Tahun 2050, Suhu Berbagai Kota di Dunia Akan Semakin Panas

Tahun 2050, Suhu Berbagai Kota di Dunia Akan Semakin Panas

Naviri Magazine - Isu pemanasan global menjadi salah satu isu utama di dunia beberapa tahun terakhir. Para ilmuwan pun terus berupaya mencari cara untuk mengatasinya, atau setidaknya mengurangi dampak yang akan terjadi dari fenomena tersebut.

Saat ini, suhu di tempat Anda tinggal mungkin semakin meningkat. Walaupun harus diukur secara pasti untuk mengetahui peningkatan suhu tersebut, berbagai penelitian memang menunjukkan bahwa suhu di Bumi mengalami peningkatan.

Berbagai kota besar di Bumi pun diprediksi akan mengalami kenaikan suhu hingga 2 derajat Celcius pada tahun 2050. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Climate Change itu mengungkapkan bahwa perubahan lanskap kota menjadi penyebabnya. Area yang sebelumnya tertutup tumbuhan, kini sudah menghilang dan digantikan oleh beton-beton bangunan.

Tidak hanya perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan suhu, tetapi juga adanya fenomena daratan perkotaan yang memanas—disebut dengan fenomena pulau panas perkotaan. Kota-kota besar yang sebenarnya hanya 1 persen di dunia itu akan menghabiskan 78 persen energi dan dihuni separuh populasi.

Kesimpulan ini tidak didapat begitu saja. Tim ekonom dari Meksiko, Belanda, dan Inggris, menganalisis 1.700 kota besar di dunia.

Selain semakin memanas, mereka juga mengungkap bahwa ongkos perubahan iklim dari kota besar dunia 2,6 kali lipat lebih besar dari yang diperkirakan sebelumnya.

"Setiap keberhasilan dalam mengatasi perubahan iklim bisa dimentahkan oleh fenomena pulau panas perkotaan yang tak terkontrol," ucap Richard Tol dari University of Sussex yang terlibat dalam studi tersebut.

Fenomena ini akan membawa berbagai dampak bagi masyarakat. Salah satunya adalah beban biaya yang membesar akibat pendingin udara, air bersih, dan pemeriksaan kesehatan.

Kerugian ekonomi terbesar dapat mencapai 10,9 persen PDB, dua kali lipat dari rata-rata kerugian global.

Untuk mengatasi hal ini, para peneliti kemudian membuat beberapa perencanaan. Trotoar sejuk dan atap hijau adalah dua hal yang menurut para peneliti sebagai cara yang menjanjikan. Tidak hanya itu, mereka juga mengatakan bahwa cara ini adalah kebijakan yang paling murah dan efisien untuk dilakukan.

Mengubah 20 persen atap kota dan setengah trotoar kota akan membawa dampak dalam penghematan sebesar 12 kali biaya pemasangan dan perawatan untuk energi dan hal lainnya.

Lebih lanjut, para peneliti memprediksi bahwa cara ini dapat mengurangi suhu udara sebesar 0,8 derajat celcius.

Menanggapi ide tersebut, Rohiton Emmanuel, profesor desain berkelanjutan Glasgow Caledonian University, mengatakan bahwa riset itu akan membantu pengambil kebijakan dalam menyusun strategi terkait.

"Sangat bagus mendapatkan gambaran secara ekonomi tentang dampak mitigasi pulau panas," ucap Rohiton, dilansir dari Seeker.

Richard Tol mengungkapkan, riset memberi gambaran bahwa usaha memerangi perubahan iklim di tingkat lokal tetap akan berdampak. "Ketika usaha global sepertinya mengalami kegagalan, kami menunjukkan bahwa kebijakan lokal masih dapat memberi dampak positif," lanjut Richard Tol.

"Manfaat terbesar untuk mengurangi dampak perubahan iklim dicapai ketika tindakan global dan lokal diterapkan bersama-sama," imbuhnya.

Baca juga: Kisah Jatuhnya UFO dan Penangkapan Alien di Pegunungan Rusia

Related

Science 3774649784801515499

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item