Kenapa Orang Suka Membuka Banyak Tab Browser Saat Berinternet?

 Kenapa Orang Suka Membuka Banyak Tab Browser Saat Berinternet?

Naviri Magazine - Ketika berinternet, khususnya di komputer atau di laptop, ada banyak orang yang merasa tidak puas jika hanya membuka satu tab di browser. Karenanya, mereka pun membuka beberapa tab sekaligus. Bisa jadi, Anda termasuk orang yang punya kebiasaan semacam itu.

Membuka banyak tab pada browser punya konsekuensi memperlambat komputer, juga mengganggu fokus. Tapi banyak orang tetap melakukannya. Mengapa demikian?

Biasanya saat menggunakan peramban, deretan tab itu berisi surel, media sosial, berita yang tampak menarik dan ingin Anda baca segera, pun tab-tab lain yang sebenarnya mungkin tidak diperlukan.

Kecenderungan orang membuka banyak tab meski merasa berlebihan tapi enggan menutup, merupakan suatu bagian dari fenomena modern yang disebut penimbunan digital.

Fenomena di ranah virtual itu tak ubahnya menimbun barang fisik tapi kesulitan menyingkirkannya, sehingga kondisi ini sempat disarankan ahli sebagai subtipe baru gangguan mental.

Istilah penimbunan digital digunakan pertama kali oleh para ilmuwan pada tahun 2015, untuk menggambarkan kecenderungan orang dalam menghadapi kekacauan digital. Semisal akumulasi beragam fail tanpa tahu apa yang harus dilakukan, sampai-sampai kehilangan perspektif.

Alhasil, orang-orang menyimpan banyak fail atau membuka banyak tab yang mungkin tidak akan dilihatnya, dengan alasan mendasar merasa yakin itu bakal berguna nantinya.

Alasan mendasar itu, menurut laman Mentalfloss, terkait perilaku “pengalihan tugas” dalam bentuk digital.

“Kita cenderung mengasosiasikan membuka lebih banyak tab dengan menjadi lebih produktif,” jelas terapis dan pendiri She is Strong and Mindful, Lorena Ramos, MA, LCSW, kepada Bustle.

Menurutnya, tab-tab yang dibiarkan terbuka sebetulnya cerminan dari rutinitas, gaya hidup, dan minat kita.

Namun, ketika kita merasa lebih produktif dengan membuka banyak tab, maka otak kita akan berpikir sedang melakukan multiaksi (multitasking), dan seakan ingin menyelesaikan seluruh tugas sekaligus.

Padahal, analogi multiaksi di otak manusia persis kinerja komputer yang melambat saat kelebihan beban tab. Apalagi penelitian telah menemukan bahwa manusia sama sekali tidak mampu melakukan multiaksi secara efisien.

Akibatnya, alih-alih multiaksi kita justru beralih tugas—otak kita melompat dengan cepat dari satu tugas ke tugas lain, sehingga kehilangan konsentrasi. Bahkan ketika Anda berpikir bisa fokus pada satu halaman, melihat semua tab yang terbuka dari sudut mata tetap mengalihkan perhatian.

Tak hanya itu, kita juga cenderung membuka banyak tab karena dorongan alami untuk selalu melindungi diri dari kebosanan.

Layaknya merasa lebih segar dengan melakukan hal baru, membuka tab yang menyenangkan atau berisi informasi penting sama-sama memungkinkan kita berpura-pura selalu melakukan sesuatu, atau setidaknya selalu memiliki sesuatu untuk dilakukan.

Lalu, alasan lain mungkin didorong semacam "FOMO Internet" atau ketakutan akan hilangnya informasi yang secara psikologi dikenal sebagai “keengganan kehilangan.”

Sebagaimana dijelaskan situs Travel + Leisure, ketika kita khawatir akan ketinggalan pembaruan penting saat menutup media sosial atau akun surel atau artikel berita, maka kita tidak akan pernah menutup tab apa pun.

“Karena menemukan apa pun yang ada di tab itu sebenarnya sulit, dan kita tidak berpikir bisa kembali ke sana dengan sangat mudah. Itulah mengapa, saya lebih baik tidak menutup tab," timpal Adam Stiles, direktur teknik senior di ID Analytics yang juga pengembang SimulBrowse, suatu layanan menjelajah internet pertama yang menggunakan tab pada tahun 1997.

Masalahnya, sambung Dr. Daria Kuss, dosen senior yang berspesialisasi dalam psikologi siber di Nottingham Trent University, selain mengganggu fokus, membuka terlalu banyak tab juga berpotensi memberi kita kelebihan informasi sehingga menguras mental serta meningkatkan kecemasan dan stres.

Lalu, tambah Ramos, terlalu banyak tab juga menyebabkan kelelahan dan kebosanan, yang mengakibatkan penurunan produktivitas dan kinerja di tempat kerja. Terutama bagi orang-orang yang bekerja dengan tenggat waktu.

Benar saja. Berdasarkan sejumlah studi multiaksi, kecenderungan untuk membuka dan mempertahankan jumlah tab yang sangat banyak ini memang dapat mengubah fungsi otak, akibat dipaksa bekerja terlalu keras memproses informasi.

Satu contoh, studi 2014 oleh peneliti dari Stanford University menunjukkan multiaksi bisa benar-benar memengaruhi fungsi kognitif, sehingga kinerja lebih buruk dan menghambat tujuan karier.

Untuk mengoptimalkan kinerja peramban dan otak Anda, Lifehacker menyarankan hanya membuka paling banyak sembilan tab sekaligus. Ini akan membantu Anda lebih fokus karena cuma sekilas melihat seluruh tab yang terbuka.

Meski begitu, Dr. Kuss mengakui ada dua situasi yang membuat orang perlu membuka banyak tab dalam satu waktu. Yaitu situasi terkait efisiensi, dan dalam hal sedang membuat konteks multisumber atau multitopik semisal pada pekerjaan pembuat artikel dan sebagainya.

Pada akhirnya, membuka banyak tab atau tidak adalah soal menerima batasan diri lewat kesadaran. Jika ragu suatu tab kurang penting, maka segera tutup saja.

Saran Stiles, selain memercayakan pada riwayat pencarian, coba catat laman penting yang ingin Anda kunjungi lagi di notes. Ada pula ekstensi peramban seperti OneTab, yang menciutkan semua tab terbuka menjadi satu jendela tautan.


Related

Internet 6004930564485048114

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item