Kehancuran Ekonomi Eropa Setelah Lahirnya Mata Uang Euro

Kehancuran Ekonomi Eropa Setelah Lahirnya Mata Uang Euro

Naviri Magazine - Mata uang Euro diperkenalkan dan digunakan di negara-negara Eropa, salah satunya bertujuan untuk memperkuat negara-negara tersebut. Dengan adanya satu mata uang yang sama, masing-masing negara akan lebih mudah mengkoordinasikan berbagai hal, khususnya di bidang ekonomi. Sayangnya, harapan itu tidak terwujud.

Pada April 2009, Uni Eropa memerintahkan Perancis, Spanyol, Republik Irlandia, dan Yunani, untuk mengurangi defisit anggaran. Pasalnya, terdapat ketimpangan besar antara belanja negara dengan pendapatan dan penerimaan dari pajak. Pada November 2009, kekhawatiran akan utang beberapa negara anggota UE mulai tumbuh, setelah krisis utang Dubai.

Akhir 2009, Yunani mengakui memiliki utang mencapai 300 miliar euro. Angka tersebut adalah jumlah utang tertinggi dalam sejarah modern. Nilainya setara 113 persen dari PDB Yunani, dan hampir dua kali lipat dari batas ketetapan Zona Euro yang sebesar 60 persen.

Lembaga pemeringkat internasional mulai menurunkan ranking utang bank dan pemerintah Yunani. Padahal, awal 2009, Slowakia resmi mengadopsi euro. Negara-negara lain seperti Estonia, Denmark, Latvia, dan Lithuania, juga bergabung dengan Mekanisme Nilai Tukar, agar mata uang dan kebijakan moneter mereka sejalan dengan euro dalam rangka persiapan untuk bergabung dengan UE dan mengadopsi mata uang tunggal.

Laporan School of Public Policy, George Mason University, menyimpulkan: “Akar malapetaka fiskal Yunani terletak pada pembelanjaan defisit yang berkepanjangan, salah urus ekonomi, kesalahan pelaporan pemerintah, dan penggelapan pajak”.

Tak berhenti di situ, Irlandia dan Portugal juga memiliki permasalahan fiskal dan moneter. Krisis perbankan di Irlandia dipicu oleh runtuhnya pasar perumahan (subpreme mortgage) pada 2008.

Pada November 2010, Irlandia terpaksa mengetuk pintu Uni Eropa-IMF untuk mengucurkan dana penyelamat senilai $112 miliar. Irlandia saat itu mengalami resesi paling parah di kawasan EU, dengan tingkat pengangguran naik menjadi hampir 13 persen pada 2010, dari yang sebelumnya di level 4,5 persen.

Masalah yang sama menimpa Spanyol yang pada 2012, terpaksa meminta dana talangan moneter internasional sebesar $123 juta, untuk rekapitalisasi perbankan yang mengalami kesulitan.

Portugal memiliki defisit yang dibiayai utang luar negeri mencapai lebih dari 10 persen PDB pada 2009. Artinya, jika investor asing menarik diri dan memindahkan dana ke negara lain, Portugal tidak bisa lagi membiayai dirinya sendiri. Mei 2011, Portugal meminta paket bailout senilai $116 miliar.

Akhir 2011, pusat krisis utang bergeser ke negara-negara Eropa yang lebih besar, termasuk Italia, yang memiliki pertumbuhan ekonomi terbesar ketiga di Zona Euro. Utang publik pemerintah Italia mencapai lebih dari $2,6 triliun, yang tidak bisa ditangani oleh bailout.

Awal 2013, sektor perbankan di Siprus yang tidak seimbang mengalami keruntuhan besar-besaran. Perbankan Siprus adalah pihak yang paling banyak memegang surat utang atau obligasi pemerintah Yunani yang didevaluasi. Pemotongan nilai mata uang Yunani mengakibatkan Siprus harus menerima dana talangan $13 miliar.

Bank terbesar Siprus, Laiki, gulung tikar lantaran mengalami kerugian besar atas obligasi dan devaluasi Yunani. Hengkangnya para pemodal asing mengakibatkan banyak sektor keuangan Siprus bangkrut.

Makalah klasik yang ditulis oleh Milton Friedman pada 1968, berjudul "The Role of Monetary Policy", menjelaskan bahwa fungsi utama kebijakan moneter adalah membantu meminimalisir dislokasi ekonomi makro. Artinya, mencegah ledakan ekonomi menjadi terlalu besar, dan mengurangi waktu ekonomi resesi yang dialami suatu negara.

Friedman menegaskan, kebijakan moneter tidak dapat membantu sebuah negara meningkatkan prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Buruknya kebijakan moneter yang diterapkan dapat menyebabkan kerusakan dan mengurangi prospek pertumbuhan jangka panjang. Kebijakan moneter yang keliru dan tidak tepat waktu, menggagalkan fungsi ekonomi normal.

Para pemimpin negara Uni Eropa mungkin tidak menyadari teorema Friedman tentang peran dan batasan kebijakan moneter. Sejatinya, penggunaan mata uang tunggal tidak dapat memberikan kemakmuran ekonomi. Selain itu, keuntungan politik yang dijanjikan dari mata uang tunggal adalah ilusi.

Pasalnya, para pemimpin Uni Eropa tidak akan menyerahkan pendapatan pajak negara mereka masing-masing untuk mengucurkan bantuan kepada negeri-negeri jiran yang tengah kesulitan.

Baca juga: Misteri Kelompok Elite Rahasia yang Menguasai Dunia

Related

Money 868883846958387209

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item