Misteri Terowongan dan Bunker Rahasia di Bawah Jakarta (Bagian 1)

Misteri Terowongan dan Bunker Rahasia di Bawah Jakarta

Naviri Magazine - Di zaman penjajahan Belanda dulu, Jakarta disebut dengan nama Batavia. Pada masa itu, Batavia pun menjadi salah satu tempat orang-orang Belanda bermukim dan menjalankan perdagangan. Dalam hal tersebut, Belanda ternyata membangun bunker dan terowongan-terowongan rahasia di bawah tanah Jakarta.

Keberadaan bunker dan terowongan-terowongan itu terlupakan, saat Belanda pergi dari Indonesia. Namun, belakangan, bunker dan terowongan itu ditemukan, dan menarik banyak perhatian.

Menelisik Jakarta tempo dulu memang mengundang decak kagum. Kota yang dulu pernah dinamai Batavia ini hingga kini masih menyimpan banyak misteri yang belum terungkap.

Bicara soal Jakarta tempo dulu tidak bisa dilepaskan dari bangunan-bangunan peninggalan Belanda. Hingga kini, beberapa bangunan Belanda masih bertengger kokoh, namun ada juga yang sudah terbengkalai.

Bangunan yang diyakini ada namun kini tidak terurus adalah terowongan yang menghubungkan Menara Syahbandar dengan Masjid Istiqlal dan juga Museum Fatahillah. Benarkah ada terowongan tersebut?

Penjara bawah tanah di Menara Syahbandar

Menara Syahbandar, yang disebut juga Uitkijk Post, didirikan pada tahun 1839 dan berada di tepi barat muara Sungai Ciliwung, atau tepatnya kini terletak di Jalan Pasar Ikan No.1, Jakarta.

Disebut Uitkijk Post atau menara pemantau, karena menara ini digunakan untuk memantau seluruh wilayah, baik ke arah Pelabuhan Sunda Kelapa dan laut lepas di sebelah utara, maupun ke arah Kota Batavia di sebelah selatannya.

Sebelum dipugar, menara ini juga pernah dijadikan Kantor Komando Sektor Kepolisian (Komseko). Bahkan ruang bawah tanah atau bunker di bawah Menara Syahbandar pernah dijadikan sebagai penjara di awal kemerdekaan.

Kepala Seksi Koleksi dan Perawatan Museum Bahari Unit Pengelolaan (UP) Dinas pariwisata, M. Isa Ansyari, menunjukkan ruang bawah tanah tersebut.

“Pada tahun 1949, beberapa tahun setelah merdeka, menara ini pernah menjadi kantor polisi pada waktu itu,” ujar Isa.

Dahulu, mereka yang dianggap penjahat karena berulah di pelabuhan, ditempatkan di sel bawah tanah ini. Ruang bawah tersebut dijadikan penjara, karena saat itu belum ada bangunan yang memadai di sekitar pelabuhan.

Selain itu, di bawah menara Syahbandar, atau kini lebih sering disebut “menara miring”, ada sebuah bungker atau ruang bawah tanah.

Pemerintah kolonial Belanda diyakini pernah membangun sebuah terowongan tepat di bawah menara Syahbandar yang kini lebih dikenal dengan sebutan menara miring itu.

Terowongan tersebut terhubung dengan Benteng Frederik Hendrik di taman Wilhelmina Park Oud Fort dan benteng bawah tanah, yang kemudian dibongkar dan dibangun sebuah Masjid yang kini disebut Istiqlal.

“Kalau mau kita telusuri, ada di bawah Menara Syahbandar, dan terowongan itu dalam keadaan terkunci. Saya sendiri dapat informasi dari sebuah buku mengenai jalur bawah tanah di bawah Menara Syahbandar yang bisa tembus sampai mesjid Istiqlal,” ujar wali kota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono.

Bambang mengaku, mendapat informasi itu dari penjaga museum Bahari di kawasan Menara Syahbandar. Di bawah Menara Syahbandar, ada pintu besi yang merupakan lorong atau terowongan menuju tempat yang dulunya Benteng Frederik Hendrik atau sekarang Masjid Istiqlal.

Di dalam bungker tersebut juga ada sebuah pintu besi yang merupakan pintu masuk terowongan penghubung ke Stadhuis, atau yang saat ini lebih dikenal sebagai “Museum Sejarah Fatahillah Jakarta” dan juga ke benteng yang sama yaitu “Benteng Frederik Hendrik” (sekarang Mesjid Istiqlal).

Museum Fatahillah, yang juga dikenal sebagai Museum Sejarah Jakarta atau Museum Batavia, adalah sebuah museum yang terletak di Jalan Taman Fatahillah No. 2, Jakarta Barat, dengan luas lebih dari 1.300 meter persegi.

Gedung ini dulu adalah Stadhuis atau Balai Kota, yang dibangun pada tahun 1707-1710 atas perintah Gubernur Jenderal Johan Van Hoorn.

Bangunan balaikota itu serupa dengan Istana Dam di Amsterdam, terdiri atas bangunan utama dengan dua sayap di bagian timur dan barat, serta bangunan sanding yang digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang dipakai sebagai penjara.

Pada tanggal 30 Maret 1974, gedung ini kemudian diresmikan sebagai Museum Fatahillah. Saat ini, pintu besi menuju terowongan itu sudah ditutup, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.

Namun ketika disinggung soal adanya ruangan bawah tanah yang konon menyambung hingga mesjid Istiqlal, Jakarta Pusat, menurut Isa, petugas Kepala Seksi Koleksi dan Perawatan Museum Bahari Unit Pengelolaan (UP) Dinas pariwisata, hal itu dibantah dan hanya isapan jempol.

Menurutnya, tidak ada terowongan yang menghubungkan Menara Syanbandar dengan Masjid Istiqlal.

“Tak ada itu, menara Syahbandar digunakan pemerintah Hindia Belanda untuk menjadi benteng pengawas bagi kapal laut yang masuk melalui pesisir utara,” ujar Isa.

Awalnya, menara Syahbandar memiliki tinggi sekitar 40 meter. Pada tahun 1839, didirikan menara baru sebagai pengganti menara yang lama. Menara ini kemudian direnovasi bersamaan dengan pemugaran bangunan gudang-gudang yang dijadikan Museum Bahari.

Ruangan dengan lebar 8 meter dan panjang 10 meter di dalamnya hanya terdapat tempat duduk yang ditembok setinggi setengah meter dengan luas 5 x 5 meter. Sekarang isinya hanya sebuah lampu neon yang menyala pada bagian pojok ruangan.

Kabar perihal adanya terowongan menara Syahbandar itu hingga kini masih simpang siur. Ada yang menyakini keberadaaannya, namun ada juga yang tidak percaya.

Terowongan dan Bunker di bawah Stasiun Tanjung Priok

Stasiun Tanjung priok dibangun tahun 1914 pada masa kolonial Belanda, yang saat itu dipimpin oleh Eidenberg, lalu diresmikan pada 6 April 1925. Kemudian dimulailah penggunaan kereta rel listrik (KRL) pertama dengan rute Stasiun Tanjung Priok ke Stasiun Jakarta Kota (Beos).

Pada masa itu, stasiun ini merupakan “pintu gerbang” Jakarta bagian utara, sebagai tempat singgah semantara karena ramainya kedatangan para tamu dari Eropa yang baru saja tiba di Batavia dengan kapal laut yang merapat di pelabuhan Tanjung Priok.

Baca lanjutannya: Misteri Terowongan dan Bunker Rahasia di Bawah Jakarta (Bagian 2)

Related

World's Fact 6520977188791007235

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item