang-orang yang akan mempertaruhkan nyawa mereka sendiri demi membantu kaum yang lemah dan tertindas melawan pihak yang lebih kuat.”

Pada 1992, seorang sutradara Jepang, Juzo Itami, pernah membuat film satire yang mengeksploitasi segala kedegilan yakuza, berjudul Minbo: the Gentle Art of Japanese Extortion, The Gangster's Moll and The Anti-Extortion Woman.

Lima tahun usai film tersebut dirilis, Itami dikabarkan tewas bunuh diri dengan cara melompat dari gedung tempat ia berkantor. Namun banyak yang percaya bahwa Itami sebetulnya dibunuh oleh Tadamasa Goto, mantan bos Goto-gumi, sindikat kriminal yang juga bagian dari Yamaguchi-gumi.

Baca juga: Keberadaan Yakuza di Jepang Justru Menurunkan Angka Kejahatan

Related

World's Fact 6447430303350072753

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item