George Washington, Pria Tanpa Pendidikan yang Jadi Presiden AS

George Washington, Pria Tanpa Pendidikan yang Jadi Presiden AS

Naviri Magazine - George Washington adalah salah satu pendiri sekaligus presiden pertama Amerika Serikat. Yang menarik dari kehidupan George Washington bukan hanya latar belakang keluarganya, tapi juga fakta bahwa ternyata dia tidak mengenyam pendidikan formal sampai selesai. Meski begitu, dia berhasil menjadi presiden dan mampu memimpin negara dengan baik.

George Washington (selanjutnya dipanggil George untuk membedakan dengan anggota keluarga Washington lainnya) tumbuh besar dalam lingkungan pertanian. Ayahnya, Augustine Washington, adalah seorang pelaut, sebelum akhirnya menjadi petani tembakau sukses di Virginia.

Ron Chernow, dalam bukunya yang memenangkan Hadiah Pulitzer, Washington: A Life (2010), mencatat, George lahir pada 22 Februari 1732 di Popes Creek, wilayah Westmoreland, Virginia. Tempat tersebut digambarkan sebagai daerah subur nan indah khas pedesaan, satu mil dari Sungai Potomac.

George adalah anak pertama dari hasil perkawinan Augustine Washington dengan istri keduanya, Mary Ball Washington. Selain punya kakak tiri, adik kandung George berjumlah empat.

Garis keturunan George tidak asing dengan kepemimpinan dan kepemilikan lahan perkebunan.

Leluhur George berasal dari desa Sulgrave, Northamptonshire, Inggris. Di desa itu, buyutnya yang bernama Lawrence Washington pernah menjabat sebagai Walikota Northampton. Ia sempat membeli tanah seluas 100 hektar dari Raja Henry VIII. Sebelumnya, Lawrence dikenal sebagai pedagang wol. Baru pada 1659, kakek George, John Washington, bermigrasi ke koloni Amerika, tepatnya di Virginia.

Ketika George berumur 11, ayahnya meninggal. George diasuh kakak tirinya, Lawrence Washington (nama yang sama dengan buyut George di Inggris). Lawrence juga diwarisi perkebunan nan indah di daerah Little Hunting Creek, Virginia.

Meski menduduki jabatan strategis di kemiliteran sampai terpilih menjadi presiden, George hampir tidak mengenyam pendidikan secara formal. Enyclopaedia Britanica mencatat, dari umur 7 sampai 15 George memang pernah mengenyam pendidikan sekolah, namun tidak dijalani secara teratur. Dari ayahnya yang bersekolah di Inggris serta dari kakak tirinyalah, George mendapat pendidikan informal.

Beberapa pelajaran seperti matematika, geografi, dan bahasa Latin dikuasainya. Di usia remaja, ia lebih sering menekuni dunia perkebunan, seperti mengukur tanah untuk mempersiapkan ladang bercocok tanam.

Pada 1749, dibantu oleh keluarga istri Lawrence, George mendapat pekerjaan sebagai pengukur tanah untuk kota Culpeper, Frederick, dan Augusta di Virginia.

Kematian Lawrence pada 1752 karena penyakit tuberkulosis membuat George kelimpahan tanah seluas 1.000 hektare yang dinamai Mount Vernon oleh kakak tirinya. George mengelola tanah tersebut sebagai basis perkebunan, sesuai dengan minat dan tradisi keluarganya. Secara bertahap, George memperluas wilayah perkebunan Mount Vernon hingga lebih dari 3.000 hektare.

Pada 1759, George menikahi janda kaya raya dari Tidewater bernama Martha Dandridge Custis, yang memiliki 6.000 hektare tanah. Istri beserta anak-anaknya lalu diboyong ke Mount Vernon.

Gandum dan tembakau menjadi tanaman pokok di perkebunan George. Selain itu, ia juga punya pabrik penggilingan bertenaga air, pandai besi, batu bata, dan lainnya. Tak heran bila ia dikenal sebagai pekebun terkaya sekaligus terluas di Virginia.

George mencintai perkebunannya di Mount Vernon. Sepanjang kariernya, George tercatat pernah pensiun sebanyak tiga kali. Menurut William Wright Abbot, sejarawan yang menulis masa pensiun George Washington untuk The Museum of Our National Heritage di Lexington, Massachusetts, ketiga masa pensiunnya itu dihabiskan dengan berkebun di Mount Vernon.

Pensiun pertamanya diambil pada 1759. Ia memutuskan meninggalkan karier militer setelah bertempur di Ohio, dan pulang ke Mount Vernon untuk berkebun selama enam belas tahun. Pensiun kedua pada 1783, setelah George menjabat sebagai panglima tertinggi Tentara Kontinental.

Lima tahun berselang, George terpilih sebagai presiden AS. Jika ia mau, George bisa menjabat presiden AS untuk ketiga kalinya berturut-turut. Tapi ia tidak berminat dan lebih tertarik pulang ke Mount Vernon. George sebelumnya juga sempat berjanji bahwa ia tidak akan menjadi orang kuat di pemerintahan terus menerus. Bahkan ia sudah berencana pensiun sejak selesai periode pertamanya.

Tantangan terbesar di era kepemimpinan George sebagai presiden perdana adalah mempertahankan kesatuan 13 wilayah yang merdeka dari Britania Raya, di bawah negara Amerika Serikat. Ia dianggap sukses mempertahankan kenetralan negaranya saat Inggris bertikai dengan Perancis pada 1793.

Masa pensiun George setelah menjadi presiden tergolong singkat. Pensiun ketiga ini hanya bertahan dua tahun sembilan bulan, sampai akhirnya ia sakit keras dan tutup usia.

Baca juga: Biografi Umar Khayyam, Ilmuwan yang Terkenal Sebagai Penyair

Related

History 2562136859695424380

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item