Tragedi Holocaust, Antara Fakta Sejarah dan Kebohongan Besar

Tragedi Holocaust, Antara Fakta Sejarah dan Kebohongan Besar

Naviri Magazine - Holocaust sudah dikenal sebagai bagian sejarah dunia, di mana Nazi yang dipimpin Adolf Hitler membantai orang-orang Yahudi di kamp-kamp konsentrasi. Kisah Holocaust sangat terkenal, karena diangkat dalam banyakq film, dan ada pula buku-buku yang mengisahkan hal tersebut. Namun, kebenaran tragedi itu juga dipertanyakan.

Latar belakang cerita Holocaust terletak jauh setelah akhir Perang Dunia I (PD I), di mana Jerman berada pada pihak yang kalah. Waktu itu, banyak orang Jerman yang menyalahkan Yahudi sebagai sebab kekalahan Jerman pada PD I, beberapa bahkan mengklaim Yahudi telah berkhianat kepada negara selama perang.

Tambahan lagi, pada akhir PD I, sekelompok Yahudi mencoba mengobarkan revolusi ala Bolshevik Soviet di negara bagian Jerman, Bavaria. Orang Jerman semakin menganggap Yahudi adalah musuh yang berbahaya bagi negara.

Saat itu, Nazi sebagai partai politik mampu menarik massa dengan basis pandangannya yang anti Semit. Hitler, pemimpin Nazi, menyalahkan keadaan buruk Jerman pada akhir PD I pada konspirasi Yahudi internasional. Nazi percaya Yahudi bertanggung jawab atas apa yang mereka sebut sebagai degenerasi masyarakat modern.

Ketika Nazi naik panggung politik, kebijakan yang menekan Yahudi pun diterapkan. Hak-hak Yahudi dicabut, harta benda mereka disita, rencana untuk mengusir mereka keluar Jerman dirancang, sampai, konon, pemusnahan fisik yang berarti pembantaian.

Musim semi 1941, Nazi mulai membantai Yahudi di Uni Soviet, yang dianggap sebagai sumber hidup Bolshevisme. Orang Yahudi menggali lubang kubur mereka sendiri, kemudian ditembak mati.

Musim gugur tahun yang sama, Nazi meluaskan pembantaian ke Polandia dan Serbia. Kamp pembantaian untuk Yahudi mulai dibangun di Auschwitz, Dachau, Bergen-Belsen. Kamp itu dilengkapi kamar gas dan tungku besar. Mereka menggunakan kamar gas untuk membunuh orang Yahudi.

Beberapa orang Yahudi dimasukkan ke dalam kamar gas, kemudian gas Zyklon-B, sebuah gas pestisida berbahan dasar asam hidrosianik, dialirkan. Ada juga cerita orang Yahudi yang dibakar hidup-hidup dalam tungku. Bahkan, ada yang percaya Nazi Jerman membuat sabun dari lemak orang Yahudi, dan kelambu lampu dari kulit orang Yahudi.

Ketika gerakan antisemit mempertanyakan kebenaran

Israel mengklaim bahwa lebih dari enam juta orang Yahudi tewas pada masa kekejaman Hitler dan pasukan Nazi-nya. Orang-orang Yahudi ditangkap dan dipenjarakan dalam kamp-kamp konsentrasi Jerman. Mereka dibiarkan kelaparan, disiksa, dan dijadikan kelinci percobaan senjata kimia para ahli Jerman.

Propaganda inilah yang menjadi keyakinan masyarakat dunia sejak lama. Hingga seorang Ahmadinejad (Presiden Iran) muncul dan berkata, “Holocaust adalah kebohongan!"

Tidak hanya pimpinan Iran yang yakin bahwa Israel telah merekayasa jumlah Yahudi yang menjadi korban Nazi, tetapi Presiden Venezuela juga membatah keras klaim 6 juta orang yang selama ini dipercaya.

Keduanya yakin bahwa angka tersebut hanya propaganda Israel untuk mencari simpati dunia, agar melupakan kekejaman dan penjajahan Israel sendiri terhadap negara-negara Islam di Timur Tengah, khususnya di Palestina.

Hal ini juga mereupakan strategi Israel agar dunia merasa berutang kepada bangsa Yahudi. Terbukti bahwa Israel merupakan negara penerima bantuan keuangan dan teknologi paling banyak dari para raksasa ekonomi dan teknologi Internasional.

Penyelidikan berujung penjara

Para penentang Holocaust biasanya disebut 'revisionis'. Mereka aktif melakukan penyelidikan kebenaran peristiwa kelam Holocaust, meskipun telah ada ancaman dari 10 negara Eropa bagi siapa saja yang meragukan kebenaranya. Mereka dituduh sebagai antisemit, dan akan ditangkap serta dipenjarakan di sejumlah negara, termasuk Perancis, Polandia, Austria, Swis, Belgia, Rumania, dan Jerman.

Presiden Palestina terpilih, DR. Mahmoud Abbas, dalam disertasinya meragukan kebenaran kamar gas yang digunakan untuk membunuh orang-orang Yahudi. Ia mengatakan bahwa angka korban Yahudi yang terbunuh tak lebih dari 1 juta, bukan 6 juta.

Tak hanya itu, dari kalangan ilmuan barat sendiri ada beberapa yang menyangkal kebenaran Holocaust, seperti Roger Garaudy (penulis asal Prancis), Profesor Robert Maurisson (ilmuwan asal Inggris), Ernst Zundel (tokoh revisionis kelahiran Jerman), dan David Irving (ahli sejarah asal Inggris).

Ironisnya, hampir semuanya dinyatakan bersalah dan dijebloskan ke penjara. Contohnya peristiwa 15 Februari 2007 yang menimpa Ernst Zundel, yang mengakibatkan dirinya di penjara selama 5 tahun.

Herbet Schaller, pengacara yang mewakilinya, mengatakan bahwa semua bukti tentang adanya Holocaust hanya berdasarkan pengakuan korban-korbannya, bukan atas fakta-fakta yang jelas.

Kemudian, pada tahun 1964, Paul Rassinier, korban Holocaust yang selamat, menerbitkan buku memoar berjudul The Drama of Europen Jews yang mempertanyakan apa yang diyakini Holocaust selama ini. Ia mengklaim dalam bukunya bahwa tidak ada kebijakan pemusnahan massal oleh Nazi terhadap Yahudi, tak ada kamar gas, dan jumlah korban tidak sebesar itu.

Sementara itu, tentang tragedi di Auschwitz, Robert Faurisson, seorang profesor literatur dari University of Lyons, mengklaim bahwa penyakit tipuslah yang membunuh para tawanan, bukan kamar gas.

Pernyataan Robert Faurisson semakin diperkuat dengan penyelidikan teknis seorang ahli konstruksi dan intalasi alat eksekusi dari AS, Fred Leuchter. Fred pergi ke Auschwitz untuk melakukan penyelidikan dan mengetes tempat itu. Kesimpulan dari hasil penelitian tersebut, kamar gas di Auschwitz memang ada, tapi tidak mungkin digunakan untuk membunuh orang.

Di sisi lain, para revisionis mengklaim bahwa kamar gas itu berisi zat zyklon-B untuk pengasapan pakaian, agar bakteri-bakteri di pakaian mati. Jadi, tidak mungkin digunakan untuk mengeksekusi manusia.

Keragu-raguan revisionis bersumber dari tidak adanya dokumen Jerman yang berisi rencana pemusnahan massal orang Yahudi di Eropa, seperti dokumen tentang perintah, rencana, anggaran, dan rancangan senjata untuk pemusnahan Yahudi.

Bahkan, Winston Churchill, yang menulis 6 jilid karya monumentalnya, The Second World War, tidak sekalipun menyinggung adanya program Nazi yang menggambarkan kebencian terhadap Yahudi.

Jadi, sungguh aneh, tidak ada jejak-jejak catatan tertinggal yang dapat membuktikan kebenaran. Jika memang benar angka korban genosida sebombastis itu (6 juta orang), tentu akan ada kecaman yang terdata dari Paus, organisasi Palang Merah, atau pemimpin-pemimpin dunia ketika itu.

Baca juga: Hasil Tes DNA, Ternyata Hitler dan Istrinya Keturunan Yahudi

Related

Insight 3702886841051515749

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item