Setelah Bumi Datar, Kini Muncul Teori Bumi Mirip Donat

Setelah Bumi Datar, Kini Muncul Teori Bumi Mirip Donat

Naviri Magazine - Bentuk Bumi sudah menjadi pengetahuan sejak lama, bahwa bentuk planet ini adalah bulat, layaknya planet-planet lain di alam semesta. Planet Bumi yang bulat ini berputar pada porosnya, dan beredar atau berotasi mengelilingi Matahari.

Meski kepercayaan mengenai bentuk Bumi sudah jadi pengetahuan yang diyakini bersama, namun ada saja yang bermaksud membantah. Salah satunya dengan munculnya sekelompok orang yang percaya bahwa bentuk Bumi adalah datar, bukan bulat.

Setelah memicu keributan dunia maya tahun lalu, pelan-pelan pamor teori bumi datar agak surut. Namun, kini muncul kelompok lain, dengan keyakinan yang lebih nyeleneh. Teorinya jauh lebih gila daripada kaum bumi datar, tapi pengikutnya di media sosial cukup loyal: mereka adalah penganut teori bumi berbentuk torus, wujud geometris mirip donat.

Ide planet berbentuk mirip donat muncul pertama kali di forum FlatEarthSociety.org yang diposting pada 2008. Pencetusnya sosok misterius, yang memakai nama akun Dr. Rosenpenis. Nah, teori awal tersebut dikembangkan lebih detail oleh akun lain bernama Varaug pada 2012, menyebar sampai sekarang.

Berdasarkan penganut teori donat, ada lubang besar di tengah planet Bumi, yang mustahil disaksikan manusia. Kata Varaug, akun yang menyebarkan gagasan ini, "cahaya terbelokkan ketika menuju bagian tengah lubang itu, sehingga mata kita sulit menyaksikannya."

Teori donat ini sama seperti saudara tuanya, kaum bumi datar, meragukan teori valid macam gravitasi. Bedanya, kalau bumi datar menolak adanya daya tarik planet sepenuhnya, kaum bumi donat percaya gravitasi lebih mirip lelehan, semuanya berpusat pada ruang hampa dan tak terjelaskan di tengah planet kita.

"Bayangkan donat isi selai. Nah, gravitasi bergerak seperti lelehan selai tersebut." Gagasan Varaug, yang sebetulnya dulu sempat tak dapat sambutan, ternyata terus hidup di jagat internet.

Berbagai video YouTube dan permodelan teoretis yang berusaha membayangkan bumi dengan kehampaan di bagian tengahnya, populer kembali pada 2016. Satu akun pengikut bumi datar, dengan nama Dinosaur Neil, menemukan postingan lama Varaug.

"Ternyata ada juga yang percaya teori bumi bentuknya menyerupai torus. Aku selama ini berusaha menyebarkan gagasan ini, tapi baru dari [penjelasan Varaug] aku memperoleh landasan teoretisnya."

Tenang, walaupun disebut "teori", kaum bumi donat tak ada yang berprofesi sebagai fisikawan asli. Teori mereka jadinya tidak ada bau-bau ilmiahnya. "Mereka tidak tertarik sama sekali menjawab hal-hal mendasar, dan malah menyinggung pertanyaan yang sudah terjawab oleh sains berabad-abad lalu," kata Dr Tabetha Boyajian.

Dia adalah astrofisikawan yang selama beberapa tahun terakhir rajin melawan hoax kaum yang menolak penjelasan ilmiah. Boyajian pula yang berhasil menjabarkan deskripsi benda langit dekat tata surya, yang sempat diisukan sebagai bangunan melayang bikinan alien.

"Cara kerja teori donat ini adalah bertanya dengan spekulasi tanpa dasar, 'gimana ya kalau ternyata bumi adalah a, b, atau c', baru kemudian mereka mencari-cari kemungkinan jawaban untuk mencocokkan hasilnya. Itu bukan metode sains," ujarnya.

Tyler Ellis, mahasiswa doktoral yang sekarang menjadi asisten peneliti bagi Dr. Boyajian, mengaku sudah membaca analisis akun Varaug yang legendaris tentang spekulasi bumi donat. Dia menilai argumen Varaug runtuh dalam sekejap karena bahkan dia lupa menyusun hipotesis, langkah paling vital dalam proses berpikir ilmiah.

Anggap saja argumen bumi donat sudah disusun dari proses berpikir tertib, tetap banyak asumsi yang tidak berdasarkan temuan ilmiah dan akhirnya justru melanggar kodrat alam. Contohnya dari bentuk saja.

Kalau bentuk bumi benar torus, kata Dr Boyajian, maka manusia malah tidak akan pernah mengalami siang dan malam. Sinar matahari akan sangat membakar dan dialami satu bagian lebih lama, tidak merata seperti sekarang.

Selain itu, jika kita percaya kaum bumi donat, manusia tidak akan memiliki kemampuan mendeteksi perubahan musim, karena sinar matahari saja tidak merata. Angin bakal sulit ditebak, karena bentuk donat membuat aliran udara terhalang. Intinya, tidak akan bisa muncul kehidupan di bumi berbentuk donat.

Guru besar fisika Universitas Oxford, Anders Sandberg, pernah meluangkan waktu membuat permodelan dengan asumsi kaum bumi donat. Hasilnya, jika benar bumi berbentuk donat, maka gravitasi di kawasan yang dekat khatulistiwa jadi lebih kuat dibanding yang jauh dari lubang tengah planet.

Selain itu, manusia yang hidup di dekat lubang akan mengalami perubahan musim ekstrem, katakanlah badai salju di bulan Juli. Awan juga ukurannya akan jauh lebih besar di bumi donat, dan sekali lagi, angin di planet macam ini akan bertiup amat kencang. Badai adalah realitas sehari-hari. Itu hasil perhitungan matematis. Masalahnya, kaum bumi donat tidak pakai matematika.

Selain itu, Boyajian ataupun Ellis memberi fenomena fisika sederhana untuk membantah argumen bumi donat. Argumen pertama adalah fenomena 'Pendulum Foucault', yang menampilkan efek rotasi bumi. Gerak pendulum tersebut konsisten dengan perhitungan matematis bahwa bumi adalah planet bulat yang berotasi. Gerak pendulum yang sama tak akan terjadi bila planet kita berbentuk torus.

Temuan kedua adalah bayangan bumi saat gerhana yang tampak bulat. Seharusnya, gerhana tidak akan bisa total, karena ada lubang di tengah planet, sekalipun cahaya tidak bisa menembusnya. Dalam dokumentasi manusia, termasuk catatan nenek moyang kita yang belum mengenal satelit dulu, bentuk bumi dan refleksi cahaya bumi yang tertutup matahari selalu bulat.

Argumen untuk menambal berbagai bantahan ilmiah itu selalu perkara cahaya yang terbelokkan, dan tidak bisa menembus bagian tengah. Semua fisikawan sepakat, obyek yang bisa membelokkan cahaya sekuat itu hanya lubang hitam supermasif.

Varaug, menurut Boyajian, mengandaikan bumi kita punya lubang hitam raksasa, yang mustahil terjadi karena seharusnya semua kehidupan sudah tersedot ke dalamnya.

"Teori [bumi donat] hanya mencari-cari delapan poin spekulasi yang kelihatannya cocok, lantas mengklaim itu sebagai kebenaran," kata Boyajian. "Kalau memang mau bikin teori betulan, harus bisa diuji banyak komunitas ilmiah, bukan cuma modal cocoklogi sendiri."

Akhirnya, ketika secara ilmiah gagal terbuktikan, teori bumi donat lari ke arah yang sama seperti saudara tuanya: bahwa ada perserikatan global yang berusaha membodohi umat manusia untuk tidak mengetahui kenyataan sesungguhnya. Teorinya berubah jadi konspirasi.

Baca juga: Ngeri, Ternyata Ada Sumber Panas Misterius di Bawah Es Antartika

Related

Science 802576500809620037

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item