Menguak Misteri di Balik Pembangunan Candi Borobudur (Bagian 2)

Menguak Misteri di Balik Pembangunan Candi Borobudur

Naviri Magazine - Uraian ini adalah lanjutan uraian sebelumnya (Menguak Misteri di Balik Pembangunan Candi Borobudur - Bagian 1). Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik dan urutan lebih lengkap, sebaiknya bacalah uraian sebelumnya terlebih dulu.

Perkiraan jangka waktu pelaksanaan. Tidak ada informasi yang akurat. Namun beberapa sumber menyebutkan bahwa candi Borobudur dibangun mulai 824 m–847 M. Ada referensi lain yang menyebut bahwa candi dibangun dari 750 M hingga 842 M atau 92 tahun.

Pembangunan candi dilakukan bertahap. Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya dirancang sebagai piramida berundak. Tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti, ada tata susun yang dibongkar.

Tahap kedua, pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan satu undak lingkaran, yang langsung diberikan stupa induk besar. Tahap ketiga, undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan dihilangkan, dan diganti tiga undak lingkaran.

Stupa-stupa dibangun pada puncak undak-undak ini, dengan satu stupa besar di tengahnya. Tahap keempat, ada perubahan kecil, yakni pembuatan relief perubahan pada tangga, dan pembuatan lengkung di atas pintu.

Suatu hal yang unik, bahwa candi Borobudur ternyata memiliki arsitektur dengan format menarik atau terstruktur secara matematika. Setiap bagain kaki, badan, dan kepala candi, selalu memiliki perbandingan 4:6:9.

Penempatan-penempatan stupanya juga memiliki makna tersendiri, ditambah lagi adanya bagian relief yang diperkirakan berkaitan dengan astronomi, menjadikan Borobudur memang bukti sejarah yang menarik untuk di amati.

Jumlah stupa di tingkat arupadhatu (stupa puncak tidak dihitung) adalah: 32, 24, 26, yang memiliki perbandingan teratur, yaitu 4:3:2, dan semuanya habis dibagi 8. Ukuran tinggi stupa di tiga tingkat adalah: 1,9m; 1,8m; masing-masing bebeda 10 cm. Begitu juga diameter dari stupa-stupa tersebut, mempunyai ukuran tepat sama pula dengan tingginya: 1,9m; 1,8m; 1,7m.

Beberapa bilangan di Borobudur, bila dijumlahkan angka-angkanya, akan berakhir menjadi angka 1 kembali. Diduga, itu memang dibuat demikian, yang dapat ditafsirkan: Angka 1 melambangkan keesaan sang Buddha.

Jumlah tingkatan Borobudur adalah 10, angka-angka dalam 10 bila dijumlahkan hasilnya: 1 + 0 = 1. Jumlah stupa di arupadhatu yang didalamnya ada patung-patungnya ada: 32 + 24 + 16 + 1 = 73, angka 73 bila dijumlahkan hasilnya: 10 dan seperti di atas 1 + 0 = 10.

Jumlah patung-patung di Borobudur seluruhnya ada 505 buah. Bila angka-angka di dalamnya dijumlahkan, hasilnya 5 + 0 + 5 = 10, dan juga seperti di atas 1 + 0 = 1.

Berdasarkan data-data di atas, berikut adalah analisa yang semoga bisa menguak misteri Borobudur:

1. Dari data yang ada, disebutkan bahwa ukuran batu candi sekitar 25 x 10 x 15 cm, dengan berat jenis batu 1,6–2 ton/m3. Ini berarti berat per potongan batu hanya sekitar maksimum 7.5 kg (untuk berat jenis 2 t/m3). Potongan batu ternyata sangat ringan.

Untuk batuan seberat itu, rasanya tidak perlu teknologi apa pun. Masalah yang mungkin muncul adalah medan miring yang harus ditempuh. Medan miring secara fisika membuat beban seolah-olah menjadi lebih berat. Hal ini karena penguraian gaya menyebabkan ada beban horizontal sejajar kemiringan yang harus dipikul.

Namun, dengan melihat kenyataan bahwa berat per potongan batu hanya 7.5 kg, rasanya masalah medan miring yang berundak-undak tidak perlu dipermasalahkan. Kesimpulannya adalah proses pengangkutan potongan batu dapat dilakukan dengan mudah, dan tidak perlu teknologi apapun.

2. Sumber material batu diambil dari sungai sekitar candi. Hal ini berarti jarak antara quarry dan site sangat dekat. Walaupun jumlahnya mencapai 2.000.000 potongan, namun ringannya material tiap potong batu dan dekatnya jarak angkut, berarti proses pengangkutan pun dapat dilakukan dengan mudah tanpa perlu teknologi tertentu.

3. Candi dibangun dalam jangka waktu yang cukup lama. Ada yang mengatakan 23 tahun, ada juga yang mengatakan 92 tahun. Jika berasumsi paling cepat 23 tahun, mari kita berhitung soal produktivitas pemasangan batu.

Jika persiapan lahan dan material awal adalah 2 tahun, maka masa pemasangan batu adalah 21 tahun atau 7.665 hari. Terdapat 2 juta potong batu. Produktivitas pemasangan batu adalah 2000000/7665 = 261 batu/hari. Produktivitas ini sepertinya sangat kecil. Tidak perlu cara apapun untuk menghasilkan produktivitas yang kecil tersebut. Apalagi menggunakan data durasi pelaksanaan yang lebih lama.

4. Lamanya proses pembuatan candi dapat disebabkan ada perubahan-perubahan desain yang dilakukan selama pelaksanaannya. Hal ini mungkin dikeranakan adanya pergantian penguasa (raja) selama proses pembangunan candi.

5. Borobudur dilihat secara fisik begitu impresif. Memiliki 10 lantai dengan bentuk persegi dan lingkaran. Memiliki relief sepanjang dinding dan arca dalam jumlah yang banyak. Candi ini begitu memperhatikan falsafah yang terkandung dalam ukuran-ukurannya. Hal ini membuktikan bahwa candi dibangun dengan konsep desain yang cukup baik.

6. Candi borobudur adalah candi terbesar. Candi Borobudur juga terlihat kompleks, dilihat dari desain arsitekturalnya yang terdiri dari 10 tingkat, dimana tingkat 1-6 berbentuk persegi dan sisanya bundar. Dinding candi dipenuhi gambar relief sebanyak 1.460 panel. Terdapat 504 arca yang melengkapi candi. Ini jelas bukan pekerjaan desain dan pelaksanaan yang gampang.

Kesimpulannya, candi borobudur yang bernilai dari sisi desain, baik teknik sipil maupun seni arsitektur, membutuhkan perencanaan dan pengelolaan yang matang dari aspek desain maupun pelaksanaannya.

Baca juga: Aneh, Semua Orang Tewas Setelah Menemukan Harta Karun Ini

Related

Science 6941360820504810541

Recent

Hot in week

Ebook

Koleksi Ribuan Ebook Indonesia Terbaik dan Terlengkap

Dapatkan koleksi ribuan e-book Indonesia terbaik dan terlengkap. Penting dimiliki Anda yang gemar membaca, menuntut ilmu,  dan senang menamb...

item