Kamikaze, Aksi Nekat Jepang Dalam Sejarah Perang Dunia II

Kamikaze, Aksi Nekat Jepang Dalam Sejarah Perang Dunia II

Naviri Magazine - Dalam perang besar yang disebut Perang Dunia II, Jepang termasuk salah satu negara yang kalah perang. Pada waktu itu, Amerika menjatuhkan bom atom di dua kota Jepang, yaitu Hiroshima dan Nagasaki. Karena kehancuran akibat bom itu, Jepang pun menyerah.

Meski begitu, Jepang telah menorehkan sejarah penting dalam Perang Dunia II, lewat aksi maut pasukan mereka, yang belakangan dikenal dan dibicarakan dari masa ke masa. Yaitu aksi kamikaze; pilot pesawat tempur Jepang menabrakkan diri ke kapal-kapal dan markas pasukan Amerika, hingga hancur lebur bersama.

Belakangan, aksi kamikaze sempat menjadi bahan perdebatan.

Japan Today, pada Mei 2015, sempat mengeluarkan jajak pendapat tentang aksi kamikaze. Dalam publikasinya, Japan Today mengeluarkan pertanyaan, “Do you think of Japan’s World War II kamikaze pilots as brave? How would you compare them with today’s suicide bombers?”

Pertanyaan yang dilontarkan Japan Today seketika membelah opini masyarakat. Ada yang berpendapat kamikaze tak ubahnya jalan ninja dan upaya mencari kehormatan dengan membela bangsa. Di lain sisi, ada juga yang beranggapan kamikaze ialah aksi terorisme, karena melakukan tindakan di luar nalar—dengan menabrakkan pesawat ke badan kapal—sehingga menyebabkan jatuhnya korban.

Perihal anggapan kamikaze adalah aksi terorisme, Yuki Tanaka dari Hiroshima Peace Institut serta pengarang Hidden Horrors: Japanese War Crimes in World War II (1996), memiliki pernyataan berbeda. Menurutnya, penyematan label teroris terhadap pilot kamikaze tidak serta merta gampang dilakukan, sebab membandingkan mentalitas pilot kamikaze dengan pelaku terorisme perlu usaha yang menyeluruh.

Perbedaan mendasar antara kamikaze dan pelaku teror ialah kamikaze dan serangannya dilegitimasi oleh rezim militer sebuah negara. Sementara pelaku teror umumnya direncanakan dan dilakukan atas motif maupun perintah dari organisasi di luar struktur negara. Serangan kamikaze dasarnya menyasar pesawat, kapal laut, dan personil militer lawan. Sedangkan pelaku teror biasanya menargetkan masyarakat sipil.

Namun, Tanaka juga memberikan perspektif lain. Aksi kamikaze yang terjadi pada masa perang membuat publik memberi pemakluman dan lantas mendukungnya. Toh, kamikaze ada untuk kepentingan negara.

Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan kamikaze akan berubah menjadi terorisme jika keberadaan lawan berada di dekat sipil, yang membawa kemungkinan pasukan kamikaze bakal menyerang sipil pula. Tujuannya? Jelas melemahkan posisi lawan.

Walaupun publik Jepang terbelah dalam anggapan kamikaze merupakan bentuk lain aksi terorisme, Keiichi Kuwahara, mantan pilot kamikaze yang masih hidup, menegaskan kamikaze dan aksi terorisme merupakan dua hal berbeda.

Sedangkan mantan pilot kamikaze lainnya, Tadamasa Itatsu, mengatakan, “Jika Okinawa—merujuk pada pertempuran tanggal 6 April 1945—diserbu, maka pesawat Amerika akan bisa menggunakannya sebagai basis untuk menyerang pulau-pulau utama Jepang. Jadi, kita pemuda Jepang mesti mencegahnya.”

“Akal sehat mengatakan bahwa Anda hanya memiliki satu kehidupan," katanya. “Mengapa Anda ingin memberikannya? Mengapa Anda akan senang melakukannya? Semua orang yang saya kenal pada saat itu, menyatakan ingin jadi sukarelawan. Mereka bersedia jadi pejuang, agar invasi dapat dihentikan, dan kita tidak merasa ragu akan hal itu.”

Baca juga: Kamikaze, Serangan Maut Jepang yang Menghancurkan Amerika

Related

History 1314054372321386711

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item