Benarkah Rokok Herbal Tidak Berbahaya? Ini Jawaban Peneliti

Benarkah Rokok Herbal Tidak Berbahaya? Ini Jawaban Peneliti

Naviri Magazine - Rokok telah menjadi produk yang mendapat stigma negatif, karena dianggap membahayakan kesehatan, bagi si perokok maupun bagi orang-orang lain yang terpapar asap rokoknya. Stigma negatif rokok tidak hanya di Indonesia, namun juga di berbagai negara lain.

Kini, di Indonesia muncul produk rokok baru yang disebut rokok herbal. Berdasarkan klaim produsennya, rokok herbal tidak berbahaya, bahkan bisa membantu menjaga kesehatan. Benarkah klaim tersebut?

Hal itu dibantah oleh Koordinator Quit Tobacco Indonesia Fakultas Kedokteran (FK) UGM, Yayi Suryo Prabandari. Menurut dia, herbal maupun rokok sintetis itu masih ada nikotinnya dan bisa menyebabkan gangguan jantung.

''Peneliti di Quit Tobacco Indonesia pernah meneliti rokok herbal, ternyata tetap ada tembakaunya. Sehingga apabila rokok itu dinyalakan atau dikonsumsi, tetap saja satu batang rokok mengandung 7.000 bahan kimia dan 69 diantaranya karsinogen. Sehingga hal itu berbahaya bagi perokok maupun orang yang terkena asap rokok (perokok pasif),'' kata Yayi.

Menurut Yayi, soal rokok herbal tersebut sudah dilakukan pengujian di beberapa negara. Sehingga beberapa negara tetap melarangnya. Selama ini rokok herbal lebih banyak didistribusikan di negara-negara Asia.

Dia mengatakan, komunitas kretek dan petani mengembuskan isu bahwa tembakau itu obat kanker. ''Penelitian itu dilakukan oleh Prof Sukiman, tetapi belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah.  Kalau hasil penelitian itu belum masuk jurnal ilmiah, di tempat kami (Fakultas Kedokteran UGM) tidak akan menjadi referensi,'' tutur dia.

Bahkan, dia menambahkan, sampai saat ini belum satu pun hasil penelitian ilmiah yang dipublikasikan di jurnal internasional yang menyatakan bahwa tembakau bermanfaat bagi kesehatan.

Justru Fakultas Pertanian UGM, yang melakukan penelitian tembakau, itu menjadi salah satu disinfektan, yakni sebagai salah satu campuran pembersih. Sekarang penelitian tersebut sedang dalam taraf pengujian.

''Kalau dari Fakultas Pertanian melakukan penelitian tembakau bukan untuk dikonsumsi manusia, tetapi sebagai disinfektan. Mereka melakukan penelitian tersebut dengan alasan supaya apabila tanaman tembakau masih bisa dimanfaatkan untuk yang lain, karena untuk bahan rokok lebih banyak bahayanya,'' kata kakak Menteri Pemuda dan Olahraga Roy Suryo ini.

Sebuah studi yang dilakukan oleh National Institute on Drug Abuse Intramural Research Program di Baltimore menemukan bahwa rokok kretek maupun rokok yang menyatakan bebas bahan adiktif seperti rokok herbal, tetap mengandung kadar nikotin yang sama dengan rokok yang sudah ada selama ini.

Baca juga: Lingkaran Masalah Terkait Rokok di Indonesia

Related

Health 1323659802472984425

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item