Acid Attack, Ketika Cairan Berbahaya Dijadikan Senjata (Bagian 1)

Acid Attack, Ketika Cairan Berbahaya Dijadikan Senjata

Naviri Magazine - Di sekitar kita ada beberapa bahan tertentu yang bersifat bahaya, khususnya jika terkena tubuh, semisal kulit. Bahan-bahan berbahaya itu bisa berbentuk cairan, bubuk, atau lainnya, dan biasanya ditujukan untuk kepentingan industri, semisal dalam produksi tekstil, dan lain sebagainya.

Meski ditujukan untuk hal-hal yang terkait produksi barang tertentu, namun kadang ada orang tak bertanggung jawab yang menjadikan bahan-bahan itu sebagai senjata untuk menyerang orang lain. Hal itulah yang kemudian disebut acid attack

Menurut Wikipedia, acid attack atau acid throwing, adalah bentuk serangan terhadap seseorang dengan menggunakan cairan asam sebagai senjatanya. Cairan asam tersebut disiramkan pada bagian tubuh calon korban, yang secara umum adalah bagian wajah, dengan tujuan merusak dan membuatnya cacat, menyiksa, bahkan cairan asam tersebut bisa menyebabkan kematian.

Selain penderitaan secara fisik, korban serangan juga akan mengalami trauma secara mental, dikucilkan dalam lingkungan sosial, dan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan ekonomi.

Cairan asam yang digunakan biasanya adalah sulfuric, nitric acid, atau hydrochloric acid. Namun, untuk yang terakhir, sebenarnya kurang sering digunakan karena efek yang ditimbulkan tidak begitu parah.

Pelaku penyerangan biasanya mempunyai beberapa motif, diantaranya:

- Konflik pribadi mengenai persoalan hubungan intim atau penolakan seksual.

Pada beberapa negara di Asia Selatan, khususnya, serangan cairan asam kebanyakan dialami perempuan yang menolak untuk dinikahkan atau menolak melakukan hubungan intim secara paksa, atau dalam hal lain disebut perkosaan.

Selain itu, kasus lainnya, jika perempuan yang sudah menikah tidak mampu membayar maskawin yang diminta oleh suami dan pihak keluarganya, maka sudah dianggap wajar jika perempuan tersebut dihukum dengan disiram cairan asam.

- Konflik perebutan lahan dan kekuasaan.

- Konflik persaingan dan kekerasan antar kelompok geng.

Konflik seperti ini bisa terjadi di banyak tempat, dan dalam hal ini yang menjadi korban kebanyakan adalah laki-laki. Serangan dilakukan untuk mempermalukan kelompok geng lawan, bukan untuk membunuh mereka.

- Motif sosial, politik, dan agama.

Dalam hal ini, serangan sering dilakukan terhadap individu tertentu yang biasanya merupakan bagian dari kelompok sosial, politik, atau agama tertentu. Dan aktivitas korban dianggap sebagai ancaman, atau mampu merugikan pihak lainnya.

Serangan cairan asam pertama kali terjadi sekitar abad ke-18, seperti yang dilaporkan oleh New York Times pada 1865. Seorang suami ditangkap setelah menyiramkan cairan asam pada wajah istrinya, hanya karena sang suami cemburu.

Sedangkan pada abad ke-19 dan 20, penyerangan dilakukan oleh kaum perempuan terhadap laki-laki yang menghamili mereka di luar pernikahan, terhadap pasangan yang memandang rendah mereka, atau terhadap perempuan yang menjadi selingkuhan suami mereka.

Kemudian, pada awal abad ke-21, laporan tentang kasus penyerangan menggunakan cairan asam bertambah banyak sejak tahun 1960an. Merambah daerah-daerah di Asia Selatan, Asia Tenggara, Sub Sahara-Afrika, dan Amerika Latin.

Belakangan, dilaporkan bahwa kasus ini juga terjadi di belahan dunia lain, termasuk Australia, China, Kanada, beberapa negara di Eropa, Amerika, bahkan Indonesia.

Kasus Anguri

Anguri berumur 36 tahun, dan dia seorang ibu dari dua anak. Pada 1998, Anguri disiram cairan asam oleh suaminya sendiri, setelah berselisih paham tentang maskawin yang sebelumnya sudah disepakati. Suami Anguri juga diketahui berselingkuh dengan perempuan lain yang sudah bersuami. Suami Anguri berharap, jika dia bisa membunuh Anguri dengan cairan asam, maka dia bisa menikahi selingkuhannya.

Suami Anguri tetap bebas, bahkan tidak dihukum sama sekali. Sedangkan Anguri dilarikan ke rumah sakit di Dhaka oleh tetangganya, dan mendapat perawatan intensif selama hampir dua tahun dengan bantuan Acid Survivors Foundation. Karena hal tersebut, Anguri kehilangan penglihatannya.

Anak perempuan Anguri, yang berumur 11 tahun, sekarang harus merawat Anguri dan adik laki-lakinya yang masih kecil. Karena Anguri sudah tidak dapat mencari nafkah, Acid Survivors Foundation memberikan bantuan ekonomi untuk Anguri.

Baca lanjutannya: Acid Attack, Ketika Cairan Berbahaya Dijadikan Senjata (Bagian 2)

Related

Science 4548002827911208214

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item