Harga Tanah Pemakaman Makin Mahal, Warga Jepang Stres

Harga Tanah Pemakaman Makin Mahal, Warga Jepang Stres

Naviri Magazine - Bahkan dalam kematian, hukum dasar ekonomi masih belaku. Semakin tinggi permintaan dan semakin sedikit persediaan, maka harga akan naik. Hal itu terjadi pada lahan pemakaman.

Bagaimana pun, lahan pemakaman memiliki luas terbatas. Sementara orang terus membutuhkan lahan pemakaman, karena selalu ada orang yang mati. Karena permintaan lahan pemakaman terus naik, harga lahan jadi semakin mahal.

Problem keterbatasan lahan kuburan juga merambah ke kota-kota Asia, sampai-sampai memaksa beberapa orang untuk mengubah tradisi pemakaman keluarganya. Dari yang semula dikuburkan, diubah menjadi kremasi. Gara-gara kehabisan lahan pemakaman, atau karena tidak mampu membayar biayanya yang mahal.

Bahkan Jepang, yang mengenal tradisi kremasi, masih membutuhkan lahan pemakaman lengkap dengan bangunan kijing makam. Sebab, abu jenazah yang telah disimpan di dalam sebuah guci, dirumahkan lagi di sebuah area pemakaman keluarga.

Laporan Nikkei Asian Review pada Januari lalu menunjukkan perubahan tradisi pemakaman di Jepang. Orang-orang Jepang mulai melarung abu anggota keluarga mereka ke teluk Tokyo. Mereka tak lagi menggunakan lahan pemakaman yang kian ketat diatur pemerintah.

“Selama satu dekade terakhir, makin banyak warga Jepang yang akrab dengan praktik melarung abu jenazah,” kata Kazuki Gonmori, pengelola pelayaran larung abu jenazah.

Setiap tahun, mereka mengatur 300 pelayaran bagi para keluarga yang hendak melarung abu di laut. Biayanya mulai dari 50.000 yen per guci abu jenazah. Ini lebih murah ketimbang membuka area pemakaman baru, yang rata-rata menghabiskan ongkos satu juta yen.

Di sisi lain, Jepang memang tengah menghadapi surplus kematian, karena banyaknya jumlah penduduk usia lanjut. Dengan populasi sebesar 126 juta jiwa, pada 2016 terdapat lebih dari 1,3 juta orang di negeri sakura ini meninggal dunia. Jumlah angka kematian yang diklaim terbesar sejak akhir Perang Dunia II ini berdampak langsung pada meningkatnya lahan pemakaman.

Selain melarung abu ke laut, dalam satu dekade terakhir pemakaman di dalam ruangan meningkat sekitar 30 persen, khususnya di daerah perkotaan yang tak menyediakan lahan pemakaman konvensional.

Pemakaman dalam ruangan adalah sebutan untuk sebuah bangunan yang menyimpan guci-guci abu kremasi. Karena hanya guci yang disimpan, ruang yang dibutuhkan lebih sedikit.


Related

World's Fact 8306810997030278196

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item