Netflix dan Persaingan Keras di Balik Bisnis Video Streaming

Netflix dan Persaingan Keras di Balik Bisnis Video Streaming

Naviri Magazine - Sejak Netflix populer, cara menonton film mulai berubah. Dulu, aktivitas menonton film hanya diwadahi oleh dua sarana, yaitu bioskop dan televisi. Untuk menonton film ke bioskop, kita harus keluar rumah, antre di loket tiket, dan lain-lain. Sementara menonton film di televisi, kita harus rela menyaksikan iklan-iklan yang berjubelan di antara durasi film.

Netflix mengubah hal itu, dan memungkinkan siapa pun untuk menikmati film dengan mudah di rumah, dan tanpa iklan. Saat ini, bahkan Netflix dipenuhi konten orisinal untuk dipilih para pelanggannya.

Ternyata, untuk mengisi konten di dalamnya, Netflix perlu “membakar” uang, dan persaingan yang semakin ketat membuat mereka belum akan berhenti melakukannya.

Dilansir dari Variety (18/1/2019), perusahaan pengaliran (streaming) video asal Amerika Serikat itu menghabiskan uang sebesar $12,04 miliar (Rp171,23 triliun) sepanjang 2018 untuk mengisi konten di dalamnya. Ini merupakan kenaikan sebesar 35 persen dibanding tahun 2017.

Meski membakar uang dalam jumlah besar, Netflix belum kunjung untung. Pada Kamis (17/1) mereka memberitahu investornya bahwa arus kas perusahaan ini diperkirakan masih minus sekitar $3 miliar pada 2019, sama seperti tahun sebelumnya.

Wajar jika perusahaan yang berawal dari penyewaan DVD ini masih merugi. Anggaran sebesar $12,04 miliar untuk produksi konten terbilang amat besar. Sebagai perbandingan, stasiun televisi kabel HBO hanya menghabiskan $8 miliar sepanjang 2018.

Namun, berkat anggaran besar itu, Netflix jauh mengungguli HBO dalam memikat pelanggan di Amerika Serikat. Menurut jajak pendapat pada Mei 2018, yang dilakukan Cowen & Co., 27 persen responden memilih Netflix sebagai platform yang paling banyak digunakan untuk menonton konten video di televisi.

Jaringan kabel hanya 20 persen, disusun siaran televisi biasa (18 persen), dan YouTube (11 persen).

Jika melihat perilaku milenial, Netflix lebih mendominasi. 40 persen penonton berusia 18-34 lebih memilih Netflix daripada YouTube (17 persen), TV kabel (12,6 persen), Hulu (7,6 persen), dan siaran televisi biasa (7,5 persen).

Anggaran besar juga membuat Netflix, jika dilihat sebagai rumah produksi konten, sangat produktif. Dilansir dari The Economist, angka $12 miliar jauh lebih banyak dari bujet studio film manapun.

Pada 2018, Netflix merilis 82 film. Sementara, Warner Bros dengan 23 film saja bisa menjadi studio Hollywood paling banyak merilis film bioskop. Disney, studio film dengan pendapatan terbanyak, hanya merilis 10 film.

Sebanyak 82 konten itu adalah film baru, tak termasuk produksi serial yang banyak digemari seperti Stranger Things, House of Cards, Black Mirror, dan sebagainya. Diperkirakan, angkanya ada 700 acara, mencakup serial, dokumenter, acara anak, reality show, dan acara bincang.

Apalagi Netflix juga mengincar pasar besar selain AS, seperti Brasil, Jerman, India, dan Korea Selatan. Kini, konten orisinal untuk negara-negara tersebut sudah banyak. Jangan lupa, Indonesia saja punya film The Night Comes For Us yang tayang hanya di Netflix.

Tren Netflix untuk menggelontorkan dana besar bagi produksi konten orisinal masih terus berlanjut. Untuk tahun 2019, diperkirakan uang yang dihabiskan Netflix untuk konten akan menggelembung menjadi $15 miliar.

Sebab, saingan mereka bakal tambah banyak. Warner Bros dan Disney siap membuat layanan pengaliran video untuk konten masing-masing.

Genderang perang bahkan sudah dimulai. Drama komedi legendaris, Friends, kemungkinan akan menghilang dari Netflix pada 2020, bergabung dengan pengaliran video Warner. Film-film laris seperti Star Wars dan Avengers dipastikan bakal diambil oleh Disney, untuk masuk dalam aplikasi pengaliran video mereka.

Andaikan konten-konten itu tetap ada di Netflix, untuk mempertahankannya butuh uang sangat besar. Biaya untuk menayangkan Friends saja ditaksir mencapai $100 juta.

Netflix jelas diuntungkan dengan meluncur lebih dulu dibanding calon pesaingnya. Hingga kuartal keempat 2018, menurut Statista, jumlah pelanggan berbayar Netflix telah melebihi angka 148 juta orang di seluruh dunia, 60,55 juta di antaranya berasal dari AS.

Untuk bujet konten yang semakin melambung, Netflix mengakalinya dengan menaikkan tarif langganan, yang sudah dilakukan di AS.

Semua dilakukan untuk terus menghasilkan konten bermutu, juga membayar utang mereka, agar bisa bersaing di pasar yang semakin ketat.

Untuk tahun ini, ada beberapa film dari sineas kelas atas yang akan tayang di Netflix, seperti Velvet Buzzsaw (Jake Gyllenhaal), The Irishman (Martin Scorsese, Robert DeNiro, Al Pacino), 6 Underground (Michael Bay, Ryan Reynolds), dan The Laundromat (Steven Soderbergh, Meryl Streep).

Baca juga: Perlu Tahu, Biaya Jasa Pengiriman Barang Naik Hingga 40 Persen

Related

Entertaintment 7966261530721508369

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item