Bagi Orang Kaya-Raya, Mati pun Harus Tetap Tampak Kaya

Bagi Orang Kaya-Raya, Mati pun Harus Tetap Tampak Kaya

Naviri Magazine - Sebagian orang kaya bisa dikenali dengan penampilan mereka—baju mahal, tas mahal, sepatu mahal, jam tangan mahal, sampai mobil mahal. Gaya hidup yang serba mahal itu seperti telah menjadi identitas orang-orang kaya. Dalam hal itu, sebagian orang kaya di China bahkan ingin tetap tampak kaya ketika mereka mati.

Di China, biaya pemakaman sangat mahal. Makin menyusutnya tanah kuburan menjadikan harga tanah untuk pemakaman semakin naik.

Sebenarnya, pemerintah China membantah bahwa pemakaman di negeri itu sangat mahal. Dalam sebuah konferensi tahun lalu, Kementerian Urusan Sipil China mengatakan bahwa ongkos pemakaman itu murah, asal ikut cara pemerintah, yakni dengan cara dikremasi.

Kremasi lebih murah dan ramah lingkungan. Apalagi jika abu jenazah dibuang ke laut. Menteri Urusan Sipil, Li Liguo, dalam konferensi itu mengatakan bahwa pemerintah malah menyediakan subsidi selama bertahun-tahun. Tarifnya, menurut Liguo, antara 1.000 yuan (US$ 161) dan 2.000 yuan.

Masalahnya, apa kata pemerintah tak sejalan dengan yang terjadi di lapangan. Publik lebih suka pemakaman tradisional daripada kremasi. Menurut China Daily, masih kental anggapan masyarakat bahwa upacara kematian itu erat kaitannya dengan status sosial dan ekonomi. Jadi makin mewah sebuah upacara, makin terhormat keluarga itu.

Jadi, kalau perusahaan penyedia jasa urusan kematian menerapkan tarif tinggi, permintaan tetap ada. Apalagi di tengah makin terbatasnya lahan. Permintaan terhadap pemakaman yang mewah makin tinggi. Padahal terbatasnya lahan membuat harga tanah kuburan terus melonjak.

Sebagai contoh di Suzhou di Provinsi Jiangsu. Rata-rata harga satu meter persegi tanah kuburan di sana antara 40-50 ribu yuan, yang lebih mahal dari harga tanah untuk perumahan. Faktanya, hanya 150 keluarga, dari 15 ribu kremasi di Suzhou tiap tahun, yang memakai model pemakaman murah ala pemerintah.

Wakil Menteri Urusan Sipil, Dou Yupei, mengatakan pemakaman memang mencerminkan psikologis masyarakat yang terkungkung tradisi. Pengakuan sosial dan tanda bakti adalah faktor utama yang membuat masyarakat kurang menerima model pemakaman murah.

Menurut Yupei, banyak masyarakat rela mengeluarkan banyak duit karena tekanan sosial atau gengsi. Ada pula yang menilai itu sebagai tanda bakti pada orang tua yang wafat.

Tapi pandangan seperti itulah yang justru menguntungkan perusahaan-perusahaan penyedia jasa pemakaman. Asosiasi Penguburan China menyatakan, margin bisnis pemakaman di China tak ada standarnya.

“Ada yang bisa meraih margin 300 persen dan bahkan bisa 1.000 atau 2.000 persen,” ujar asosiasi itu.

Situasi ini memusingkan pemerintah China. Berbagai kampanye untuk mempopulerkan kremasi sebagai cara yang lebih terjangkau, serta penebaran abu jenazah ke laut, telah dilakukan pemerintah untuk menekan harga pemakaman yang makin tak terjangkau.

Media milik pemerintah pun tak jarang menuliskan headline-headline berita bernada satir untuk mengkritisi tren pemakaman yang mahal itu. Salah satunya: “Mari kita hidup lebih lama dan sehat, karena kita tidak akan sanggup membayar kematian”. Yang lain menulis, ”Kuburan semakin mahal, bagaimana kalau kita membuang abu jenazah ke laut saja.”

Baca juga: Bisnis Orang Kaya, Jual Beli Properti Mewah di Berbagai Negara

Related

World's Fact 4587821022700186568

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item