Kontroversi Sarco, Mesin Bunuh Diri yang Bikin Geger Dunia

 Kontroversi Sarco, Mesin Bunuh Diri yang Bikin Geger Dunia

Naviri Magazine - Bunuh diri adalah tindakan yang dilarang di hampir semua negara. Jangankan bunuh diri secara terang-terangan, bahkan upaya untuk mati dengan cara euthanasia pun masih kontroversial di banyak negara.

Meski begitu, ada sebagian pihak yang beranggapan bahwa setiap manusia berhak untuk menentukan hidupnya sendiri, termasuk hak untuk mati. Kalangan ini juga biasanya mendukung euthanasia yang dilakukan sebagai pilihan. Belakangan, bahkan muncul teknologi khusus yang ditujukan untuk memudahkan orang untuk melakukan bunuh diri, yang belakangan memicu kontroversi dan kegegeran.

Sebuah rancangan teknologi yang dikenal sebagai "mesin bunuh diri" baru saja dipamerkan dalam sebuah ajang pameran pemakaman di Amsterdam, Belanda. Penciptanya adalah seorang pejuang eutanasia asal Australia, Philip Nitschke, yang dibantu seorang perancang asal Belanda, Alexander Bannink.

Rancangan mesin yang dinamai 'Sarco', singkatan dari sarkofagus, ini sangat kontroversial karena memungkinkan penggunanya untuk bunuh diri, yang dalam banyak pandangan dilarang.

Desain pod atau tabung berada di atas sebuah penyangga yang akan menjadi tempat terakhir manusia yang ingin mengakhiri hidupnya.

Cara kerja mesin sangat sederhana. Mesin ini memiliki sebuah tombol yang jika ditekan akan mengeluarkan gas nitrogen, yang akan secara langsung 'membunuh' orang di dalamnya.

“Orang yang ingin mengakhiri hidupnya cukup menekan tombol, dan kapsul yang ditempatinya akan diisi nitrogen. Ia akan merasa sedikit pusing, tetapi kemudian akan cepat kehilangan kesadaran dan mati,” kata Nitschke, seperti dikutip dari The Guardian.

Lebih lanjut, Nitschke mengatakan bahwa Sarco adalah alat "yang disediakan untuk orang-orang yang mengakhiri hidupnya."

Dalam pameran di Amsterdam tersebut, Nitschke dan Bannink memberikan kesempatan kepada para pengunjung untuk merasakan sensasi menggunakan "mesin bunuh diri" ciptaannya, menggunakan kacamata virtual reality.

Nitschke mengatakan, ia bertujuan membangun pod yang berfungsi penuh sebelum akhir tahun. Setelah itu, desain mesin ini akan ditempatkan secara online sebagai dokumen terbuka bagi orang-orang untuk mengunduhnya.

"Itu berarti siapa saja yang ingin membangun mesin ini dapat mengunduh dan mencetak 3D perangkat mereka sendiri," kata Nitschke.

Ketika ditanya tentang kontroversi seputar eutanasia dan rintangan hukum, Nitschke percaya bahwa memilih untuk mati adalah hak asasi manusia.

“Saya percaya itu adalah hak asasi manusia yang fundamental untuk memilih kapan harus mati. Ini bukan hanya beberapa hak istimewa medis untuk orang yang sangat sakit. Jika Anda memiliki karunia hidup yang berharga, Anda harus dapat memberikan hadiah itu pada saat Anda memutuskannya,” ungkapnya.

Baca juga: Di Masa Depan, Ada Obat Khusus untuk Menjadi Lebih Pintar

Related

World's Fact 7009239786936438416

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item