Menguak Misteri di Balik Pembangunan Candi Borobudur (Bagian 1)

Menguak Misteri di Balik Pembangunan Candi Borobudur

Naviri Magazine - Candi Borobudur adalah candi terbesar peninggalan abad ke 9. Candi ini terlihat begitu impresif dan kokoh, sehingga terkenal seantero dunia. Peninggalan sejarah yang bernilai tinggi ini sempat menjadi salah satu dari tujuh keajaiban dunia.

Namun, tahukah Anda, bahwa seperti halnya pada bangunan purbakala yang lain, Candi Borobudur tak luput dari misteri mengenai cara pembuatannya?

Desain candi

Candi Borobudur memiliki struktur dasar punden berundak, dengan enam pelataran berbentuk bujur sangkar, tiga pelataran berbentuk bundar melingkar, dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu, tersebar di semua pelatarannya, beberapa stupa.

Candi Borobudur didirikan di atas sebuah bukit atau deretan bukit-bukit kecil yang memanjang dengan arah Barat-Barat Daya dan Timur-Tenggara, dengan ukuran panjang ± 123 m, lebar± 123 m dan tinggi ± 34.5 m, diukur dari permukaan tanah datar di sekitarnya, dengan puncak bukit yang rata.

Batuan penyusun Candi Borobudur berjenis andesit dengan porositas yang tinggi, kadar porinya sekitar 32%-46%, dan antara lubang pori satu dengan yang lain tidak berhubungan. Kuat tekannya tergolong rendah, jika dibandingkan dengan kuat tekan batuan sejenis.

Dari hasil penelitian Sampurno (1969), diperoleh kuat tekan minimum sebesar 111 kg/cm2, dan kuat tekan maksimum sebesar 281 kg/cm2. Berat volume batuan antara 1,6-2 t/m3.

Misteri cara membangun candi

Data mengenai candi ini, baik dari sisi design, sejarah, dan falsafah bangunan, begitu banyak tersedia. Banyak ahli sejarah dan bangunan purbakala menulis mengenai keistimewaan candi Borobudur.

Hasil penelusuran data, baik di buku maupun internet, tidak ada satu pun yang mengungkapkan mengenai misteri cara pembangunan candi. Satu-satunya informasi adalah tulisan mengenai sosok Edward Leedskalnin yang aneh dan misterius. Dia mengatakan, “Saya telah menemukan rahasia-rahasia piramida dan bagaimana cara orang Mesir purba, Peru, Yucatan, dan Asia (Candi Borobudur), mengangkat batu yang beratnya berton-ton hanya dengan peralatan primitif.”

Edward adalah orang yang membangun Coral Castle yang terkenal. Beberapa orang lalu memperkirakan bagaimana cara kerja dia untuk mengungkap misteri tentang pengetahuan dia mengenai bangunan purba dibangun.

Berikut pendapat beberapa orang dan ahli, mengenai cara Edward membangun Coral Castle:

Ada yang mengatakan bahwa ia mungkin telah berhasil menemukan rahasia para arsitek masa purba, yang membangun monumen seperti piramida dan Stonehenge.

Ada yang mengatakan, mungkin Edward menggunakan semacam peralatan anti gravitasi untuk membangun Coral Castle.

David Hatcher Childress, penulis buku Anty Gravity and The World Grid, memiliki teori yang menarik. Menurutnya, wilayah Florida Selatan yang menjadi lokasi Coral Castle memiliki diamagnetik kuat yang bisa membuat sebuah objek melayang. Apalagi wilayah Florida selatan masih dianggap sebagai bagian dari Segitiga Bermuda.

David percaya bahwa Edward Leedskalnin menggunakan prinsip diamagnetik jaring bumi yang memampukannya mengangkat batu besar dengan menggunakan pusat massa.

David juga merujuk pada buku catatan Edward yang ditemukan, yang memang menunjukkan adanya skema-skema magnetik dan eksperimen listrik di dalamnya. Walaupun pernyataan David berbau sains, namun prinsip-prinsip esoterik masih terlihat jelas di dalamnya.

Penulis lain, bernama Ray Stoner, juga mendukung teori ini. Ia bahkan percaya kalau Edward memindahkan Coral Castle ke Homestead karena ia menyadari adanya kesalahan perhitungan matematika dalam penentuan lokasi Coral Castle. Jadi ia memindahkannya ke wilayah yang memiliki keuntungan dalam segi kekuatan magnetik.

Akhirnya didapat foto yang berhasil diambil pada waktu Edward mengerjakan Coral Castle, yang menunjukkan bahwa ia menggunakan cara sama yang digunakan oleh para pekerja modern, yaitu menggunakan prinsip yang disebut block and tackle.

Beda Coral Castle, beda pula Candi Borobudur. Coral Castle masih mungkin menggunakan Block dan Tackle. Untuk Candi Borobudur, rasanya block dan tackle pun masih belum ada. Lalu bagaimana sebenarnya cara membuat Candi ini?

Ada beberapa aspek yang perlu diperhatikan sebelum memperkirakan bagaimana candi Borobudur dibangun, yaitu:

Bentuk bangunan. Candi Borobudur berbentuk tapak persegi ukuran panjang ± 123 m, lebar ± 123 m dan tinggi ± 42 m. Luas 15.129 m2.

Volume material utama. Material utama candi Borobudur adalah batuan andesit berporositas tinggi, dengan berat jenis 1,6-2,0 t/m3. Diperkirakan terdapat 55.000 m3 batu pembentuk candi, atau sekitar 2 juta batuan, dengan ukuran batuan berkisar 25 x 10 x 15 cm. Berat per potongan batu sekitar 7,5–10 kg.

Konstruksi bangunan. Candi borobudur merupakan tumpukan batu yang diletakkan di atas gundukan tanah sebagai intinya, sehingga bukan merupakan tumpukan batuan yang masif. Inti tanah juga sengaja dibuat berundak-undak, dan bagian atasnya diratakan untuk meletakkan batuan candi.

Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk.

Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar candi Borobudur.

Candi Borobudur merupakan bangunan yang kompleks, dilihat dari bagian-bagian yang dibangun. Terdiri dari 10 tingkat, dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi gambar relief sebanyak 1.460 panel. Terdapat 505 arca yang melengkapi candi.

Teknologi yang tersedia. Pada saat itu belum ada teknologi angkat dan pemindahan material berat yang memadai. Diperkirakan menggunakan metode mekanik sederhana.

Baca lanjutannya: Menguak Misteri di Balik Pembangunan Candi Borobudur (Bagian 2)

Related

Science 1797559055414871423

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item